Back song recommendation: I'll Be There - The Jackson 5
"Lee Donghyuck! Lee Donghyuck! Lee Donghyuck!"
Semua orang selain Mark dan Jeno menginginkan pemuda yang telah kehilangan senyumannya itu untuk segera naik ke panggung. Sang mempelai pria pun ikut menyerukan namanya dengan penuh harap.
Mark menyadari kalau sahabatnya itu tampak tidak nyaman, tubuhnya tegang dan wajahnya sedikit pucat. Dengan sigap Mark hendak berdiri untuk menggantikan Donghyuck, tapi niatnya tersebut segera dihentikan oleh Donghyuck sendiri. Dia menahan lengan Mark untuk kembali duduk.
"Apa yang mau kau lakukan?" bisik Mark. Lawan bicaranya tidak menjawab, hanya tersenyum kecil sebelum akhirnya dia berdiri dari tempat duduknya. "Hey, Donghyuck!"
"Mark, mau kah kau memainkan piano untuk mengiringiku bernyanyi?" ujar Donghyuck membuat sahabatnya itu terperangah tak percaya. Tapi dia segera kembali ke kesadarannya dan mengikuti langkah Donghyuck yang semakin dekat dengan panggung.
Mr. Yoon tampak sangat puas dengan keputusan Donghyuck, beliau menyerahkan mic kepadanya. Sedangkan Mark segera mengambil posisi di depan piano, matanya tidak lepas dari sahabatnya itu, khawatir tentunya.
Kini Donghyuck menjadi pusat perhatian semua orang di dalam ruangan itu, matanya menatap mic dalam genggamannya. Sebuah benda yang dulu begitu familiar baginya namun terasa begitu asing sekarang. Donghyuck menoleh ke arah sahabatnya yang kedua maniknya masih terfokus padanya.
"Tidak apa-apa?" tanya Mark tanpa suara, tapi cukup jelas bagi Donghyuck untuk memahami gerakan bibirnya. Lelaki yang lebih muda itu mengangguk dan kembali mengarahkan pandangannya pada penonton.
"Halo semuanya. Sudah lama sekali kita tidak bertemu, Mr. Yoon juga selamat atas pernikahannya!" ujar Donghyuck dengan ceria, membuat kedua mempelai tersenyum lebar. "Um ... aku sebenarnya sudah tidak pernah bernyanyi, jadi aku akan minta maaf dulu sebelumnya kalau aku membuat kesalahan!"
Tepuk tangan yang meriah mengisi ruangan, sebelum akhirnya menjadi hening begitu dentingan piano dari Mark dimulai. Donghyuck menghela napas panjang dan memejamkan kedua matanya. Walau tampak tenang dari luar, tapi sungguh Donghyuck hanya ingin melarikan diri dari tempat itu sekarang juga. Yah, dia sudah memutuskan untuk tampil, tidak ingin mengecewakan wali kelasnya di pestanya sendiri pikirnya.
You, In My Arm. Dari Yoo Jaeha.
Lagu yang dinyanyikan Donghyuck pula saat ujian praktek musik dengan Mr. Yoon, lagu yang mengantarkannya kepada peringkat pertama seangkatan untuk mata pelajaran tersebut. Sebegitu sukanya Mr. Yoon terhadap bakat Donghyuck memang, hingga lelaki berumur yang baru menikah itu tidak bisa menghentikan senyuman lebarnya selama murid kesayangannya itu bernyanyi untuknya.
Di lain sisi, gugup, takut, dan sedih bercampur dalam hati Donghyuck. Namun lihatlah reaksi para penonton, semuanya menikmati nyanyian sempurna dari Donghyuck yang 'katanya' sudah tidak pernah bernyanyi lagi. Dia tidak bohong, tapi bakatnya pun tidak bohong. Mark tersenyum bangga atas keputusan sahabatnya yang berhasil melawan rasa takutnya, sungguh Mark adalah penggemar nomor satu Donghyuck.
사랑의 꿈 나눠요...
Lagu berakhir dan yang tersisa hanya keheningan. Donghyuck yang sedari tadi memejamkan matanya, kini membukanya perlahan dan menyadari bahwa kedua matanya kini lembap akibat air mata. Tampak semua orang tertegun atas penampilannya hingga lupa untuk bertepuk tangan. Jeno, dari kursi penonton kemudian berdiri duluan dan memberi rekan kerjanya itu tepuk tangan meriah yang kemudian diikuti oleh para tamu undangan lainnya. Mereka semua berdiri dari tempat duduk mereka, melayangkan pujian-pujian kepada sosok yang membatu di atas panggung itu.
Sungguh Donghyuck tidak sadar kalau air matanya sudah membasahi kedua pipinya, dia segera membungkukkan tubuhnya kepada penonton dan mempelai lalu beranjak pergi meninggalkan panggung. Bukan, bukan kembali ke tempat duduknya semula, Donghyuck terus berjalan keluar dari gedung tersebut.
Ia kini berada di depan mobil Mark, kakinya lemas membuatnya berlutut di tanah. Ia berusaha mengatur napasnya, memegang dadanya yang berdebar, dan berusaha untuk berdiri kembali. Ia sedikit tersentak ketika merasakan sebuah tangan melingkar di pinggangnya dari belakang, mencoba membantunya berdiri.
"Hyuck, ada yang sakit?" suara lembut Mark terasa begitu dekat di telinganya. Donghyuck yang sudah berhasil berdiri itu memutar tubuhnya dan kini menghadap sahabatnya yang benar-benar tampak khawatir. Mark menyapu air mata sahabatnya dengan jemarinya, memperhatikan sahabatnya penuh kecemasan dari ujung kepala hingga kaki. Donghyuck melepaskan senyuman tipis, kemudian menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan sahabatnya tadi.
"Hyung, bisakah kita pergi sekarang?"
.
.
.Mobil sedan hitam Mark melaju dengan cepat di jalanan. Donghyuck yang duduk di sisinya tidak mengucapkan sepatah katapun dan hanya menopang dagu sembari melihat ke luar jendela mobil. Entah apa yang dia pikirkan. Padahal respon penonton sepenuhnya positif, namun sepertinya perasaan Donghyuck justru bertolakbelakang.
"Hyuck."
"Hm?"
"Aku paling menyukai suaramu di dunia ini." Perkataan Mark membuat pemuda itu menoleh dengan kedua maniknya yang membulat. Mark tersenyum sambil menatapnya sebentar sebelum kembali fokus menyetir. "Serius."
Donghyuck terkekeh. "Kalau aku sih, paling suka Ma- ... Michael Jackson."
Mark mengerucutkan bibirnya, kecewa karena sahabatnya itu tidak jadi menyebut namanya. Donghyuck terbahak melihatnya dan itu sudah cukup membuat hati Mark senang karena berhasil membuat sahabatnya yang lebih muda itu kembali ceria.
"Oke! Mari kita pasang lagu Michael Jackson yang kau sukai," ujar Mark sambil menyetel radio mobilnya dan memasang lagu I'll Be There - The Jackson 5. Mereka berdua pun melanjutkan perjalanan ke apartemen Donghyuck sambil ikut bernyanyi dengan musik yang mengalun dari radio.
.
.
.Jeno kini duduk sendiri di mejanya, meneguk wine dengan kesepian sebelum melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Kenapa Donghyuck dan Mark Hyung belum kembali dari toilet?"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
BEST FRIEND? | MarkHyuck
FanfictionKisah tentang kedua sahabat dengan mimpi yang sama namun dengan nasib yang berbeda. Kisah tentang kedua sahabat yang mendambakan kehidupan satu sama lain walau sudah saling mengetahui konsekuensi dari kehidupan yang didambakan. Kisah tentang kedua s...