Sejak kejadian kesurupan massal waktu itu, kini kelas ipa 1 tidak ada lagi guru yang berani berteriak, mungkin beberapa dari mereka hanya memarahi tapi dengan nada yang tidak terlalu tinggi seperti biasanya. Rasa bersalah? Mereka memang merasa bersalah, sangat merasa bersalah karena tidak ada guru yang curiga pada mereka. Tapi rencana mereka waktu itu berhasil dan tidak ada dari mereka yang berani membocorkan rahasia terbesar ini. Namun mereka masih bingung ketika Pak Zain berkata kelas ini memang banyak penunggunya, jadi penunggu disini waktu itu kebingungan melihat murid kesurupan padahal mereka hanya diam duduk di pojok-pojok kelas? Entahlah, hanya tuhan yang tahu.
Bel pulang sekolah berbunyi, Aze dan teman-temannya berkumpul di depan kelas membahas kegiatan mereka besok di hari sabtu. Rencana mereka besok pergi ke cafe terbaru di dekat rumah Audie, atau bermalam di rumah Aze.
"Gimana?" tanya Diandra memulai musyawarah.
"Ya terserah sih, kalian pada mau kemana?" tanya Audie.
"Kalau kata gue sih dua-duanya aja, kita sore ke cafe terus pulangnya ke rumah Aze. Gimana?" ucap Naya memberi usul.
"Boleh juga sih, gausah ribet-ribet milih. Yaudah, besok kita ke rumahnya Aze ya, terus bareng-bareng ke cafe terus malemnya tidur di rumah Aze." jelas Diandra.
"Mama lo ngebolehin nggak, Ze?" tanya Naya.
Aze mengangguk, "Mestinya boleh sih, lagian juga kalian setiap nginep dirumah juga boleh-boleh aja. Nanti gue coba tanyain lagi deh." ujarnya.
"Widih, ada musyawarah meja bundar nih." seru Haikal melewati gerombolan Aze dan teman-temannya.
Terlihat Haikal, Ale, Elang, dan Rajen baru keluar dari kelasnya. Mereka ada di kelas tetap disebelah kelas Aze, dan jalan keluar melewati kelas ipa 1.
"Kita gabung nginep dong." ucap Ale menggoda para cewek.
"Dih nguping ya lo?" tuduh Audie.
"Lo aja yang ngomongnya kaya pake toa, lo tanya anak ipa 5 juga kedengeran kali." sinis Rajen.
"Tumben berempat doang, pemimpin suku kalian kemana nih nggak nongol tuh idung." tanya Diandra ketika ia tidak melihat kehadiran Jeano.
"Cie nyariin Jeanoo. Tapi sorry ya An, Jeano kayanya nggak tertarik deh sama lo. Cinta sejati Jeano tuh si Aze." ucap Haikal.
Haikal membentuk love sign dengan tangannya, "Nih, Jeano love Aze." tawa Ale dan Rajen meledak melihat kelakuan temannya. Jangan tanya Elang sedang apa, dia masih diam mungkin sedikit mengangkat ujung bibirnya, sedikittt.
"Apaan sih lo, Kal! Kaya bocah SD aja!" pekik Aze.
"Si Jeano kan dulu suka nulis gitu di papan tulis kelas waktu SD. Jiakkh." ejek Ale yang merupakan teman SD Jeano dan Aze.
"Ha? Emang iya ya?" tanya Naya memastikan ucapan Ale benar, ia menahan tawanya.
"Ya beneran lah."
Semuanya tertawa mendengar kelakuan aneh Jeano dulu, meskipun tetap berlanjut sampai saat ini.
"Kalian kenapa ikut-ikutan ngejek gue sih?" tanya Aze pada teman-temannya yang masih tertawa membayangkan nama Jeano love Aze di papan tulis.
"Sorry ya, Ze, tapi itu lucu banget." ucap Diandra.
"Apanih rame-rame?" tanya Jeano yang abru saja muncul. Dia baru saja dari kamar mandi dan melihat teman-temannya berkumpul bersama Aze dkk.
"Nggak ada." jawab Aze ketus.
"Sabtu nginep rumah lo yuk, Je." ajak Ale mengalihkan pembicaraan. Ia ingin mengikuti Aze dan teman-temannya yaitu menginap semalam.

KAMU SEDANG MEMBACA
STACY
Fanfiction"You can call me stacy, you call me love, you can call me late night, and ill be at your door You can call me anything oh anything u want, but JUST DONT CALL ME YOURS" Hanya sebuah cinta remaja antara Amaraze Stacy dan Jeano Zayvius yang sering terj...