Sembilan

1 0 0
                                    

Haiii semuanyaa hehehe, makasi ya aku ucapin banyak banyak sama kalian yang masih tetap baca goresan aku ini. Maaf ya lama upnya, hehehe. 

Untuk goresan ini, bakal jadi cerita goresan yang cukup panjang. Semoga kalian gak bosen ya sama tulisan yang aku buat ini, HAPPY READING MAN TEMAN SEMUA :)





















Qinara Anendra Wijayani gadis beurumur 22 tahun, tamatan dari Universitas Modeling di German. Dia mempunyai kepribadian yang sangat baik kepada semua orang, dia terkenal ramah, pintar, manis saat tersenyum, memiliki badan 175 cm, walaupun dia model tetapi dia tetap sopan dengan pakaiannya.

Julio Denra Wiguna lelaki berumur 23 tahun, tamatan Ilmu Komunikasi di Universitas Indonesia. Dia mempunyai kepribadian sedikit cuek ke orang yang tidak dekat dengannya, dia pintar, jago berantem, setiap senyum matanya juga akan ikut senyum, tinggi badan 180 cm. Oh iya dia sahabat Qinara dari mereka umur 9 tahun, ketemu ketika Julio pindah ke sebelah rumah Qinara waktu itu.

Qinara, atau lebih tepatnya dalam 4 tahun lagi akan aku panggil 'ibun Qinar'. Ya, di masa depan nanti Qinara yang kita kenal itu akan jadi ibu ku kelak. Aku adalah Richo Putra Anendra Wiguna, anak dari Qinara dan Julio, lelaki yang akan menjadi ayah ku nanti. Saat ini tugas ku hanya bisa memantau keadaan Qinara secara bersembunyi-sembunyi, sampai saatnya Julio ngungkapin perasaanya yang selama ini tertahan oleh tembok gengsi yang dibuatnya. Tetapi ketika ada masalah yang menimpa Qinara, aku hanya bisa memantau dan berusaha menghubungi Julio untuk meminta bantuannya.

Malam ini Qinara ada janji sama teman barunya yang dia kenal dari salah satu bot yang terkenal di Indonesia. Dari awal aku sudah tidak suka melihat interaksi Qinara dengan sosok orang dibalik bot itu. Aku juga udah ngasih kabar ke Julio, kalau malam ini Qinara akan keluar untuk bertemu dengan sosok dibalik bot itu. Awalnya Julio menolak untuk membantu ku, padahal sudah ku perjelas semuanya dengan jujur kalau aku adalah anaknya dari dia dan Qinara beberapa tahun kedepan. Setelah aku ingatkan kembali kepadanya tentang Qinara yang semenjak pulang dari German selalu terkena masalah, akhirnya Julio menyetujui pertolongan terakhir ini.

"Mahh, Qinara keluar sebentar ya," pamit Qinara ke mamahnya yang sedang menonton tv.

"Mau kemana Kakak udah jam sembilan gini? Sama siapa?" 

"Sendiri Mah, ketemu temen bentar di cafe depan, Qinar pergi ya." 

"Minta anterin Julio aja kak, bentar Mamah telfon Julionya."

Baru saja hendak bangkit dari sofa, ucapan Mamah Qinara membuatnya kembali duduk.

"Ihh Mamah jangan Julio terus ah, kan Julio juga mau jalan sama pacarnya. Ini malam minggu Mah," tolak Qinara.

"Julio udah ada pacar? Kok Mamah gak tau?"

"Ya Kakak juga gak tau ada apa enggak, tapi udahlah Mah kasian Julio. Kakak pergi sendiri aja ya, assalamualaikum." Akhirnya Qinara mencium punggung tangan Mamahnya lalu keluar dari rumah.

"Lah ngapain Yo didepan rumah?" tanya Qinara saat sadar Julio lagi bersender di pembatas rumah antara mereka bedua.

"Jalan yuk Qin," ajak Julio random sampai Qinara kaget.

"Yahh ..., kamu lama sih ngajaknya. Aku udah ada janji sama temen, Aku pergi ya, dadah Lio." Qinara langsung pergi meninggalkan Julio.

Julio masih mematung ditempat karena dia bingung mau ngapain lagi, mau gimana lagi buat gagalin Qinara supaya gak ketemu sama cowo gak tau asal usulnya itu. Sampai akhirnya notif pesan dari ku membuyarkan lamunannya.

Icho:

Ayah nunggu apa lagi?!

Kejar ibun sekarang!!

MY SCRATCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang