Hidup ini rumit. Serumit benang kusut yang susah untuk diuraikan. Ah, mungkin aku terlalu berlebihan menghadapi ini semua. Tapi bagaimana tidak? Aku tidak tahu apa kesalahan yang pernah kuperbuat di kehidupanku yang telah lalu, tapi seolah semua kesialan yang terjadi padaku adalah buah yang harus kuterima. Mungkin aku pernah membunuh seorang pejabat kerajaan atau membantai seluruh keluarga kerajaan. Atau mungkin juga aku pernah menjadi pemimpin yang lalim dan menyiksa seluruh rakyatku.
Ya, mungkin juga tidak separah itu perbuatanku, tapi tetap saja aku merasa sangat berdosa sekarang. Seperti memikul beban yang sangat berat di pundak dan berjalan di seutas tali tipis sambil berusaha menjaga keseimbangan. Aku sudah tidak tahu mana yang fantasi dan mana kenyataan. Semuanya seperti berbaur menjadi satu.
Kubuka jendela mobil yang sedang kukendarai untuk membiarkan semilir angin masuk dan membelai rambutku. Deretan tebing menjulang tinggi di sisi kiri dan laut yang terhampar luas di sisi kanan memang membuat tempat ini terlihat sangat indah dan cocok. Cocok untukku mengakhiri semua kisah menyedihkan ini.
Saat jalanan sedang lengang, hanya ada sebuah truk berukuran sedang dari arah yang berlawanan, kulajukan lamborghini merah yang telah menabrak Jaemin ini dengan kecepatan penuh menuju pembatas jalan. Aku tidak sedikitpun menutup mata saat mobil yang kutumpangi terjun bebas ke dalam laut karena aku harus menyaksikan semuanya, saat-saat dimana aku berusaha menebus dosa yang telah kulakukan.
“I’m so sorry for what I did to you. I promise you, I’m going to dissapear from your life. And I love you.”
🍀🍀🍀
Mark Lee atau yang biasa disapa Dr. Lee memasuki ruangan kerjanya tanpa senyuman. Ia masih merasa kecewa dengan penolakan Na Jaemin tadi malam. Semua hal yang sudah direncanakannya untuk melamar Jaemin tidak membuahkan hasil. Pria baik hati yang ditaksirnya itu ternyata sudah mempunyai seseorang yang spesial. Janjinya untuk memberikan keluarga pada Chenle tidak bisa ia tepati dan hal itu masih saja membuatnya sedih. Tapi, bagaimanapun juga dia tidak akan memaksa Jaemin untuk menerimanya. Ia hanya akan diingat sebagai orang jahat jika ia benar-benar melakukan tindakan bodoh itu. Ah, mungkin saja Jaemin memang bukan jodohnya.
Tok tok tok
Ia tersadar dari lamunannya dan menatap cermin yang ada di ruangan kerjanya sekilas untuk memperhatikan wajahnya. Ternyata dia terlihat menakutkan jika tidak tersenyum. Kesan ramahnya hilang dan ia tidak mau membuat rekan kerjanya maupun pasien-pasiennya khawatir. Dengan segera ditariknya sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman manis sambil berkata,”Masuk!”
Seorang suster dari bagian administrasi membuka pintu. Setelah memberikan hormat singkat, sang suster yang masih berusia muda itu berjalan menuju meja kerja sang dokter mata. Dengan sedikit lambaian kecil, sang dokter mengisyaratkan suster itu untuk duduk.
“Ada apa Minji-ssi?”
“Dok, ada kabar gembira,” wajah suster bernama Minji itu berbinar meyakinkan sang dokter bahwa kabar yang dibawanya benar-benar sesuatu yang baik.
“Memangnya ada kabar bahagia apa sampai-sampai kau tersenyum seperti itu?”
“Ini berhubungan dengan Na Jaemin-ssi, Dok,” dia menyerahkan sebuah map kepada Dr. Lee.
“Coba kulihat dulu apakah ini kabar baik atau bukan,” canda sang dokter. Mark berdoa semoga saja kabar baik itu seperti yang diharapkannya. Semoga saja Jaemin mendapatkan donor kornea segera. Setelah melihat tulisan di berkas itu, benar saja ada dua orang yang mendonorkan korneanya untuk Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gimme The Light (Nomin) ✔
Fanfiction"Jaemin-ah, aku janji akan membawakan dunia untukmu." "Mwo? Dunia? Kau ini kenapa Lee Jeno?" "Jaemin-ah, jeongmal mianhaeyo. Aku benar-benar menyesal dan ingatlah bahwa aku tidak sengaja melakukan semuanya. Aku akan memperbaiki semuanya karena aku m...