#9 Kenangan.

36 5 4
                                    

Tumpukan buku-buku usang berserakan memenuhi ruangan, sinar matahari seakan menyelusup jendela-jendela yang tertutup rapat, tampak laki-laki sedang membaca buku-buku usang tersebut. Langkah demi langkah terdengar mendekat, harum dari secangkir teh menyeruak ke penjuru lorong. Wangi itu seakan mengetuk rasa penat yang berkecamuk.

"Selamat pagi Tuan. Saya bawakan teh untuk Anda" ucap sang pelayan dari luar

"Masuk saja, aku tidak menguncinya" jawab Arran. Pintu pun perlahan terbuka, nampak Rosaria yang sedang membawakan secangkir teh untuknya

"Anda bekerja terlalu keras"

"tidak juga. Bukan kah kita harus saling menopang?" tanya Arran ke arah pelayan nya. Rosaria hanya tersenyum melihat jawaban yang ia dengar

"Anda benar Tuan. Biar saya rapihkan beberapa buku ini"

"tolong ya"

Jarum jam terus berputar, ia tak menunggu mereka yang selalu memikirkan masa lalu. Satu persatu buku di rapihkan oleh Rosaria, pandangan nya jatuh ke arah buku yang bersampul bahasa isyarat ia hanya memandanginya dengan tersenyum. Rosaria bangun dan menata buku-buku kedalam rak.

"Kau tau Rosaria, saat aku melihat anak itu hanya dengki yang terasa. Dia terus memanggil para tentara terus tersenyum bahkan dia tidak tahu kalau pendengaran nya telah hilang"

"Perang tidak pernah melihat siapa yang gugur, ia hanya akan melihat mereka yang bertahan. Mungkin aku akan menenggelamkan diri saat menjadi dirinya, keluarga, pendengaran, rumah aku kehilangan nya. Tapi dia memilih terus hidup kita hanya harus mengapresiasi tekadnya"

"ya omongan mu ada benarnya tolong bawakan dia berkeliling, ia pasti sedang jenuh hanya melihat buku-buku tua dan menulis. Tidak terasa sudah lebih dari 8 bulan semenjak semua itu terjadi itu hanya terlewat saja"

"Perjanjian perdamaian. Saya tidak pasti itu menjamin keselamatan orang-orang"

"aku juga pikir seperti itu"

"Tuan apakah?"

"tidak. Aku tidak menandatangan surat omong kosong itu, lagi pula Barat cukup damai. Cepat bergegas pergi matahari semakin terik"

"Baiklah. Saya izin permisi"

Rosaria pun meninggalkan ruangan tersebut, Arran terus memandang keluar jendela cangkir teh yang di genggaman nya perlahan dingin. Perasaan manusia layaknya secangkir teh itu, ia hangat seakan memeluk siapa pun yang menikmatinya tapi ia perlahan dingin saat terabaikan.

...

Suara gaduh buku-buku yang berjatuhan terdengar sangat jelas, Rosaria yang berjalan di luar perpustakan terkejut akan kegaduhan yang terjadi di dalam, ia pun mendekati asal suara itu dengan hati-hati sesaat pintu terbuka nampak Lynee yang terjatuh.

~bahasa isyarat~ [Rosaria selamat siang] sapa Lynee sambil tersenyum 

[se-selamat siang juga. Apa yang terjadi?] tanya Rosaria

Lynee yang ketakutan mengalihkan pandangan nya [aku hanya mau belajar membaca]

[ayo cepat rapihkan. Setelah itu aku akan menunggu di luar untuk berkeliling]

Side Of QuartzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang