Ep 12 : The New Beginning

1K 127 2
                                    


Mimpi itu sebenarnya apa?

Apakah mimpi itu adalah sesuatu yang sungguh bisa digapai?

Saat kita masih di bangku sekolah, mungkin kita berpikir bahwa mimpi adalah sesuatu yang bisa dan harus dikejar. Tapi seiring berjalannya waktu, semakin dewasa kita, mimpi hanyalah sebuah harapan atau angan-angan semata.

Itulah yang Donghyuck tafsirkan tentang mimpi. Daripada mengejar yang tidak pasti, ia lebih memilih untuk mengorbankan mimpinya dan memilih jalan lain yang lebih realistis.

Di sisi lain, definisi mimpi yang dianut oleh Mark bertolak belakang. Mark tetap merasa bahwa mimpi adalah sesuatu yang harus dikejar, meskipun itu berarti ia harus mengorbankan apa yang sudah ia miliki. Tidak, sesuatu yang harus dilepas untuk mengejar mimpi tidak bisa disebut sebagai 'mengorbankan' tapi 'mengubah'. Jika kamu sedang menjalani kehidupan yang tidak sesuai dengan keinginanmu, maka ubahlah jalan itu. Begitu pikir Mark.

Jadi, definisi mimpi siapa yang lebih kamu setujui?

Tidak ada jawaban yang salah, pada akhirnya semua itu kembali kepada diri sendiri. Donghyuck mempelajari aspek lain dari 'mimpi' melalui Mark, begitupun sebaliknya. Hal tersebut membuat kedua pemuda berkepala batu itu saling memahami, membuat keduanya semakin berani, berani untuk keluar dari zona nyaman masing-masing untuk menemukan apa yang sebenarnya ingin mereka jalani.

.
.
.

Hari ini Mark bersiap di belakang panggung, ia dapat mendengar sorakan meriah dari penggemarnya di luar sana, siap untuk menyambut idola mereka untuk terakhir kalinya. Ya, hari ini adalah konser perpisahan Mark sebelum ia memulai mimpi barunya. Kakinya melangkah ke tengah venue luas yang dipenuhi oleh para pendukungnya, ia meratapi seluruh ruangan itu perlahan, dari atas sampai ke bawah. Walaupun sudah ratusan kali melakukan konser dan sudah 7 tahun lamanya berada di posisi itu, tetap saja berdiri di hadapan penggemarnya seperti ini akan selalu mengharukan baginya.

Musik pun mulai dimainkan, Mark mengencangkan genggamannya pada mic-nya dan tampil sepenuh hati.

Mungkin karena konser ini akan menjadi yang terakhir kalinya, pemuda pekerja keras itu merasa sepuluh kali lebih gugup dari biasanya. Ia ingin memberikan yang terbaik bahkan sampai akhir, dengan itu ia berharap penggemarnya akan mengetahui bahwa ia begitu berterima kasih kepada mereka dan 'berusaha semaksimal mungkin' adalah satu-satunya cara untuk membalas dukungan mereka.

Sampai hampir tiba di penghujung acara, ia melakukan ment terakhirnya.

"Apa kalian ingat tentang cerita awal debutku?" tanyanya kepada seluruh penonton. "Aku bernyanyi di atas panggung pertama kali di hari kelulusan SMA-ku, menyanyikan lagu berjudul Billionaire."

"Tentu saja kami tahu!" teriak salah seorang penggemar dengan suara kencang membuat Mark tertawa.

"Tapi kalian harus tahu kalau aku tidak tampil sendiri, tokoh utama di panggung itu bukan aku melainkan sahabatku yang memaksaku seharian untuk tampil bersamanya hari itu." Mark terkekeh yang kemudian diikuti oleh para hadirin di sana. "Tanpa dia, kalian mungkin tidak akan pernah mengenal Mark Lee yang sekarang."

Perkataan Mark membuat semua orang yang hadir semakin penasaran. Tentu sangat antusias dengan sosok yang nyatanya bukan baru sekali atau dua kali saja disebut oleh Mark. Dalam setiap wawancara atau acara penghargaan apapun, Mark kerap kali menyebut bahwa ia sangat berterima kasih kepada sahabatnya. Sehingga sudah banyak penggemar yang penasaran tentang sosok ini sejak lama.

"Dia ... adalah idolaku, seorang pekerja keras yang sangat kukagumi," ujar Mark sambil menoleh ke ujung panggung. Matanya terkunci pada milik seseorang yang juga sedang menatapnya dengan gugup. Mark tersenyum teduh, membuat orang itu sedikit tersentak dan merona. Sedangkan penonton semakin heboh, mereka bertanya-tanya akankah sosok itu menunjukkan dirinya di hadapan mereka semua?

"Dan juga orang yang sangat aku sayangi," tambahnya masih menatap orang di sisi panggung itu.

Tepat setelah pernyataan Mark, seluruh lampu yang menyala di panggung meredup tanda pertunjukan berikutnya akan segera dimulai. Mark berjalan meninggalkan panggung dan menghampiri pemuda yang berdiri membatu di sana, masih belum bisa mencerna perkataan sahabatnya barusan. Mark kembali tersenyum, ikut menggenggam jemari temannya yang menggenggam mic dengan erat dan sedikit bergetar. Ia mendekatkan wajahnya ke telinga pemuda yang lebih muda darinya itu.

"Tidak usah takut, aku ada di sini dan akan selalu ada untukmu."

Mark mendorong pelan sahabatnya ke atas panggung, ia menoleh ke arah Mark yang masih tersenyum lebar dan menyuruhnya untuk segera pergi ke tengah panggung.

Ia menelan air liurnya sendiri sebelum melanjutkan langkahnya ke tengah panggung yang gelap. Ditatapnya ratusan penonton yang mulai sedikit berisik karena tidak dapat melihat rupa pemuda di tengah panggung gelap itu. Donghyuck menarik napas panjang dan mengeratkan genggamannya pada mic, dia masih tidak menyangka akan kembali lagi ke atas panggung untuk bernyanyi. Hatinya berdegup kencang, ia berusaha mengubur pikiran-pikiran negatif di kepalanya.

Layar di panggung pun mulai menyala, menampakkan potongan video latihan Mark dan dirinya saat sebelum panggung kelulusan mereka waktu SMA. Tak berselang lama, Donghyuck tahu waktunya untuk mewujudkan kembali mimpinya akan segera dimulai saat lampu sorot panggung mengarah kepada dirinya.

Dan hari itu pun akan menjadi awal baru bagi kehidupan kedua sang pemimpi itu.

TBC

"Make each other shine, like old time."
-Mark Lee

BEST FRIEND? | MarkHyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang