5. Main yuk!

38 39 24
                                    

#selamatmembaca

~🍃🍃🍃~

Beberapa bulan kemudian..

Reina dan teman-temannya sudah berada di pos ronda yang berwujud saung. Mereka ngumpul untuk bermain bersama. Hampir semua sudah ada di sana, hanya tinggal Rafqi yang belum datang. Kira-kira dia ke mana ya.

Setelah menunggu beberapa menit, mereka akhirnya memutuskan untuk pergi ke rumah Rafqi. Semua berjalan menuju rumah Rafqi, para perempuan berjalan sambil bergandengan tangan.

"Rafqi!" Teriak mereka bersamaan.

"Rafqi, main yuk!" Teriak Reina.

"Ini ada apa sih? Berisik banget." Tiba-tiba Udin keluar dari rumah. Dia yang sedang tidur saja terganggu dengan kedatangan mereka. Apalagi Rafqi yang sedang belajar untuk menghadapi tes masuk mtsn.

"A, Rafqi nya mana?" Tanya Harris pada Udin.

"Dia lagi belajar untuk masuk Mts, kalian engga belajar?"

"Ais tuh yang katanya mau masuk Mts juga." Feri menunjuk ke arah Harris.

"Hehe, iya harus nya Ais juga belajar, A." Harris cengengesan.

"Jangan ganggu Rafqi dulu ya, nanti juga kalau ngaji pasti ketemu. Tinggal satu jam setengah lagi langsung pergi ngaji. Kalian gak tidur siang gitu? Kerjaannya main mulu. Gimana gak item tuh kulit!"

"Males A, ngapain tidur siang kalau malam aja udah cukup." Reina dengan songongnya mengatakan itu.

"Yoi, bener banget Lo, na."

"Ya udah, main yuk!"

"Hayuk, semuanya ayo kita kemon!" Teriak Ardy.

Mereka berjalan menjauh dari rumah Rafqi. Tujuan mereka saat ini yaitu kembali ke pos ronda.

"Ais, Lo yakin gak mau belajar dulu?"

"Santuy gue mah, bapak gue kan ustad. Jadi, nanti malam aja belajarnya."

"Apa urusannya sama bapak Lo?" Sewot Feri.

"Iya in be dah, biar cepet." Ardy tak mau ada keributan.

Feri berdeham.

"Main apa ya, yang seru?" Difa bertanya agar tidak mengkeruhkan suasana.

"Gimana kalau kita main petak umpet? Yang jaga harus menjaga genting, jangan sampai roboh." Usul Lea.

"Ide bagus tuh! Tapi kalau nanti ada yang dipanggil suruh balik, harus izin dulu ke yang jaga ya!"

"Oke siap!"

"Awas aja! Kalau sampai ada yang kabur gitu aja, engga bakalan diajak main lagi."

"Ya udahlah, Let's go kawan!" Ajak Harris.

🍃🍃🍃

Hari ini merupakan hari yang menegangkan bagi Rafqi. Ia memang sudah belajar dengan giat, tetapi semua hal yang terjadi ke depannya itu ditentukan oleh Sang Maha Kuasa.

Rafqi berdoa semoga dimudahkan segala urusan nya. Sebelum pergi ke sekolah yang mungkin jika ia diterima akan menjadi sekolahnya, Rafqi meminta doa kepada kedua orang tuanya. Dengan segala kerendahan hati, ia mencium punggung tangan Umi dan Bapak untuk berpamitan.

"Berkasnya sudah dibawa semuakan, A?"

"Sudah, Mi. Tenang saja, kalau Udin yang ngurus semua itu pasti beres."

"Jaga adik mu baik-baik ya. Hati-hati hilang di sana."

"Iya, Pak. Udin bakalan jaga Rafqi dengan baik."

"Ayo! A, Nanti telat!" Teriak Rafqi yang sudah di pekarangan rumah.

"Iya-iya sabar dong!"

Kemudian, mereka pergi menggunakan sepeda motor yang dikendarai oleh Udin. Di perjalanan, Rafqi hanya diam dan berusaha menenangkan detak jantungnya yang berpacu lebih cepat.

"A, nanti temenin Rafqi cari ruangannya ya," ujarnya pada Udin saat sedikit lagi sampai tujuan.

"Iya, tunggu aa parkir dulu ya!"

"Oke sip."

🍃🍃🍃

Tes sudah berakhir dari beberapa menit yang lalu. Kini Rafqi sedang duduk berhadapan dengan kakaknya. Mereka mampir ke salah satu tempat makan di pinggir jalan. Rafqi memesan chocolate dan nasi goreng, sedangkan Udin hanya memesan kopi hitam dan 2 donat yang bertabur meises coklat.

Udin berdeham, "ehemm.. tadi gimana? Susah gak?" Tanya Udin penasaran. Namun, ia hanya dibalas dengan kerutan di dahi Rafqi seakan sedang berpikir. Lalu Rafqi menggelengkan kepalanya.

"Beneran gak susah?" Rafqi hanya mengangguk.

"Et ini bocah, ditanyainya malah geleng-geleng dan angguk-anggukan doang. Sengklek tau rasa Lo."

"Apaan sih a! Masa ngomongnya gitu. Omongan doa tau!" sungut Rafqi.

"Lagian tinggal jawab apa susahnya. Lo dikasih mulut buat ngomong. Gimana sih!"

"Santai dong! Gak usah ngegas."

"Lah yang tadi ngegas duluan siapa?!"

"Serah dah."

"Dih kayak cewek," ejek Udin.

"Elo kali yang kayak cewek mah."

"Gue bilangin Umi ya, Lo gak sopan sama gua. Udah dianterin, ditungguin, dan diajak makan sebelum nyampe rumah, bukannya makasih malah sewot."

'dih ngadu mulu bisanya. Beneran kayak cewek.' batin Rafqi.

Rafqi nyerah. Kalau sudah berad mulut dengan Udin pasti tidak akan pernah selesai. Makanya dia malas menanggapi kakaknya ketika bertanya, karena akan menjadi perdebatan yang panjang. Seperti saat ini.

~🍃🍃🍃~

Maaf ya, Part ini pendek..
Aku nya lagi sibuk:)

Avoid TroubleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang