Elzaqta anak Papa. Dari lahir hidup sama Papa. Punya golongan darah yang sama seperti Papa. Punya garis wajah yang hampir menyerupai Papa. Tapi tidak pernah benar-benar menjadi anak Papa.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dulu, Papa itu berandalan. Hobinya mengencani perempuan. Akan tetapi, hubungan mereka tidak pernah bertahan lebih dari dua malam. Papa akan memutuskan hubungan tanpa kejelasan ketika ia merasa bosan lalu pergi mencari yang lain seolah tidak pernah ada hati yang ia patahkan.
Sampai suatu hari, di usianya yang baru 17 tahun lebih 5 bulan, Papa kena sial. Untuk pertama kali, ia kelewatan dalam berhubungan dengan seseorang. Perempuan yang ia kencani hamil dan kemudian menuntut pertanggungjawaban. Setiap hari, perempuan yang juga masih duduk di bangku kelas 3 SMA itu menangis di depan Papa, hingga Papa tidak punya pilihan selain—terpaksa—menerima. Keduanya pun menikah, secara tertutup dan diam-diam. Hanya di hadapan penghulu dengan disaksikan keluarga dekat dari kedua belah pihak saja. Tanpa tamu undangan, juga tanpa perayaan.
Pernikahan mereka tidak pernah didasari cinta. Tidak pernah ada rasa membuncah menyerupai ribuan kupu-kupu yang berkejaran di hati Papa ketika ia bersama istrinya. Tidak pernah ada debar-debar konstan yang merepotkan dada Papa ketika ia menatap istrinya. Sebab, Papa sudah pernah jatuh cinta. Dulu. Kepada seorang gadis bernama Azzana yang ia kenal di bangku Sekolah Menengah Pertama. Gadis yang sempurna, juga lebih segala-galanya dari perempuan malang yang berakhir menjadi pendamping hidupnya.
Hati Papa seolah telah digenggam erat oleh Azzana. Saat perempuan itu pergi, hati Papa ikut terbawa. Tidak ada lagi yang tersisa.
Mungkin itu sebabnya, Papa tidak dapat benar-benar jatuh cinta lagi setelah patah oleh Azzana. Bahkan sampai istri Papa itu melahirkan seorang bayi laki-laki ke dunia, hati Papa masih tidak terbuka untuknya. Ruang kosong di dalam sana hanya terisi oleh satu nama; Azzana. Masih Azzana. Tetap Azzana. Selalu Azzana.
Perempuan malang itu hanya memiliki raga Papa, tetapi tidak dengan hatinya. Dari dulu, dan bahkan sampai detik terakhir dalam hidupnya.
Perempuan malang itu berpulang, tanpa pernah mendapatkan cinta Papa.
Perempuan malang itu benar-benar pergi untuk selamanya.
Perempuan malang itu ... adalah ibuku.
Dan mungkin karena alasan itu juga, sampai hari ini, aku ... tidak pernah ada di hati Papa.
[.]
Hai! Aku kembali.
Jika berkenan, tolong berikan cinta yang banyak untuk cerita ini.