Chapter 5

651 84 3
                                    

Seorang pelayan datang membawa pesanan membuat kami berlima terpaksa menghentikan pembicaraan dan mengalihkan fokus pada makanan yang tersaji. Aku tidak tahu harus bersikap bagaimana setelah mendengarkan pengakuan Mark Hyung, tapi aku harus tetap bersandiwara karena tidak mungkin aku menghancurkan kebahagiaan sahabatku dengan mengatakan kalau aku juga menyukai Jaemin. Jisung yang duduk di sampingku kembali tidak menunjukkan ekpresinya dan itu membuatku takut.

“Jaemin-ah, setelah ini kau ada acara?” Mark Hyung melemparkan pertanyaan memecah keheningan di meja kami. Seketika itu juga aku menghentikan pergerakan tanganku yang sibuk mengiris daging di atas piring. Aku merasa bahwa daging yang kuiris itu adalah keadaan hatiku sekarang ini. Disayat, sakit, perih, dan membuat dadaku sesak.

“Dr. Lee, Jaemin free setiap saat,” jawab Haechan dengan santainya. Dia tidak tahu apa yang akan dilakukan Mark Hyung setelah ini. Dalam hati aku berharap sekali bahwa Jaemin ada acara dan sibuk malam ini karena betapa aku ingin menjauhkan Jaemin dari Mark Hyung saat ini. Tapi semuanya hanya ada dalam imajinasiku saja. Aku tetap tak bisa berbuat apapun.

“Benarkah itu Jaemin-ah?” Mark Hyung ingin mendengar jawaban langsung dari mulut Jaemin. Namun sepertinya Jaemin tidak tahu bahwa dirinya sedang menjadi pusat perhatian sekarang.

Ne, Dr. Lee.”

“Baguslah,” sahabatku itu sangat lega mendengar jawaban Jaemin. Satu tahapan sudah beres bagi Mark Hyung. Tapi rasanya, tambah satu pisau tajam yang menusuk jantungku. Apakah aku akan baik-baik saja setelah ini? Jisung hanya melempar pandangan simpatiknya sekarang. Mungkin dia mengasihani nasibku.

Setelah percakapan singkat itu kami melanjutkan makan tanpa berkata-kata. Tidak ada yang perlu dibicarakan sekarang. Apalagi bagiku. Aku hanya ingin malam ini segera berakhir. Aku ingin segera pulang dan menyembunyikan tubuhku di balik selimut tebal di kamarku.

Setelah hidangan utama selesai kami lahap, pelayan mulai mengambil piring-piring kotor dan hendak mengambil dessert sebagai penutup sajian. Inilah saatnya. Mark Hyung mengedip padaku memberi isyarat untuk segera menjalankan rencananya. Aku menginjak kaki Jisung untuk memberitahunya.

Aigoo, kenapa tiba-tiba kepalaku terasa berat seperti ini?” ucapku sambil memegangi kening dan sedikit menundukkan kepalaku, tak lupa menunjukkan ekspresi meringis kesakitan agar Haechan semakin percaya. Bukannya Haechan yang percaya, justru Jaemin yang segera menoleh ke arah suaraku dan berusaha menggapai lenganku,”Jeno-ya, waegurae?” nada suaranya panik. Rasa sakit hatiku sedikit berkurang karena Jaemin menghawatirkanku.

“Yah hyung, kau tak apa?” Jisung mulai mengikuti arus permainanku. Dia meletakkan tangannya di bahuku dan sedikit mengguncangnya. Aku menggelengkan kepalaku pelan seolah mengatakan tidak.

“Jisung-ie, entahlah. Rasanya pusing sekali,” masih dengan nada kesakitan, aku berusaha meyakinkan semuanya. Jisung berkata,”Hyung, sebaiknya kita pulang sekarang. Besok ada rapat penting. Kalau kau tidak minum obat sekarang, aku tidak yakin kau bisa bekerja dengan maksimal.”

“Mr. Lee, benar kata Jisung-ssi. Sebaiknya Anda beristirahat saja,” akhirnya si pengacara terkena jebakan juga.

“Mark Hyung, bagaimana ini?” Jisung ganti bertanya pada Mark Hyung.

“Apakah sangat sakit Jeno-ya?”

“Mark Hyung, sepertinya aku harus pulang dulu.”

“Baiklah kalau begitu. Pulanglah dan segera minum aspirin. Obat itu akan mengurangi rasa sakit kepalamu. Jisung-ie, antarkan Jeno pulang! Aku akan mengurus semuanya di sini.”

“Siap hyung!” Jisung membantuku berdiri. Namun, tiba-tiba dia berhenti dan dengan nada cemas berkata,“Ehm, Haechan-ssi, bisakah kau membantuku memapah Jeno hyung ke parkiran. Aku akan segera mengantarkannya ke rumah,” Haechan tampak berpikir sejenak, kemudian dia mengangguk.

Gimme The Light (Nomin) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang