"You can call me stacy, you call me love, you can call me late night, and ill be at your door
You can call me anything oh anything u want, but JUST DONT CALL ME YOURS"
Hanya sebuah cinta remaja antara Amaraze Stacy dan Jeano Zayvius yang sering terj...
Aze melihat Jeano makan nasi goreng itu dengan lahap, ia sangat tidak tahu isi otak cowok satu ini. Bagaimana bisa dia kepikiran mengamen di depan rumahnya hanya untuk meminjam uang dan mengajaknya makan.Ia sesekali melihat Jeano yang tersenyum kepadanya saat nasi masuk ke dalam mulut seperti anak kecil.
Aze menghembuskan nafas, ia juga belum makan malam dan mamanya tadi masak makanan pedas yang sama sekali ia tidak suka. Untuk saat ini, Jeano datang di saat yang tepat. Dilahapnya suapan pertama dan disambut eyes smile Jeano. Eye smile yang menjadi poin utama dari ketampanan Jeano.
"Nih Je, minuman lu." ucap abang nasi goreng memberikan dua teh kotak pada Jeano.
"Makasih ya bang, maaf ngerepotin." ucap Aze sungkan.
"Nggak papa kok neng cantik mah, orang abang juga tadi sekalian beli minyak sama telor kali." jawab abang nasi goreng.
"Je, gue tinggal masak dulu ye si yang punya toko tadi minta dibikinin." lanjutnya.
Jeano mengangguk sembari mencoba menelan nasi yang sudah ia kunyah, "Iya bang, sokin. Laris maniss!" serunya.
"Lo belom makan berapa hari, Stace?" tanya Jeano saat melihat Aze makan dengan lahap. Bahkan jeda dari suapan tidak begitu lama.
"Dari umur 1 hari." jawab Aze melucu.
Jeano tertawa dengan lelucon yang sebenarnya tidak terlalu bisa untuk ditertawakan. Namun jika itu Amaraze Stacy, ia akan melakukan apapun untuk gadis itu, seperti tertawa dengan lelucon anehnya.
"Apasih lo, gajelas!" pekik Aze.
"Besok lo mau berangkat bareng gue nggak?" tanya Jeano menawari Aze tumpangan. Sebenarnya ia tahu bahwa jawabannya adalah tida, tapi apa salahnya mencoba.
"Nggak, berangkat sama kakak." jawab Aze.
"Yaudah."
Aze berpikir dia sudah terlalu lama berduaan dengan Jeano, hmm tidak juga, ada abang nasi goreng diantara mereka. Ia segera mengunyah suapan terakhirnya dan pergi meninggalkan Jeano dan gerobak nasi goreng.
"Lah? Cepet amat tuh cewek kalo makan." ucap Jeano.
Jeano ikut mempercepat kunyahannya dan menyusul Aze. Ia meletakkan piring kosong di atas piring Aze dan menyerahkannya pada abang nasi goreng.
"Bwang, mwakasyih ywa." ucap Jeano dengan nasi goreng yang masih ia kunyah dalam mulut.
"Jangan buru-buru napa dah, keselek baru tau rasa lu!" seru abang nasi goreng.
Jeano mengambil gitarnya dan berjalan menyusul Aze. Saat ini ia berpikir bahwa gitar ini sangat menyusahkan. Jeano mengimbangi jalan Aze, ia sudah berada di sebelah kanan Aze sekarang.
"Temenin gue sampe bunda balik yuk!" pinta Jeano.
Aze menghentikan jalannya dan menatap Jeano yang juga refleks ikut berhenti.
"Abis ini mau minta apa lagi? Mau dibikinin rumah?" tanya Aze sedikit kesal.
"Boleh juga sih, lo bikin rumah gue yang bikin tangga, kita bikin rumah tangga." jawab Jeano dengan gombalannya. Ia menyoraki gombalannya sendiri karena Aze tidak memberikan sedikitpun reaksi.
"Lo tunggu disini aja, gua mau masuk, mau tidur."
"Stace, abis makan jangan langsung tidur, nggak baik buat kesehatan lo." ucap Jeano
"Yaudah deh lo masuk aja diluar juga dingin, takut lo sakit." lanjutnya
Tanpa berkata apapun, Aze meninggalkan Jeano sendirian di luar rumahnya. Jeano duduk di kursi besi yang diberikan pak rt di setiap jalan komplek, ia melihat ke rumahnya yang hanya ada ayahnya di dalam. Bukan ayah kalau menurut Jeano itu medusa. Agak sedikit durhaka tapi kenyatannya iya.
Jeano tersenyum ketika mengingat lucunya Aze saat mengunyah makanannya terburu-buru. Ia sangat senang malam ini bisa makan bersama Aze. Tapi ia bertanya-tanya, kenapa Aze makan terburu-buru, apakah Jeano bau badan? Ia segera mencium ketiaknya namun hanya mencium bau parfume kesukaannya. Baru berjalan beberapa menit yang lalu, Jeano sudah rindu dengan Aze.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jeano sangat suka menggoda Aze, ia sangat suka ketika melihat wajah kesal Aze gara-gara kelakuannya. Sedangkan cewek itu, ia sedang merutuki Jeano dari layar handphonennya. Ia melihat Jeano yang masih berada di depan rumahnya —sekaligus depan rumah Jeano juga—.
"Rese!" gumam Aze.
Jeano melihat mobil bundanya muncul, mereka sudah pulang dari pasar malam. Jeano merentangkan tangannya mencoba menghentikan mobil bunda. Mobil itu mengerem mendadak dan berhenti tepat di depan Jeano.
"Kakak mau bunda tabrak ya?" tanya bundanya dari jendela mobil.
"Kak Jeano kalau mau ditabrak jangan pake mobil ini dong, ambulan aja sekalian diangkut!" seru Jaiden disamping bunda.
"Hus, nggak boleh ngomong kaya gitu!" tergur Bunda.
Jeano menghampiri mobil dan masuk di kursi belakang, tentunya bersama gitar di tangannya.
"Ikut dong bun, males masuk rumah sendiri." ucap Jeano.
Bunda menggelengkan kepala, "Heran deh sama nih anak satu."
"Kakak ngapain bawa gitar keluar rumah? Baru selesai ngamen ya?" tanya Jaiden.
"Gausah banyak tanya, anak kecil nggak boleh kepo sama kehidupan orang dewasa." jawab Jeano.
"Dih orang aku udah kelas 4 sd juga."
***** My first story yang makin lama kayanya makin cringe tp gapapa deh pengen aku up terus ahaha meskipun yang baca belum ada. Cuma pengen nulis aja sih sebenernya, kalau ceritaku ini ada yang baca ya syukurlah, makasih banget hehe. Jangan lupa dukung yaa guys <3 Vote and comment!!