Menua Bersama

32 1 0
                                    

Rintik hujan kembali menyapa bumi, jalan tak sempat kering sedari pagi hingga sore. Alhamdulillah Allah melimpahkan rahmatNya lewat guyur hujan yang membasahi kota kecilku.

Sore hari ditengah lelahnya menjalani aktivitas dunia kerja, selesai mengajar bahkan hujan tak kunjung berhenti.
Ku rebahkan diri dikursi kerja, sedikit melepas lelah sehabis mengajar sembari menunggu hujan sedikit mereda.

Seperti biasa sepertinya sore ini aku akan merepotkan temanku, untuk mengantar pulang ke rumah. Ikut pulang bersamaan dengannya setelah jam kerja selesai. Sosok yang ku sebut teman, bukan hanya teman kantor tapi bisa dikatakan teman dekat, sangat dekat malah. Kami sudah berteman sejak SMA, kuliah, hingga bekerja kamipun disatu kantor. Kurang lebih pertemanan ini sudah terjalin 9 tahun. Alhamdulillah Allah kirimkan orang-orang baik disekelilingku. Sosok ini juga menemani dan tahu persis bagaimana aku tumbuh mendewasa.

Setelah jam kerja usai, akupun pulang bersamaan dengannya menyusuri jalan bersama rintik hujan yang tetap setia menyapa bumi, mobil Brio merah berjalan dengan kecepatan sedang menyusuri jalanan yang basah. Di dalamnya terdapat dua orang perempuan yang sibuk bercerita tentang pekerjaan mereka hari ini. aku dan temanku sangat jarang habis topik untuk dibahas.

Saking asyiknya kami bercerita, tidak terasa rumahku sudah dekat.
Terlihat dari kejauhan seorang perempuan mengenakan mukenah dengan memegang payung dan dibelakangnya sosok laki-laki berpeci pun memegang payung, sepertinya akan menuju mushollah untuk melaksanakan sholat magrib.

Sosok perempuan dan laki-laki itu adalah kedua orang tuaku.
Yang sudah bersiap untuk segera menuju mushollah kakek untuk melaksanakan sholat berjamaah.

"Ibu dan bapak sepertinya akan segera menuju mushollah" ucapku.

"Wah, romantis sekali "ucap temanku, ketika melihat ibu dan bapak beriringan berjalan ditengah rintik hujan menuju musholla.

"Semoga aku bisa seperti itu dengan suamiku kelak" ucap temanku lagi.

Disaat mendengar itu dari temanku, aku baru menyadari ternyata sesuatu yang aku lihat biasa saja ternyata bisa jadi tidak biasa menurut orang lain.

Saat itu aku menyadari ibu dan bapak adalah sepasang insan yang Allah satukan dengan kekuatan cinta, cinta karenaNya. Cinta yang sejati, cinta yang terus bertumbuh dan bertambah seiring dengan kedekatan dengan Allah. Ya Allah, karuniakanlah ibu dan bapak kesehatan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat, aamiin. Izinkan mereka untuk tetap bersama selamanya, dalam dekapan cinta yang Engkau karuniai.

Setelah mobil melaju hampir mendekat pada kedua orangtuaku. aku turunkan kaca mobil  dan melambaikan tangan kepada mereka tanda bahwa anak gadisnya sudah pulang dari bekerja.

Kemudian tak sadar, aku juga tersenyum dan bergumam:
"Ya Allah kirimkan lah kepadaku lelaki yang datangnya bukan karena peluang tapi dia yang berjuang, yang hadirnya tidak sekadar basa-basi tapi membawa cinta yang tidak biasa" aamiin. Gumamku dalam hati ditengah hujan yang masih mengguyur bumi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 01, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hikmah KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang