CHAPTER 13 - RENCANA 2

4.3K 423 65
                                    


Ini masih acara amal, tapi dari sudut pandang Mew 


MEW'S POV

Sejak hari dimana aku berbicara dengan ayah. Aku sudah memecat hampir 50 dari karyawan di perusahaan dan sisanya kebanjiran pekerjaan.

Aku memberi tahu Carter (sekertarisku) tentang kontrak yang diberikan ayah kepadaku karena aku tidak ingin ada masalah lagi di dalamnya.

Papa mengatakan dia telah mengurus semuanya dan aku harus menandatanganinya hari ini.

Sesampainya di penthouse, aku mandi cepat dan berganti menjadi tuksedo yang akan kupakai malam ini di acara amal. Bajingan Joss dan putranya yang matre pasti ada di sana menungguku, tetapi satu-satunya alasan aku ingin pergi adalah karena Gulf Kanawut. Dia akan berada di sana dan aku akan dapat melihatnya, meskipun tidak berbicara dengannya atau apa pun, tetapi setidaknya hanya melihat wajahnya yang tampan.

Setelah menggunakan gel rambut dan memakai sepatu, aku pindah ke mobil. Sopir membuka pintu dan aku menyelinap masuk. Mengambil napas dalam-dalam, aku memerintahkannya untuk mengemudi, ini akan sangat menjengkelkan.

Aku berjalan ke dalam melihat-lihat tempat itu untuk menemukan pria yang telah menghantui mimpiku sejak hari aku bertemu dengannya tapi sepertinya dia belum juga datang. Aku akan bergerak menuju bar ketika suara ayahku menghentikanku dari belakang.

"Itu dia" katanya pada seseorang yang kuanggap sebagai sahabat bajingannya.

Aku memejamkan mata selama sepersekian detik, untuk mengendalikan diri.

Tidak, Mew kau tidak bisa begitu saja berbalik dan mengiris kepala bajingan itu dari tubuhnya dan kemudian memberikannya kepada Krist. Itu harus menunggu. Tidak sekarang.

Ketika aku menyadari aku tidak akan melakukan hal seperti itu, aku berbalik dengan senyum palsu di bibir.

"Halo Mew" kata Joss dan aku memberinya tatapan membunuh yang membuatnya bergeser sedikit dari tempatnya dan berkata, "Maksudku Tuan Jongcheveevat"

Aku tersenyum dan menjawab hanya dengan anggukan. Ayah tersenyum padaku dan kemudian Krist berdiri di sampingku. Aku melihat wajahnya, jujur aku ingin muntah.

Krist mengenakan kemeja, dengan 3 kancing di biarkan terbuka. Wajahnya diolesi riasan untuk merayuku. Aku ini suka pria tulen, bukan menyukai pria yang berprilaku seperti wanita.

"Senang bertemu denganmu Krist Traipipattanapong" kataku di sela-sela gigi yang terkatup.

"Aku juga senang mendengarnya" katanya dengan nada genit dan melingkarkan tangannya di lengan kiriku, menekan tubuhnya ke tubuhku.

Ingat Mew tidak sekarang. Kamu tidak dapat menyeret mereka keluar dari tempat ini. Ayahmu tidak akan menyukainya dan terlebih lagi kamu mempertaruhkan perusahaanmu!

Aku melihat ke mana-mana kecuali orang-orang di depan. Mataku melihat sosok yang aku tunggu-tunggu. Di sanalah dia, mengenakan tuxedo biru yang pas untuk memamerkan lekuk tubuhnya tetapi tidak terlalu berlebihan, tidak mengenakan riasan, tapi terlihat seperti penghuni surga.

Tapi dia tidak sendirian, Bright Vachirawit berjalan di sampingnya dan sepertinya mereka cukup mengenal satu sama lain, melihat mereka mengenakan pakaian yang selaras. Aku mengenal Bright karena bisnis, dia pasti pandai dalam pekerjaannya tetapi reputasinya dengan wanita, sangat amat buruk. Apa dia juga menyukai pria, sepertiku? Aku ingin mendekatinya dan meninju wajahnya saat dia tersenyum pada Gulf ku-.

Gulf melihat sekeliling seolah mencari seseorang, dan aku membayangkan itu adalah aku. Dia tampak sedikit kecewa ketika dia tidak menemukanku dan aku lebih banyak tersenyum memikirkannya.

"Sepertinya kamu menikmati kebersamaan dengannya. Benar kan?" papahku menggoda dan aku menahan diri untuk tidak memberikan jawaban.

"Tentu saja," Krist tersenyum padaku, senyum palsunya yang dibuat-buat.

Aku berbalik lagi untuk melihat Gulf, dia balas menatapku, matanya shock dan terlihat ada rasa sakit di dalamnya, ketika melihatku dengan saudara tirinya padahal aku yang memintanya datang ke sini. 

Aku mengalihkan pandanganku tidak ingin melihatnya terluka, karena aku tahu jika aku menatapnya selama beberapa detik lagi, aku akan meninggalkan segalanya dan pergi untuk menciumnya.

"Kenapa kamu tidak pergi berdansa?" Joss berkata sambil menatapku dengan seringai.

Dia tahu aku terikat dengan kontrak dan aku harus melakukannya karena papa juga ada di sini.

"Katakan tidak pada papahmu" bisikku di telinga Krist, parfumnya membuatku tersedak.

"Ayo pergi" katanya dan tersenyum padaku.

Sialan kau Krist.

Aku menggenggam tangannya dan membawanya ke lantai dansa dan mulai menari. Aku melihat ke arah Gulf dan dia berdiri dengan tenang, memperhatikanku,

Aku melihat Bright berbicara dengan sekelompok pria. Dia menatap Gulf dan kemudian membisikkan sesuatu di telinganya. Gulf mengangguk. Aku harus berbicara dengan Bright, bahwa Gulf milikku.

Aku sedang menatap Gulf dan Bright, tiba-tiba Krist melompat ke arahku dan menciumku, sebelum aku bisa mendorongnya menjauh, aku melihat Gulf menatap kami dengan mata terbelalak dan kemudian dia berbalik untuk pergi.

Aku ingin berlari mengejarnya, untuk menghentikannya, untuk memberitahunya bahwa itu tidak seperti kelihatannya, tetapi aku tidak melakukannya. Aku tidak melakukannya karena aku memiliki kontrak yang harus diurus. Aku akan menyelesaikan masalah ini terlebih dahulu.

Aku mendorong Krist "Apa yang kamu lakukan?" Aku berbisik padanya.

"Ayolah Mew. Kita akan menikah" ucapnya dengan nada datar dan aku tetap bungkam.

Krist dan aku, kembali menghampiri papa dan Joss, berbicara selama beberapa menit sebelum aku pamit dan keluar dari tempat itu. Papa mengikutiku keluar, meletakkan tangannya di bahuku, dia berkata, "Kamu akan menandatanganinya malam ini. Benar?"

"Ya" ucapku lirih dan dia tersenyum.

"Dia benar-benar pria yang baik, Mew" katanya.

"Ya, dia pria baik," kata sarkasme keluar dari bibirku.

"Kamu mendapatkan seluruh perusahaan besok, dan aku ingin kamu pergi dan berbicara dengan Joss untuk membicarakan tentang hubunganmu dan Krist" kata ayah dengan nada kebapakan dan masuk kembali kedalam gedung.

Aku duduk di mobilku dan kembali ke penthouse, di mana Carter pasti sudah menungguku dengan surat-suratnya.

"Aku sudah memeriksanya Pak, tidak ada yang salah pak" kata Carter dan meletakkan kertas itu di depan aku.

Aku mengambil pena dari mejaku dan memejamkan mata sejenak, wajah Gulf terbayang dan aku menyesali keputusanku, ketika aku sudah menandatangani perjanjian konyol ini.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rich Man - MewGulfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang