Ep 9 : Dream

1K 132 1
                                    


Back song recommendation: Daydream - B.I (feat. Lee Hi)

Donghyuck benci bernyanyi sejak lama.

Beberapa kali ia ikut audisi, baik audisi ke agensi hiburan dan audisi ke acara musik. Donghyuck selalu menerima penolakan dan pengabaian. Tidak, dia tidak segera menyerah setelah sahabatnya direkrut agensi besar dengan mudah kok. Donghyuck masih berusaha mengejar mimpinya, mengejar sahabatnya, agar bisa menjadi sukses bersama. Tapi ternyata penolakan-penolakan yang terus menghantuinya itu semakin merenggut kepercayaan dirinya.

Pernah suatu hari saat Donghyuck sudah tinggal menempuh satu tahap lagi untuk diterima di sebuah agensi, suaranya tidak mau keluar. Rasanya seperti ada gumpalan besar di lehernya hingga dia tidak dapat menunjukkan bakatnya. Tangannya yang memegang mic bergetar hebat, pandangannya kabur, dan suaranya terbata-bata.

Apa setelah ini mereka akan menolakku lagi?

Bagaimana kalau aku gagal lagi?

Aku akan gagal lagi, bukan?

Pikiran-pikiran tersebut memenuhi kepalanya.

Hari itu pun seorang Lee Donghyuck yang sangat suka berada di atas panggung, melarikan diri dari tempat favoritnya untuk pertama kali dan tidak pernah ingin kembali ke sana lagi.

Hari itu juga merupakan hari terakhir Donghyuck mengejar mimpinya.

.
.
.

"Hyuck ... Apa kau yakin tidak mau mencoba lagi? Di hari pernikahan wali kelas kita, kau benar-benar melakukannya dengan sangat baik."

Donghyuck juga tidak suka disuruh bernyanyi kini, tapi kenapa sahabatnya itu seperti lupa akan hal itu? Ya, sejak penampilan perdana Donghyuck di atas panggung hari itu, Mark tidak berhenti membujuk sahabatnya untuk 'mengejar mimpinya' lagi. Tapi Donghyuck selalu berusaha untuk mengalihkan topik atau bahkan pura-pura tidak mendengarnya.

Mark berpikir kalau sahabatnya itu pasti belum sepenuhnya membenci sesuatu yang pernah menjadi tujuan hidupnya itu, Donghyuck mungkin hanya terlalu takut untuk mencoba lagi. Ia berharap kalau terus membujuk sahabatnya itu, bisa saja Donghyuck berubah pikiran kan?

Tapi sepertinya Mark tidak sadar kalau niat baiknya itu justru melukai Donghyuck. Entah sudah berapa ratus kali dia mengungkit topik itu akhir-akhir ini, Donghyuck mulai merasa jenuh.

"Hyung. Aku tidak ada waktu lagi untuk itu. Lagipula aku sudah tidak tertarik," ujar Donghyuck berharap sahabatnya itu mau mengerti.

Kedua pemuda itu kini sedang berada di rumah Donghyuck, seperti biasa. Donghyuck sedang sibuk menyusun pakaiannya yang baru dia ambil dari laundry ke dalam lemari, sedangkan Mark duduk di pinggir kasur dekat lemari.

"Donghyuck-ah, kau sedang membohongi dirimu sendiri. Aku mengerti perasaanmu, tapi apa salahnya untuk mencoba sekali lagi? Kau memiliki bakat, aku yakin kalau dicob--"

"Mark Hyung," sela Donghyuck yang berhenti dari kegiatannya. "Kau tidak mungkin mengerti perasaanku."

Pemuda berkulit tan itu masih menghadap lemari, membelakangi sahabatnya sehingga Mark tidak dapat melihat ekspresi Donghyuck saat ini. Namun, jelas ia mendengar Donghyuck mendengus.

"Hyung tidak akan mungkin mengerti rasanya ditolak terus-menerus. Aku tidak sepertimu yang walaupun melakukannya dengan setengah hati pun bisa berhasil," tambahnya. Donghyuck tidak menghiraukan sahabatnya yang tiba-tiba hening dan tidak meresponnya, dia sudah terlalu kesal karena Mark tidak menangkap sinyalnya. Sinyal untuk berhenti membahas topik tersebut.

"Mau di kantor atau di industri apapun, seberapa keras usahaku tidak akan dipandang oleh orang lain. Akan selalu ada orang-orang yang sebenarnya 'tidak begitu ingin melakukannya' tapi selalu mendapatkan apa yang kuperjuangkan dengan mudah." Donghyuck beranjak dari posisinya, kini ia berbalik menghadap sahabatnya. Mark dapat melihat wajah Donghyuck yang memerah, ia tentu merasa bersalah karena tidak peka dengan ucapannya sendiri dan membuat Donghyuck tidak nyaman. "Aku sangat membenci itu."

"Walau kau tidak berusaha keras pun, masih akan ada banyak orang yang mencintai dan mendukungmu. Berbeda denganku yang selalu ditolak walau sudah mati-matian. Jadi, tidak mungkin Hyung bisa memahami perasaanku," ujar Donghyuck sambil menunduk. Ia mengepalkan telapak tangannya, sambil merutuki dirinya sendiri dalam hati yang seperti pecundang karena menyalahkan sahabatnya atas masalahnya. Tapi entah kenapa bibirnya tidak bisa ia diamkan dan terus saja mengatakan hal-hal yang tidak sesuai dengan hatinya.

"S-seharusnya pada hari kelulusan kita ... aku tidak usah memaksamu untuk tampil bersamaku. Toh kau pada dasarnya ini bukan mimpimu dari awal, kan?"

Mark mendongakkan kepalanya, sedikit terkejut dengan apa yang baru saja dikatakan pemuda di hadapannya.

"Lalu kenapa kau harus merebut mimpiku?"

"Lalu kenapa kau harus merebut mimpiku?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC

BEST FRIEND? | MarkHyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang