Bagian 6 (Reuni keluarga)

3.3K 258 22
                                    

Happy Reading

Boruto melirik pemandangan horor disampingnya. Rekan setimnya, uchiha Sarada tersenyum riang sambil bernyanyi pelan. Ya, horor bagi Boruto.

"Sarada, kau sakit? Kau baik-baik saja?" tanya Boruto. Dia dan sarada baru saja kembali dari latihan misi.

"Ya, aku baik-baik saja Boruto-kun. Kenapa?" tanya Sarada heran. Dia menghentikan langkahnya dan menatap rekan kuningnya itu.

Boruto menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Ya, aku pikir kau sakit atau bagaimana ttebasa. Kau senyum-senyum sendiri sejak tadi. Apa kau kerasukan dattebasa?!" tanya Boruto heboh. Pasalnya, Sarada bahkan memanggilnya dengan sufix Kun. Itu aneh bagi Boruto.

Sarada memutar bola matanya malas. Ada apa dengan rekan baka nya ini? "Hei, aku baik-baik saya baka. Aku hanya senang karena bisa berkumpul dengan keluargaku," jawab sarada kesal.

"Ohh. Ku pikir kau gila." Muncul perempatan siku-siku di kening sarada.

Duagh!

Dengan sekali gerakan, pukulan manis Sarada telak mengenai kepala Boruto. Membuat bocah Uzumaki itu mengusap kepalanya sambil mengeluh kesakitan.

"Kenapa memukulku Dattebasa?" tanya Boruto.

"Salahmu sendiri. Pertama, kau bilang aku kesurupan. Lalu, kau bilang aku gila. Bukannya kau yang lebih gila dari aku," cerca Sarada. Dia membenarkan posisi kacamatanya dengan santai. Lalu lanjut berjalan ke kediaman uchiha.

"Oe, sialan kau mata empat!" teriak Boruto kesal. Dia ikut berjalan ke kediaman uchiha dengan Sarada. Orang tuanya sudah berada disana dengan Kakek neneknya.

****

Kediaman keluarga Uchiha semakin ramai karena kedatangan Keluarga Nandaime Hokage. Tentu saja untuk reuni keluarga yang direncanakan oleh Kushina dan Mikoto.

"Kushina, bagaimana keluargamu?" tanya Mikoto. Dia duduk di sofa bersama Kushina, Hinata dan sakura. Tentu saja, Himawari juga ikut disana.

"Sangat ramai, aku seperti melihat dua Naruto," jawab Kushina. Dan dimulailah acara gosip ibu-ibu disini.

Naruto mendekati Sasuke yang berdiri sambil bersandar di dinding.

"Oi, Teme. Bagaimana kabarmu?" tanya Naruto. Dia ikut bersandar di samping sahabat sekaligus rivalnya itu.

"Menurutmu, Usuratonkachi," jawab Sasuke cuek. Dia memejamkan matanya.

"Heh, aku tidak bodoh, kau tahu. Jika aku bodoh, mana mungkin aku jadi hokage Dattebayo!" sungut Naruto kesal.

Sasuke menyeringai. "Bisa saja, kau menyuap para tetua desa. Atau mungkin, kau menyuap Kakashi dengan tumpukan buku mesum itu agar kau bisa jadi hokage," ucap Sasuke mengompori.

Naruto menarik jubah hitam Sasuke. "Kau gila apa. Jika seperti itu, aku akan dilenpar nenek Tsunade ke Sunagakure kau tahu. Lebih baik, aku membiayai hidup Hinata daripada menyuap tetua desa Dattebayo!" sungut Naruto kesal.

Kini, perdebatan kedua orang itu menarik perhatian yang lain. Itachi mengangkat alisnya, lalu tersenyum tipis. Dia tahu jika dulu, hubungan kedua sahabat itu sangat buruk. Tapi sekarang, mereka menjadi rekan untuk melindungi Konoha.

"Tadaima."

Suara sarada dari luar menghentikan perdebatan tidak berguna dari sang hokage dan hokage bayangan Konoha.

"Okaeri," jawab semua orang bersamaan.

Beberapa detik kemudian, Sarada dan Boruto muncul di ruang tamu. Membuat aura gelap Sasuke menguar hebat. Dia menatap tajam Boruto yang menggendong sarada di punggungnya.

"Turunkan aku, Boruto," pinta sarada.

Boruto mengangguk dan menurunkan sarada dari gendongannya. Dia anak itu masih belum menyadari bahwa aura hitam sssuke sudah menguar kemana-mana.

"Ne, Hinata. Sepertinya, kita akan berbesan," bisik sakura pada Hinata tanpa mengalihkan tatapannya pada dua anak berbeda marga itu.

"Sepertinya, cucu kita sangat cocok, Fugaku," bisik Minato. Fugaku mengangguk dengan tatapan tertuju pada BoruSara.

"Arigato, Boruto. Maaf merepotkan mu," ucap sarada tulus. Dia tersenyum pada Boruto. Membuat Boruto tersipu saat melihat sarada tanpa kacamata seperti ini.

Tadi, saat perjalanan ke kediaman uchiha, seseorang tidak sengaja menabrak Sarada. Kaca mata Sarada terjatuh dan pecah. Karena itu Boruto menggendong sarada sampai ke rumah.

"Uzumaki Boruto."

Deg

Boruto menolehkan kepalanya ke arah orang yang memanggilnya. Buku kuduknya meremang melihat Sasuke yang menatapnya dengan Sharingan dan Rinengan aktif.

"A- Ano, Paman Sasuke, a-aku hanya me-menolong sarada saja ttebasa," gugup Boruto.

"Apa aku peduli? Kau menggendong putriku kesini, itu pelanggaran!" ucap Sasuke dingin.

"Papa, kacamata sarada pecah dijalan. Aku tidak bisa melihat dengan baik," ucap sarada berusaha menenangkan papanya.

"Apa, pecah? Tunggu sebentar." Sakura beranjak dari duduknya. Dia masuk ke kamarnya untuk mencari kacamata cadangan untuk sarada. Lalu, keluar dan memakaikan kacamata itu pada putrinya.

"Arigato, mama."

"Sudahlah Teme. Mereka berdua itu cocok ttebayo. Bisa saja, kita berbesan, kan?" ucap Naruto santai.

"Sudah cukup ada satu Uzumaki kuning bodoh dalam hidupku. Aku tidak ingin menambah satu lagi," cerca Sasuke tajam.

"Apa? Aku bodoh? Enak saja kau. Jika aku bodoh, kenapa aku jadi suami Hinata? Hah?" sungut Naruto yang mulai kesal lagi.

"Ck, aku kasihan pada Hinata karena memiliki suami sepertimu," ucap Sasuke lagi. Sungguh niat memicu Amarah Nandaime.

"Sialan kau Teme!!"

Itachi menggelengkan kepalanya. Dia duduk saja sambil melihat pertengkaran tidak berguna didepannya. Sambil menikmati kue yang dibawa sakura dan Hinata.

Sungguh, reuni yang penuh makna. Tidak, penuh perdebatan tepatnya.

****

Yoo guys, yg minta double up udah ya. Jgn lupa vote and follow nya. Mungkin, book ini nggak akan terlalu panjang dan memiliki banyak part. Sungguh, aku bikin book ini cuma karena butuh peralihan bentar dari tugas. Yah, refreshing dikit.

Oke, see you next time

They Are Comeback✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang