Chapter Dua Puluh Dua

37.4K 3K 19
                                    


"Lo nggak bisa ngomong secara normal?" ujar Alodie seraya menjauhkan tubuhnya dari Alter.

Alter mengangkat alis, "Bagian mana yang nggak normal?"

"Jarak lo terlalu deket," ucap Alodie dengan memutar bola mata.

Alter terkekeh dan mendekatkan wajahnya ke arah Alodie hingga gadis itu  mendelik kesal. Alter dengan segala tingkahnya yang terkadang tidak normal. Rasanya Alodie sampai melupakan jika Alter itu memang tidak seperti orang normal pada umumnya dan Alter itu terlalu abu-abu.

"Bilang aja kalau lo deg-degan dekat gue?Hm?" bisik Alter.

Alodie berdecak kesal, "Ck. Nggak usah baca pikiran gue!"

Benar. Yang Alodie maksud dengan Alter  tidak normal dikarenakan laki-laki itu bisa membaca pikiran orang lain. Dan ini adalah rahasia Alter yang Alodie ketahui. Sebut saja kemampuan Alter itu dengan kata telepathy. Telepathy diartikan sebagai kemampuan untuk berkomunikasi lewat pikiran atau kemampuan membaca pikiran orang lain. Berkomunikasi lewat pikiran, sesuai dengan makna komunikasi, adalah pertukaran informasi antara pengirim (sender) dan penerima (receiver). Kemampuan membaca pikiran adalah kemampuan untuk mengetahui apa yang dipikirkan, misalnya tentang apa yang akan dilakukan seseorang. Ada juga menyebutkan bahwa mind control (mengendalikan pikiran) untuk tujuan cuci otak (brain wash) adalah salah satu skill dari cabang telepathy ini. (Sumber: google.com)

Untuk mind control sendiri, Alodie belum mengetahuinya karena ia belum melihat Alter melakukanya. Seberapa hebat kekuatannya, Alodie jelas tidak tahu.

"Ayo!" Alodie mengernyit saat Alter mengulurkan tangannya.

Gadis itu justru meletakkan hoodie milik Alter di tangannya yang disambut decakan dari laki-laki itu. Hal itu membuat Alodie mengernyitkan dahinya, bukankah laki-laki itu mengulurkan lengannya untuk meminta hoodie miliknya kembali?

"Apa?"

"Ayo ikut gue," ujar Alter yang membuat kernyitan di dahi Alodie semakin dalam.

"Ck!" Alter berdecak saat mendapati pikiran-pikiran negatif yang berseliweran di dalam pikiran Alodie.

"Nggak usah kebanyakan nonton film psikopat."

Alodie berdesis, "Baca pikiran gue lagi."

Alter hanya menggedikkan bahunya acuh, "Emang muka gue sekriminal itu?"

"Makanya ngaca! Muka lo melebihi kriminal!"

"Heh! Diem atau gue cium?" ujar Alter seraya mengeluarkan smirknya.

Tersipu malu? Oh tentu saja tidak berlaku pada seorang Alodie. Gadis itu mendengus dengan melipat kedua lengannya di atas perut.

"Diem atau gue pukul?" ucap Alodie dengan tangan yang terkepal dan membuat Alter menggelengkan kepalanya.

Perempuan jenis apa yang saat ini berada di depannya. Keras kepala, galak, judes, dingin, cuek, tapi bisa sangat berisik dan cerewet. Oh! Jangan lupakan juga otaknya yang terkadang lemot.

Akhirnya keduanya berjalan beriringan dengan wajah Alodie yang masih tertekuk, ingat ia masih kesal dengan Alter yang baru diketahui memiliki sifat yang sangat menyebalkan level kuadrat. Namun, tak berselang lama raut wajah gadis itu berubah saat mereka keluar dari gedung itu melalui pintu belakang. Lagi, lagi Alodie dibuat kagum dan terperangah saat melihat belakang gedung yang lebih luas dan menampung lebih banyak kontainer.

Berbanding terbalik dengan keadaan di depan gedung yang terasa panas menyengat, di bagian belakang ini terasa sejuk dengan beberapa pepohonan dan hamparan rumput hijau. Namun, bukan itu yang membuat Alodie tercengang.

Alodie: The Queen Of Badness (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang