"Kakek, nenek," gumam Boruto sambil menatap Minato yang tersenyum padanya."Mereka kakek dan nenekmu Hima," jawab Naruto.
Kushina tersenyum dan memeluk Himawari erat. "Kau cucuku ternyata, Kawai nee," ucap Kushina riang.
"Shika, hubungi Sasuke dan keluarga dari semua orang disini," perintah Naruto yang diangguki oleh Shikamaru.
"Naruto," panggil Neji.
"Neji...." lirih Naruto.
"Kau menjaga Hinata dengan baik bukan? Kau tidak menyakitinya? Tidak membuatnya menangis?" tanya Neji beruntun.
Naruto terkekeh, "Tenang saja, Hime-chan bahagia denganku."
Itachi melihat Sarada yang menatapnya. "Apakah kau anak Sasuke?"
Sarada gelagapan karena ketahuan memperhatikan pamannya itu. "Ha'i, aku anak tunggal Uchiha Sasuke dan Uchiha Sakura. Namaku Uchiha Sarada, yoroshiku," ucap Sarada sambil menundukkan badannya.
"Ah, kau cucuku ternyata. Kemarilah, Sarada-chan," ucap Mikoto sambil merentangkan tangannya. Sarada tersenyum dan memeluk Mikoto erat.
"Nenek," lirih Sarada. Perasaannya campur aduk. Antara terkejut dan bahagia.
Shikamaru beralih menatap Asuma. "Asuma-sensei," lirihnya.
"Yo, shika. Kau jadi penasihat hokage sekarang, ne," sapa Asuma dengan tersenyum.
"Ayo ke ruangan lain, di sini terlalu kecil untuk kalian," ajak Naruto.
****
"Naruto, kau benar-benar menjadi hokage rupanya," ucap Itachi.
"Tentu Itachi-nii, aku juga berhasil membawa si teme kembali," ucap Naruto sambil tersenyum.
"Teme? Siapa itu?" bingung Itachi.
"Ah, maksudku Sasuke Dattebayo."
"Aku bangga padamu Naruto," ucap Jiraiya sambil tersenyum.
"Arigato, ero Sannin. Kau juga yang membuatku seperti ini." Naruto membalas senyuman itu.
Mereka berada di ruang pertemuan yang luas itu. Mikoto dan Itachi berbicara akrab dengan Sarada. Minato dan Kushina bercanda dengan dua anak Naruto. Yang lain juga berbincang sambil menunggu orang yang dipanggil Naruto datang.
Beberapa saat kemudian, pintu ruangan itu terbuka. Ada Inojin, Sai, Shikadai, Chouji dan Chocho, Kurenai, Sakura, Temari dan Hinata.
"Ada perlu apa memanggil kami, Naruto-kun?" tanya Hinata lembut.
"Lihat disana," ucap Naruto.
Mereka melebarkan meta melihat sosok orang yang telah meninggal sejak lama.
"Kaa-sama, Tou-sama," lirih Temari. Dia berlari memeluk Karura dan Rasa erat.
"Kau sudah besar, Temari," ucap Karura haru.
"Neji-nii." Hinata menatap Neji yang tersenyum padanya.
"Apa kabar, Hinata-Sama. Apakah Naruto merepotkan mu?" tanya Neji frontal.
"Mou Neji-nii, jangan seperti itu. Naruto-kun sangat baik padaku," ucap Hinata. Dia memeluk kakak sepupunya itu.
"Kakek?" Shikadai menatap Shikaku yang berbincang dengan Shikamaru.
"Shikadai, kemarilah," ajak Shikamaru sambil melambaikan tangannya pada Shikadai.
Shikadai berjalan ke arah kakek dan ayahnya. Dia langsung memeluk kakeknya erat. Menyalurkan rindu yang ada di hatinya.
"Ah, kau anak Shikamaru, ya. Matamu indah," puji shikaku. Membalas pelukan cucunya itu. Ia seperri melihat Shikamaru kecil disini. Hanya saja,ata Shikadai lebih mirip ibunya, Temari.
"Tentu saja, mirip dengan ibuku."
Tiba-tiba, sebuah portal muncul di ruangan itu. Dari portal itu, keluar laki-laki dengan mata sharingan dan rinengan. Uchiha Sasuke.
"Dobe, kenapa kau memanggilku, hah!? Kau tidak tahu, musiku sangat penting sekarang!" Sasuke mencengkeram erat baju bagian depan Naruto. Uchiha bungsu itu belum menyadari kehadiran kakak dan orangtuanya.
"Oi Teme, lihat dulu Dattebayo," perintah Naruto sambil menunjuk Mikoto, Fugaku dan Itachi yang berbincang dengan istri dan anak Sasuke.
Sasuke melebarkan matanya. Ia melepas cengkeraman tangannya pada Naruto. Berjalan mendekat ke arah keluarganya itu.
"Kaa-san, Tou-san, Nii-san." Sasuke menundukan kepalanya. Ragu untuk menatap wajah tiga orang terkasihnya itu.
"Kau sudah besar, ne, Sasuke." Itachi tersenyum dan menepuk pundak adiknya itu.
"Okaeri, Anata," sambut sakura sambil tersenyum. Mengurangi kegugupan suami raven nya itu.
"Ano, dimana Kakashi?" tanya Sakumo yang sejak tadi diam melihat acara haru keluarga di depannya. Dia juga mencari putra tunggalnya.
Naruto menggaruk kepalanya. "Eh, Kakashi-sensei, ya. Tunggu aaja bebeeapa jam lagi Dattebayo."
Dua jam berlalu, hingga, seorang pria berambut silver dengan wajah bermasker hingga menyisakan matanya berjongkok di jendela.
"Yo," sapa Kakashi.
"Ara, Kakashi sensei, kenapa terlambat?" Tanya sakura begitu melihat mantan gurunya itu.
Kakashi menunjukan eyes smile nya. "Tadi dijalan, aku bertemu nenek tua yang kesusahan membawa barangnya. Sebagai mantan Shinobi yang baik, tentu aku membawanya. Lalu, aku bertemu kucing hitam jadi, aku memutar jalan agar tidak terkena sial. Tapi sayangnya, aku tersesat di jalan bernama kehidupan."
Alasan Kakashi yang tidak masuk akal itu membuat semua orang menjatuhkan rahangnya. Termasuk Sakumo.
"Alasan," sinis Sasuke.
"Apa kau tidak punya alasan yang lebih bagus, sensei?" Naruto berkacak pinggang di depan Kakashi.
"Kenapa memanggilku?"
"Itu." Naruto menunjuk ke arah orang-orang yang dibangkitkan.
"Tou-san."
"Yo, Kakashi." Sakumo tersenyum pada putranya itu.
"Yosh, karena semua sudah berkumpul, kian bisa melanjutkan ini di rumah. Hal ini akan diumumkan besok, agar tidak ada salah paham," jelas Naruto.
"Kalian bisa ber-henge dulu sampai di rumah. Sekian."
Semua orang bubar. Naruto dan Shikamaru juga busa ikut pulang karena pekerjaan mereka sudah selesai.
***
To be continued
Next?
KAMU SEDANG MEMBACA
They Are Comeback✓
FanfictionHagoromo Sannin atau Rikudou Sannin memberi kesempatan kepada beberapa orang untuh hidup kembali pada masa pemerintahan Nandaime Hokage. bagaimana reaksi semua Shinobi Konoha? hasil karya sendiri. tanpa ada unsur plagiat