07- Novi's

2 3 0
                                    

07. Novi's
.
.
.
.
.
"SERIUS?" teriak Dinda setengah kaget saat tau Claris adalah putri kandung Brina--sahabatnya.

Wajahnya yang tersenyum, perlahan memudar saat teringat perlakuannya dulu pada Claris. "Brin, kamu tau ngga? Aku ini bukan mami angkat yang baik bagi Claris. Bahkan aku ga pantes disebut mami lagi. " ucap Dinda melepas genggaman tangannya dari tangan Brina.

"Maksudnya? " tanya Brina tak paham.

Claris mengelus pundak Dinda, gadis berponi tipis itu tersenyum manis. "Ga papa mi, itu masa lalu lupain ya. Sekarang kita mulai dari awal. " ujar Claris menggenggam erat tangan Dinda.

"Bentar ini maksudnya apa sih? " tanya Brina lagi.

"Dulu aku nentang mas Rio buat ngangkat Claris jadi anak kita, saat mas Rio ngga ada di rumah aku kasar sama Claris, aku suruh dia ini itu. Aku bener bener jahat sama anak kita. " ucap Dinda penuh penyesalan. Matanya mengeluarkan air mata, yang langsung ia seka dengan tangannya.

"Mi, udah. Claris ga papa. Tolong jangan bahas itu lagi. " pinta Claris dengan tatapan memohon.

"Ka-kalian mau maafin aku yang jahat ini kan? " tanya Dinda. Wanita itu menyeka air matanya yang lagi lagi turun tanpa permisi.

"Sejujurnya kami marah sama kamu. Kami menghargai jasa kalian, kalau tidak ada kalian saya ga tau gimana nasib Claris nanti. " sahut Rio melepas kacamata hitamnya.

"Sekali lagi maafin mami ya nak. Maafin aku Brin, mas Roni. " mohon Dinda menunduk sedih, kemudian menatap Claris, Brina dan Roni bergantian.

"Iya aku maafin. Ga boleh diulangi lagi ya. Kamu pasti khilaf. " jawab Brina mengelus punggung tangan Dinda.

"Kita foto bareng yuuk. Pake hp Zia deh. " ajak Zia mengangkat tongsisnya tinggi tinggi.

"Smile!! "

Novi yang sedari tadi melihat kegiatan tujuh orang yang terdapat orang tuanya di situ menggeram sebal. Niatnya ingin membuat Claris tersiksa, namun Claris bersenang-semang tanpa dirinya.

Novi meninju pohon di sampingnya, mulutnya tak henti hentinya mengumpat pada adiknya.

Novi meninggalakan wilayah pantai dengan perasaan sebal. Gadis itu menghentakkan kakinya kasar pada jalanan yang dia lewati.

☂️☂️☂️☂️☂️

"PAPA! MAMA! BANG ATHA NAKAL! " teriak Alleta menggema di seluruh lantai bawah.

Ajeng menuruni tangga terburu-buru mendekati kedua anaknya di lantai bawah. Masih dengan menggendong Morel, wanita 2 anak itu menghampiri Athalla dan Alleta.

"Ma! Liat nih, jajanan aku dihabisin bang Atha. Rubik sama novel mahal aku juga dirusak sama abang jelek itu. " keluh Letta menunjuk puluhan jajanannya hanya tinggal bungkus, rubik yang patah dan novel yang terkena noda kopi dan coklat.

"Yaelah sama abang sendiri pelit amat lo. Gue sumpahin lo jerawatan mampus lo, tambah jelek muka lo itu. " sarkas Atha duduk santai di sofa single menukmati jajanan mikik adiknya.

"Tuh kan, malah gitu bang Atha. Ihh mama, bantuin Letta dong. " pinta Letta menggoyangkan lengan Ajeng.

Ajeng menghembuskan nafasnya gusar, "Kalian bisa ngga sih, akur gitu. Semenit aja deh. Mama pusing denger kalian teriak, berantem dan lainnya. " Ajeng menatap anaknya bergantian, mengelus bulu lembut kucing kesayangannya.

Atha dan Letta menggeleng kuat, "GA BISA!! " ucap Atha dan Letta serempak.

Ajeng tersentak kaget, bahkan kucing di pangkuannya pun terlonjak kaget. "Atha minta maaf sama adeknya! " suruh Ajeng melangkah mendekat Atha.

Perfect GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang