Setiap malam, aku selalu bermimpi buruk. Dan tentu saja...ibu selalu menemaniku. Sudah 2 minggu kejadian itu, di pagi harinya...aku melihatnya. Pria yang menyelamatkanku, ia sedang duduk diruang tamu.
Karena ruang tamu dengan tangga berhadapan, pandangan kami bertemu. Dia menghampiriku,
"Vinka, bagaimana kabarmu? Apakah kamu sudah baikkan?"tanyanya.
Ntah kenapa, jika ada di dekatnya tidak ada rasa takut pada diriku.
"Iy..a. Tapi, maaf kamu siapa ya?"
Ia terdiam, aku merasa tatapannya terlihat sedih. Tapi aku benar-benar tidak mengenalinya.
Ia tersenyum, "Aku...Raka. Teman kecilmu,"
Sekarang aku yang terdiam, aku benar-benar lupa. Aku langsung berlari ke kamar, meninggalkannya sendiri dibawah. Aku mengunci pintu kamarku. Ntah kenapa....raut wajahnya terbayang-bayang dalam pikiranku. Tak lama kemudian...
Toktok-tok. "Vinka...Ini ibu. Kamu turun dulu ya, Raka mau ketemu sama kamu," tutur ibu.
Aku membuka pintu, "Raka? Mau apa lagi, ya?" gumamku
"Diakan teman kecil kamu dan juga dia yang menolong kamu waktu itu..masa kamu gak mau turun buat sapa dia dengan benar..?"
"Yaudah, nanti aku turun."
Ibu turun ke lantai bawah. Saat aku sudah mengganti bajuku, aku melihat ke bawah...mereka semua terlihat menungguku.
Lagi-lagi pandanganku dengannya bertemu. Aku langsung duduk di sofa dekat ibuku.
"Vinka, nanti orangtua Ric-"
"JANGAN SEBUT NAMANYA!"
Tanpa sadar aku meninggikan suaraku ke ayahku. Mendengar namanya membuatku ingat akan kejadian itu.
"Vin, mereka datang untuk minta maaf..."kata ibu dengan nada yang lembut.
Rasanya aku ingin menangis, aku berusaha menahannya. Tamu itu pun datang, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan...
Ayah dan ibuku berbincang dengan orangtua itu. Orangtua itu menangis memohon maaf akan kelakuan anaknya. Tapi aku tahu, raut wajah ayah terlihat menahan amarah. Dan ibuku menahan tangisnya. Sedangkan orang yang bernama Raka....dia tidak bisa mengendalikan raut wajahnya.
"Nak Vinka, tante mohon maaf yah..,"
Tante itu memegang tanganku, aku menarik tanganku,
"Tante, tidak semudah itu memaafkan kesalahannya," Seketika suasana hening karena ucapanku.
"Aku,...masih belum bisa melupakan kejadian itu. Hati aku sakit...aku masih belum bisa memaafkan dia."
Airmataku menetes...rasanya ingin menangis sekencang-kencangnya.
"Apa, ada yang kamu inginkan...agar bisa menebus kesalahan ini?"
"Ada. Jangan pernah muncul dihadapanku lagi. Karena aku gak mau ingat dengan hal itu lagi, apakah bisa?"
Tante dan Om itu saling menatap, "Iya..Kami akan pergi, tapi tante mohon...maafkan Ricko yah.. Kalau begitu kami pamit,"
Mereka pamit pulang, lalu ayah dan ibuku meninggalkan aku dengan Raka diruang tamu menuju kamar.
Hening. Sangat canggung.
Aku ingin bilang terimakasih padanya, tapi tidak bisa keluar dari mulutku.
"Vin,"panggil Raka.
Aku menoleh kearahnya.
"Maaf ya..seharusnya aku lebih cepat menemukanmu," ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story
Short StoryLangit yang selalu menghiasi setiap kenangan dan Kamu yang selalu ada untukku