Chapter Dua Puluh Sembilan

33.5K 2.8K 24
                                    

Alodie tersenyum begitu tulus. Selama ini ia hanya memiliki Gaby sebagai seorang teman, sahabat dan juga saudara. Hanya gadis itulah yang selalu berada di sisinya sekalipun ia berada dalam keadaan yang begitu buruk. Gaby yang tidak pernah peduli akan orang-orang yang ikut membencinya dan menjauhinya karena gadis itu yang selalu bersamanya.

Gaby dan keluarganya adalah rumah kedua bagi Alodie. Dimana mereka semua bisa menerimanya dengan tangan terbuka dan tidak pernah menghakiminya.

Namun kini, bersama seorang Alterio ia bisa merasakan apa itu sebuah persahabatan dan pertemanan. Perasaan yang ia pikir tidak akan pernah ia rasakan seumur hidupnya. Memang siapa yang mau mendekatinya yang terkenal pembuat masalah bahkan dijuluki the queen of badness, seolah hanya ada keburukan dan kesialan pada dirinya.

Teman-teman Alter memperlakukannya dengan baik. Bahkan mereka tidak segan kepadanya seolah ia adalah bagian dari mereka. Bahkan Azka yang terkenal penakut dan paranoid itu juga tidak takut-takut untuk menggoda atau mengejeknya.

"Odie, makan yang banyak."

"Ho'oh, nih tambah lagi. Nggak ada yang larang."

"Ya kali larang. Yang ada udah abis duluan sama pawangnya."

"Berisik!" sentak Alter.

"Tuh, kan. Baru juga gue bilang," ujar Azka.

"Azka! Ikan asin gue jangan lo embat juga!" teriak Kenzo heboh.

Selain suka main perempuan, Kenzo juga suka dengan yang namanya ikan asin apalagi jika ditambah sambal. Sudah dipastikan jatah nasi setengahnya berada di perut Kenzo.

"Apaan sih, Bang! Ikan asin doang, udah kayak gue tikung ceweknya aja," sewot Azka.

"Anjir, laga lu. Kayak ceweknya Kenzo mah aja sama lu, Ka," ejek Angkara.

"Ngaca dulu, Bang."

"Kampret emang lu semua! Jadi kagak selera makan."

"Kagak selera makan pala lu! Lu aja udah abis dua porsi. D.u.a. p.o.r.s.i!" ketus Kenzo yang masih dendam kesumut karena ikan asinnya yang dicuri oleh Azka.

Azka melotot sebal. Memang begini nasib orang ganteng, selalu teraniaya karena ke-irian mereka semua. Padahal porsi makan Azka belum seberapa dibandingkan porsi makan Rendra. Tapi tidak ada yang berani mengusik Rendra, si paling dingin dan irit segalanya. Yah, irit ekspresi, irit ngomong pokoknya serba irit.

"Sorry, temen-temen gue pasti berisik," bisik Alter pada Alodie yang  tengah memerhatikan teman-temannya.

Alodie menggelengkan kepalanya, "Nggak kok. Mereka semua asik dan baik. Gue seneng di sini karena nggak perlu lagi ngerasa kesepian."

"Mulai sekarang, lo nggak perlu merasa kesepian lagi. Mereka semua juga temen-temen lo," ujar Alter seraya menepuk pucuk kepala Alodie.

Lain halnya dengan pasangan lain, Rendra dan Alesha. Kedua nampak berbisik-bisik dengan suara Alesha yang lebih mendominasi. Sebenarnya tidak bisa dikatakan berbisik karena suara Alesha hampir terdengar ke seluruh base camp karena gadis itu tengah merengek dan merajuk pada Rendra.

"En, aku makan ini!" rengek Alesha seraya menunjuk nasi padang milik Rendra yang banyak sambalnya.

"Nggak boleh. Ini pedas, nanti kamu sakit perut," bujuk Rendra dengan raut wajah datar. Namun, sorot matanya menunjukkan kelembutan.

"Hihhh, kenapa aku nggak boleh? Tapi En boleh makan. Nggak adil!" kesal gadis itu.

"Masih mau makan ini, atau nanti siang nggak aku beliin es krim. Hm?"

Alodie: The Queen Of Badness (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang