Jangan Salahkan Hijabku

249 7 2
                                    

Kembali adalah kata yang indah bagi mereka yang tahu kemana mereka harus pulang.

Menggunakan jilbab adalah kewajiban bagi setiap muslimah, perintah untuk menggunakan jilbabpun sudah tertera dalam al-qur’an surah An-Nur ayat 31.

Berikut potongan surah An-Nur ayat 31:
"Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau putra-putra suami mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra saudara lelaki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan".

Perintah untuk menggunakan jilbab sesuai sudah jelas tertera dalam surah An-Nur. Sebagai seorang perempuan kewajiban menggunakan jilbab pun terealisasi di saat memasuki dunia perkampusan.

Ketika sekolah dasar, sekolah menengah pertama hingga sekolah menengah atas belum sedikitpun tergerak untuk mengenakan jilbab. Alhamdulillah Allah beri hidayah untuk menggunakan jilbab saat aku masuk ke kampus yang aku inginkan lewat jalur SNMPTN.
Awal menggunakan jilbab memang tidak mudah, mulai dari tidak nyaman karena panas hingga merapikan kembali jilbab setelah berwudhu.

"Ala bisa karena biasa" akhirnya aku terbiasa dengan menggunakan jilbab. Ada saja godaan syaitan yang mengingatkan ku bahwa dulu waktu SMA ketika kuliah aku menginginkan kuliah dengan rambut di gerai, pakai rok lepit lepit yang panjangnya 3/4 dengan baju kemeja dan flatshoses hitam. Sentuhan yang begitu feminim menurutku.

Tapi setelah memutuskan berjilbab aku harus tetap Istiqomah pada jalan yang sudah aku pilih dan ini adalah pilihan yang tepat sebagai seorang muslimah.

Memakai jilbab yang ala kadarnya sedari semester satu hingga semester empat. Jilbab segi empat yang tidak terlalu tebal kemudian dilempar kanan kiri adalah cara termudah dan tercepat untuk memakai jilbab kala itu.

Akan tetapi aku melupakan satu potongan ayat dalam surah An-Nur ayat 31 yang berbunyi:
Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya),...

Aku menyadari selama ini cara berjilbab ku belum sesuai dengan ketentuan syariat. Akhirnya dengan mengucapkan basmalah aku memulai untuk menggunakan jilbab yang menutupi dada untuk mengikuti syariat Islam.

Awal yang tak mudah, godaan yang banyak, lingkungan yang tak terlalu mendukung menambah banyak goyangan di berbagai sisi dalam perubahan ini. Pikiran yang selalu ingin membenarkan yang tidak sesuai dengan anjuran dalam syariat Islam menjadi alasan untuk tidak mengikuti yang sudah tertulis jelas.

Misalnya, aku selalu memakai rok yang longgar agar tidak terlihat lekuk tubuh. Tapi ada ada saja alasan aku untuk menggunakan celana jeans kala itu dengan alibi "aku hari ini mau pulang naik ojek, kalau pakai rok susah dan bahaya kalau roknya nanti masuk dalam jari-jari motor"

Sekarang aku berpikir bahwa sebenarnya setiap yang kita lakukan semuanya mempunyai resiko. Menggunakan rok ataupun menggunakan jeans tetap akan ada kemungkinan yang tak diinginkan terjadi.
Memang benar jika kita menggunakan rok saat naik motor ada resiko rok akan masuk dalam jari-jari motor tapi sebenarnya ada usaha pencegahan yang dapat dilakukan dengan melipat rok dan memastikan bahwa rok tidak akan masuk ke jari-jari motor sebelum melaju. Ini salah satu pemikiran ku dulu yang ingin menghindar dari ketentuan dengan mencari alasan agar terlihat masuk akal dan dapat di terima nalar.

Seiring berjalannya waktu, kebiasaan menggunakan jilbab dan pakaian sesuai dengan syariat Islam mulai ku terapkan dan semoga Istiqomah hingga nanti.

Ada satu kegundahan yang aku rasakan ketika menjadi salah satu pengguna jilbab syar'i adalah tanggapan seseorang yang selalu menjudge bahwa jilbab syar'i sudah paham betul dengan agama sudah mempunyai ilmu yang tinggi. Memang benar penggunaan jilbab syar'i harus diiringi dengan belajar dan memahami lebih dalam ilmu agama. Tapi yang perlu kalian tahu bahwa panjangnya jilbab tidak menjamin tingginya ilmu agama. Akupun masih berproses untuk belajar dan terus belajar memahami dan ingin mencontoh Sunnah Rosulullah dalam kehidupan sehari-hari.

Satu hal lagi yang membuat aku sedih adalah ketika seseorang yang memakai jilbab syar'i melakukan kesalahan kemudian yang disalahkan adalah jilbannya.
Wahai siapapun kalian yang pernah berpikir seperti itu antara akhlak dan jilbab adalah dua hal yang berbeda. Jikalau aku pernah salah dalam berkata yang mungkin menyakiti hati aku minta maaf akan hal itu tapi tolong jangan salahkan jilbabku. Kesalahan itu mutlak adalah milikku pribadi, salah pribadi ini yang terkadang masih khilaf yang terbuai ikut akan nafsu duniawi sedangkan jilbab ku sedikitpun tidak salah. Jikalau aku pernah salah, salahkanlah pribadiku, salahkan diri ini bukan jilbabku.

Yang begitu mengiris hati adalah ketika ada yang bicara "kalau kelakuannya seperti itu (melakukan hal yang kurang baik) lebih baik lepas saja jilbabnya" wahai saudara ku sungguh perkataan itu tidak akan membuat yang berbuat salah akan menyadari kesalahannya malah secara tidak langsung kita tambah memojokkan dia dan membuat dia masuk ke dalam lubang yang lebih dalam. Kenapa kita sebagai orang yang tahu dan paham tidak membantu dia untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi tanpa harus memojokkan seperti itu.

Sebagai salah satu orang yang begitu ingin dan telah mengalami turun naik dalam mencapai tahap ini (memakai jilbab syar'i). Ku katakan kepada kalian bahwa sesungguhnya ada banyak hal yang di lewati, ada banyak proses yang di lalui untuk mencapai tahap ini. Aku tidak meminta kalian untuk memuji tapi setidaknya berilah apresiasi terhadap apa yang sudah  dicapai hari ini dengan tidak mengucapkan hal hal yang tak diinginkan. Setiap orang mengalami masa masa yang sulit dan bahkan membutuhkan niat yang begitu kuat untuk mulai menggunakan jilbab sesuai syariat. Bahkan butuh waktu dari semester 4 hingga semester 6 aku memikirkan dan memantapkan hati untuk menggunakan jilbab syar'i. Kurang lebih 1,5tahun aku lewati dengan rasa takut akan tidak Istiqomah dijalan ini.

Tapi Allah kembali menguatkan ku untuk tetap berada pada fase ini walaupun sering terjadi turun naiknya iman. Itulah proses, karena iman harus tetap di charge setiap hari.

Sungguh pendapat manusia tidak menentukan surga dan neraka mu. Akankan aku tetap berjalan dengan rasa gengsi terhadap manusia? Malu dengan manusia tapi tak malu dengan sang Maha Pencipta.

Jilbab ku adalah identitas ku sebagai muslimah. Tapi salahku adalah mutlak milikku, khilafku adalah nafsuku, perkataan yang menyakiti, perbuatan yang tak sesuai semuanya adalah karena ku bukan karena jilbabku.

Tolong jangan salahkan jilbabku,.

Dari aku pernah berjuang untuk mencapai tahap ini:)

Hikmah KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang