※ part 1 ※

750 52 37
                                    


┏━━━━°❀•°✮°•❀°━━━
  𝙷𝚊𝚙𝚙𝚢 𝚁𝚎𝚊𝚍𝚒𝚗𝚐
    ┗━━━━°❀•°✮°•❀°━━━┛
★★★

Seorang gadis tengah duduk termenung di dekat jendela rumahnya. Rambut panjangnya yang tergerai indah ia biarkan tertiup angin malam yang berasal dari luar. Hujan deras disertai guntur tak membuatnya menghentikan aktivitasnya menjauh dari jendela.

Sedari tadi, atensinya tak henti mengamati bingkai foto yang berisi dua sejoli berseragam SMA yang tengah saling melempar senyuman satu sama lain, foto yang diambil secara tak sengaja namun, nampak indah karena keserasian dari keduanya.

Air matanya perlahan menetes. Ia mengusap lembut bingkai foto itu sebelum akhirnya memasukkan bingkai itu ke dalam dekapannya. Ia rasakan seakan 'dia' hadir di sini sedang memeluknya untuk mengobati rindu yang selama ini menyiksa hatinya.

"Aku kangen kamu, Ka. Kenapa kamu nggak pernah dateng di mimpi aku? Kamu masih marah, ya sama aku? Jadi, kamu nggak mau datengin aku di mimpi?" tanyanya sambil menatap lekat wajah tampan dan manis mantan kekasihnya.

Cinta yang perlahan hadir karena sebuah keterpaksaan, membuatnya menyesal dan bahagia secara bersamaan. Menyesal karena tak bisa mencintainya dengan setulus hati, dan bahagia karena bisa dicintai olehnya dengan tulus. Andai waktu dapat diputar, andai waktu dapat dikembalikan, ia ingin mengulang masa-masa indah itu dan menikmatinya, sebelum 'dia' pergi untuk selamanya dari dunia ini.

Namun, tak ada gunanya untuk menyesal saat ini. Apa yang kita tanam, itulah yang akan kita tuai di kemudian hari. Saat kita melakukan sesuatu dengan tulus, maka kebahagiaan akan datang pada kita. Sebaliknya, jika kita melakukan sesuatu karena terpaksa, maka penyesalan dan kesengsaraanlah yang akan kita dapat suatu saat nanti.

"Bolehkah aku menjadikan kisah cinta kita seperti kisah cinta romeo dan juliet?"

Gadis itu meletakkan bingkai foto lalu mengambil gunting di atas nakas. Ia tersenyum miring lalu mengarahkan gunting itu ke arah lengannya.

"Buat apa gue hidup kalau semuanya udah hancur?" tanyanya pada pantulan wajahnya di kaca jendela.

Perlahan tapi pasti, gunting itu menyentuh permukaan kulit lengannya. Saat ia akan menggores gunting itu, pintu kamarnya tiba-tiba dibuka paksa sehingga menimbulkan suara yang cukup kencang.

BRAKKK ....

"LO NGAPAIN, SHIN?!" teriak seorang cowok lalu berlari mendekati Shintya dan merebut gunting itu.

"LO APA-APAAN, SIH, DAN?!" sentak Shintya kemudian berdiri menatap wajah sahabat kecilnya dengan garang.

"LO YANG APA-APAAN?! CARA LO YANG KAMPUNGAN GINI NGGAK AKAN PERNAH NYELESAIN MASALAH!"

"LO NGGAK PERNAH TAU APA YANG GUE RASAIN SELAMA INI!" serunya membuat Reidan membawa Shintya ke dalam dekapannya. Ia mengusap lembut surai gadis itu, membiarkannya menangis dan menumpahkan segala keluh kesah yang selama ini dipendamnya.

"Semuanya udah hancur, Dan."

"Hati gue udah lama mati. Keluarga gue berantakan, cinta gue pergi, sahabat-sahabat gue berpaling, karir gue nggak pernah mulus. Gue sendirian di sini."

Shintya sesenggukan dengan hebat. Ia mengeluarkan segala unek-uneknya dengan napas yang tersenggal.

Meskipun Reidan diam seribu bahasa, usapan lembut tangannya di rambut Shintya cukup untuk menegaskan kalau cowok itu berusaha menenangkannya.

Mungkinkah Dia Kembali? [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang