Back song recommendation: Rose – D.O
Di suatu pagi, pemuda di usia pertengahan dua puluhan tahun itu terbangun tidurnya. Hal pertama yang dia temukan adalah sisi ranjangnya yang kosong. Ah, sahabatnya sudah pergi ternyata. Dia pun beranjak dari tempat tidurnya dan menuju ruang tengah, atensinya segera menuju ke arah suatu benda tidak asing di atas meja makannya.
Donghyuck menyipitkan matanya sembari menggaruk tengkuknya, kemudian mendekati meja itu perlahan. Sebuah buket bunga berukuran cukup besar, bunga Anyelir berwarna putih yang masih sangat segar. Hal tersebut membuatnya mendengus sambil tersenyum, Donghyuck kemudian memindahkan bunga tersebut ke dalam vas bunga berisi air, ia menatapnya dan kembali terkekeh.
"Dasar, Mark Lee."
Ia kembali ke kamarnya dan duduk di sisi ranjang, diraihnya ponselnya dan kedua mata hingga mulutnya terbuka lebar.
"AKU TERLAMBAT!"
Jam sudah hampir menunjuk angka 8 AM, bisa-bisanya dia lupa bahwa hari ini dia masih harus ke kantor. Donghyuck bersiap secepat kilat, rambutnya saja belum sempat ia rapikan, tapi dia sudah berlari keluar apartemennya dan memilih untuk berangkat naik taksi agar lebih cepat sampai. Ia merutuki dirinya yang tidak mendengar alarm dari ponselnya, sepertinya tadi malam Donghyuck benar-benar pingsan karena tidur terlambat.
"Lihat siapa yang baru datang? Lee Donghyuck lagi, Lee Donghyuck lagi."
Seorang lelaki paruh baya bertubuh dua kali lebih besar dari Donghyuck sudah berdiri di hadapannya, sambil menggulung tangan di dada dan dengan ekspresi tidak bersahabat tentunya. Pemuda yang napasnya masih terengah-engah itu masih sempat melontarkan umpatan kepada atasannya dalam benaknya.
Padahal baru sekarang aku terlambat di tahun ini, memang pria tua pikun ini yang sudah harus pensiun!
Berbeda dengan isi hatinya, Donghyuck memberikan senyuman manisnya kepada atasannya itu. Tentu saja tidak mempan. Ia sudah menyiapkan telinganya untuk mendengar cacian atas dirinya dengan lapang dada, namun sebelum atasannya sempat berbicara, seseorang tiba di antara mereka untuk menginterupsi.
"Ini salah saya yang mengadakan pesta sampai tengah malam kemarin, Pak. Wajar kalau Donghyuck terlambat karena Lelah," ujar pemuda yang sedikit lebih pendek dari Donghyuck itu. Dia membungkukkan kepalanya kepada atasan yang ternyata merupakan pamannya sendiri.
"Begitukah? Ya sudah. Anggap dirimu selamat karena Renjun, ya." Pria tua itu pun memberikan Donghyuck tatapan sinis kemudian meninggalkan mereka berdua dan kembali ke ruangannya.
Donghyuck berdeham sebelum membungkukkan tubuhnya kepada Renjun dan hendak pergi ke mejanya. Sejujurnya dia bingung, kenapa Renjun tiba-tiba menyelamatkannya? Padahal mereka tidak begitu akrab, Donghyuck hanya pernah beberapa kali membantu pekerjaannya dulu saat Renjun baru pertama kali masuk ke divisinya.
.
.
.
"Donghyuck," panggil Renjun menghampiri meja kerja Donghyuck dengan kedua tangan disembunyikan di balik tubuhnya. Donghyuck pun mendongak, termasuk Jeno di sebelahnya. Tampak sedikit ragu, Renjun mengeluarkan sesuatu dari belakangnya dan meletakkan kopi Starb*cks kesukaan Donghyuck di atas mejanya.
"Wah, untukku? Thanks," sahut Donghyuck semangat. Dia segera menyantap kopi itu sepenuh hati, tak sadar jika sang pemberi telah tersenyum lebar atas reaksinya. Jeno menatap pemuda kecil itu penuh curiga.
"Untukku mana?" tanya Jeno. Renjun pun kembali ke mejanya tanpa menjawab Jeno, membuat pemuda tampan berhidung mancung itu cemberut. "Dari pesta semalam, si Renjun itu baik ke kamu doang. Dia terus memberimu daging dan sekarang, kopi."
"Mungkin karena aku mentornya dulu, atau karena dia merasa bersalah karena tiba-tiba diangkat jadi atasan kita." Donghyuck mendengus sambil mengangkat bahunya. Ia lalu mengeluarkan ponselnya dari kantong dan mengetik sesuatu di sana.
MaelkMel
Ngapain kirim bunga, sih? Haha
Tapi terima kasih, bunganya bagus
10.53 AM.
.
.
Jam istirahat pun tiba, Donghyuck biasanya suka menghabiskan waktunya di atap kantor bersama Jeno. Tapi kali ini Jeno tidak membawa bekal, jadi dia menyuruh Donghyuck untuk ke atap duluan dan dirinya akan menyusul setelah beli makanan. Oleh sebab itulah pemuda berkulit tan itu menyantap bekalnya seorang diri di atap kantor yang luas, dia terlalu lapar untuk menunggu Jeno.
"Hey," sapa seseorang yang sudah duduk di sebelah Donghyuck. Bukan Jeno, maka itu Donghyuck menaikkan sebelah alisnya heran dengan mulut yang sibuk mengunyah makanannya. "Sendiri?"
"Iya, tapi sebentar lagi ada Jeno."
Pemuda yang tiba-tiba hadir itu mengangguk. Percakapan mereka berakhir sampai di situ, kini keduanya hanya duduk bersebelahan tapi tak ada yang bicara. Jujur saja Donghyuck merasa kurang nyaman dengan kecanggungan itu.
Kenapa Jeno lama sekali, sih?
"Yang tadi pagi ... kau suka?" tanya Renjun memecah keheningan.
Donghyuck tidak langsung menjawab, dia tidak paham apa yang dimaksud Renjun. Apalagi pikirannya kini sedang terbagi dua dengan rasa nikmat dari bekalnya.
Oh, apa maksudnya kopi tadi?
"Iya, aku suka. Terima kasih, ya."
Renjun tersenyum, tapi dia menyembunyikannya dari Donghyuck. Pemuda itu pun beranjak dari duduknya lalu menepuk bahu Donghyuck dan pergi. Tidak lama kemudian Jeno tiba dengan sekantong plastik kimbap, dia pun duduk di tempat Renjun tadi dan menyantap makanannya.
"Tadi Renjun ke sini? Aku ketemu di tangga," tanya Jeno.
"Iya. Tapi aneh ... ekspresinya aneh," ujar Donghyuck sambil merapikan tempat makannya yang sudah ludes, tapi dia cukup baik untuk menemani Jeno yang baru tiba.
"Firasatku sih ... dia naksir kamu,"ujar Jeno tanpa menatap lawan bicaranya dan sibuk mengunyah makanannya.
Donghyuck yang sedang minum hampir saja tersedak dan memukul lengan temannya itu dengan tatapan tajam. "Jangan bercanda yang aneh-aneh."
"Hey, buktinya semalam dia menghubungiku untuk menanyakan alamatmu," tambah Jeno mengambil satu gigitan lagi pada kimbap-nya. "Katanya mau kirim sesuatu. Apa kau ada terima hadiah atau apapun dari Renjun pagi ini?"
.
.
.
DING!
Maelk
Mel
Ngapain kirim bunga, sih? Haha
Tapi terima kasih, bunganya bagus
10.53 AMMaelk: Hey, habis manggung nih sorry
Maelk: Bunga apa?
Maelk: Aku tidak ada kirim bunga
12.47 PMTBC
KAMU SEDANG MEMBACA
BEST FRIEND? | MarkHyuck
Fiksi PenggemarKisah tentang kedua sahabat dengan mimpi yang sama namun dengan nasib yang berbeda. Kisah tentang kedua sahabat yang mendambakan kehidupan satu sama lain walau sudah saling mengetahui konsekuensi dari kehidupan yang didambakan. Kisah tentang kedua s...