To forgive is the highest, most beautiful form of love. In return, you will receive untold peace and happiness.
Robert Muller
Sudah satu tahun kejadian itu berlalu. Aku bersembunyi dari semua orang, bahkan dari keluargaku sekalipun. Aku hanya percaya pada Jisung untuk mendekatiku. Setelah Jaemin menarik gugatannya di kepolisian dan menyatakan bahwa ia sudah ikhlas atas semua yang terjadi dan tidak ingin memperkarakan lebih lanjut kasus itu, aku justru kabur darinya.
Aku memang bodoh, seperti yang selama ini Jisung katakan padaku. Aku takut Jaemin tidak akan memaafkanku. Ani, sebenarnya bukan hanya itu. Aku sangat malu untuk bertemu dengannya. Aku yang membuatnya buta, tapi aku justru ingin membuatnya menjadi milikku. Mau ditaruh dimana mukaku? Berani-beraninya aku menaruh hati pada kekasih sahabatku.
Aku seorang tahanan kota sekarang. Kepolisian memastikan aku masih berada di bawah pantauan mereka selama satu setengah tahun. Setiap hari akan selalu ada polisi yang mengecek keadaanku, entah itu Seo Johnny atau Lucas. Walaupun mereka kini terlihat lebih bersahabat, tetap saja ada sedikit trauma ketika melihat mereka datang mengenakan seragam polisi. Aku lebih suka kalau mereka berpakaian bebas.
“Sudah satu tahun Anda mengurung diri di sini Jeno-ssi,” ujar Lucas yang menatapku dengan tatapan iba seperti itu. Tentu saja mereka yang melihatku sekarang pasti akan merasa kasihan, tubuhku sangat kurus dan yang paling parah, aku lumpuh dan tidak berdaya. Tapi aku bukanlah manusia yang pantas dikasihani. Aku ini orang jahat.
“Aku lebih suka di sini Lucas-ssi. Di tempat ini aku tidak perlu khawatir akan bertemu banyak orang,” jawabku dengan jujur, masih sambil memandang laut yang terhampar luas. Dari tebing ini aku bisa menyaksikan ombak yang berusaha memecah batu karang berdebur meninggalkan buih putih kemudian menghilang.
“Saya mengerti kalau Anda tidak suka bertemu banyak orang, tapi apakah Anda tidak ingin menyembuhkan penyakit Anda?” polisi itu duduk di kursi samping meja teh, masih sambil menatapku.
“Untuk apa kesembuhan? Anda tahu apa yang aku alami adalah hukuman yang pantas aku terima atas semua kesalahanku?” ucapku datar.
“Astaga Jeno-ssi Anda tidak boleh berkata begitu! Kita semua tahu kalau kecelakaan itu tidak ada unsur kesengajaannya. Anda tidak sengaja menabrak Jaemin-ssi dan menyebabkannya menjadi buta.”
Aku diam saja dan tetap memandang laut dengan tenang. Aku memang keras kepala. Sekali aku menetapkan tujuanku maka aku tidak akan pernah berpaling. Sekali aku menyatakan tidak mau berarti aku memang tidak mau melakukannya.
“Bahkan Anda tidak ingin menyembuhkan diri Anda demi Jisung yang sudah dengan sabar menjaga Anda? Dia yang selalu berada di sisi Anda tanpa meminta apapun. Sahabat Anda yang sangat menyayangi Anda, yang sangat menginginkan Anda bisa sembuh seperti sedia kala.”
Jisung. Ya, dia selalu ada di sisiku. Di saat aku menjadi seorang bajingan karena memutuskan persahabatan dengan Mark hyung, dia juga yang tetap di sisiku. Bahkan hingga saat ini dia masih setia mengurusku. Dia yang diam-diam menangis melihat keadaanku yang menyedihkan seperti ini. Dia yang tidak pernah meminta balasan dari perlakuan tulusnya padaku. Park Jisung, aku sangat berhutang budi padamu.
Malam itu, saat Jisung kembali dari kantor aku menatapnya dengan lembut dan berkata,”Jisung-ie, bisakah besok kau antarkan aku ke rumah sakit?” lelah yang menggayuti tubuhnya seakan hilang dan seulas senyum menggantikan ekspresi datar yang beberapa bulan ini selalu bergantung di sana.
“Tentu hyung.”
Begitulah akhirnya aku berada di taman Seoul International Hospital menatap anak-anak berlarian kesana kemari. Jisung mengatakan kalau dia perlu menemui dokter syaraf terlebih dahulu karena kunjungan kami sangat mendadak. Sambil merenung, aku seperti merasakan deja vu. Aku yakin pernah melakukan sesuatu seperti ini. Menatap anak-anak di sebuah taman. Ah ya, kejadian ini mirip saat aku bertemu Jaemin satu tahun yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gimme The Light (Nomin) ✔
Fanfiction"Jaemin-ah, aku janji akan membawakan dunia untukmu." "Mwo? Dunia? Kau ini kenapa Lee Jeno?" "Jaemin-ah, jeongmal mianhaeyo. Aku benar-benar menyesal dan ingatlah bahwa aku tidak sengaja melakukan semuanya. Aku akan memperbaiki semuanya karena aku m...