Chapter 1

2.1K 171 6
                                    

Di sini, pertama kali aku melihatnya. Di sini pertama kali aku jatuh hati padanya. Di sini aku pertama kali melupakan semua kesedihan dan kehilangan yang aku alami. Aku tak percaya, hanya dengan melihatnya aku sadar bahwa aku bukanlah satu-satunya orang yang paling menderita di dunia ini. Dengan melihatnya aku merasa bersyukur bahwa aku masih diberi kemudahan dan keberkahan dalam hidup.

Tapi di sini lah, aku harus menangis lagi. Di sini lah aku harus menyadari bahwa semua adalah salahku dan aku harus bertanggung jawab atas yang terjadi padanya. Di sinilah aku tertunduk dan menatap dengan lemah menyadari bahwa akulah yang telah bersalah dan mengubah nasibnya menjadi begitu menderita.

💚💚💚

Anak-anak kecil berlarian di tengah taman kota yang kebetulan sedang sangat ramai. Maklum saja ini hari libur, tentu banyak orang tua yang mengajak anak mereka kemari untuk sekadar berlibur dan refreshing, menghindari asap polusi dan bisingnya hiruk pikuk dan ramainya lalu lalang di kota. Aku hanya menatap hampa pada beberapa anak yang berkejaran di beberapa sudut taman. Ayah atau ibu mereka sibuk berteriak-teriak mengingatkan mereka agar berhati-hati. Ada juga seorang ayah yang sedang mengajari anaknya cara mengendarai sepeda. Di beberapa tempat anak-anak sibuk menikmati makanan yang dibuatkan oleh ibu mereka dan dengan riangnya tertawa membuatku iri.

Aku terus berjalan tak tentu arah. Pertama, aku benar-benar tidak tahu kenapa aku bisa sampai di tempat ini. Yang aku tahu, setelah bangun tidur dari keadaan yang sangat tidak nyaman, kakiku mengantarkanku ke tempat ini. Kumasukkan kedua tanganku ke saku celana dan kembali melangkah menuju salah satu bangku yang ada di bawah pohon sakura. Kudengar sekilas ada seorang pria sedang berteriak kecil memanggil seseorang, mungkin anaknya.

"Chenle-ya, Lele neo eodiya?" suara itu semakin mendekat ke arahku dan aku tersadar ketika asal suara itu adalah seorang pria yang menabrak tubuhku mengakibatkan aku terjatuh. Aku yang notabene cepat marah segera berdiri dan mencengkeram erat kerah baju pria di hadapanku yang kebetulan memegang sebuah es krim yang isinya sudah tumpah ke kemejaku.

"SIALAN!!! KALAU JALAN PAKE MATA! APA KAU TIDAK MELIHAT ORANG SEBESAR INI SEDANG BERJALAN? GEEZZ KAU BUTA ATAU APA?" pria itu tersentak oleh teriakanku yang juga membuat beberapa orang yang ada di sekitar segera menatap ke arah kami berdua. Beberapa orang tua mencoba menutupi telinga anak mereka supaya tidak mendengar kata-kata umpatan yang tidak pantas mereka dengar.

"Mi..mian..mianhae tuan," pria itu berusaha meraba lenganku yang masih sibuk mengkeram kerahnya. Tangannya bergetar dan raut mukanya menunjukkan ketakutan,"SEKARANG BAJUKU KOTOR KARENA ULAHMU, AISH SEHARUSNYA AKU TIDAK PERGI KE TEMPAT INI. KENAPA AKU HARUS BERTEMU DENGAN ORANG MENYEBALKAN SEPERTI INI DI HARI LIBUR," kusentakkan tubuhnya ke tanah dan seolah kehilangan keseimbangan, pria itu terjatuh tersungkur di tanah. Kuakui, aku memang pemarah, hal itulah yang membuat banyak bawahanku merasa takut padaku. Selain pemarah, aku benar-benar kasar dan suka akan kekerasan, itulah sebabnya pacarku meninggalkanku.

"Mi..mian..mianhae," pria itu terus berujar demikian seraya tangannya meraba di tanah mencoba mencari sepatuku atau lebih tepatnya mencari tahu dimana aku berdiri.

Aku yang merasa terganggu dan jijik melihat tingkahnya segera berujar,"AISH KAU BUTA ATAU APA?" kusepak tanah yang ada di dekat kakiku ke arahnya kemudian aku berjalan menjauh dari pria itu. Aku berusaha menghilangkan bekas noda es krim yang ada di kemejaku sambil terus berjalan tak memedulikan pandangan orang-orang yang sinis padaku atau bahkan mungkin membenciku karena sikapku yang seperti itu.

PLAK

"Ouch," kupegang kepalaku yang baru saja dilempar ranting pohon oleh seorang anak kecil yang sekarang berdiri dengan gagah sambil berkacak pinggang di hadapanku.

Gimme The Light (Nomin) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang