Anyway akan ada notes di bawah, mohon dibaca yaaa!!! Love you all!!
✧˖°.⩇⩇:⩇⩇⋆。°✩
Satu malam sebelum genap empat hari kejadian waktu itu, Willona memberanikan diri dan meminta izin pada Ezra, pria yang hampir membunuhnya untuk kembali berkuliah. Willona berjanji tidak akan melarikan diri dan benar-benar ingin berkuliah. Jika ia berbohong, Ezra boleh untuk mengusirnya.
Perjanjian yang bodoh, tapi Ezra menyetujui itu.
Willona duduk di kursi panjang yang memenuhi lorong-lorong penghubung antar gedung prodi. Ia menghela napasnya panjang dan memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang.
Ia bukan lagi mahasiswa yang wajib mengikuti perkuliahan. Ia harus menambah satu semester lagi untuk menyelesaikan tugas akhirnya karena masalah yang dihadapi keluarganya. Ia menghela napas, lagi.
"Willona!"
Salah seorang meneriaki namanya dari kejauhan, sembari melambaikan tangannya dan tersenyum lebar. Willona menoleh ke arah suara dan tersenyum tipis melihat seorang yang dikenalinya.
Laki-laki itu datang dan berdiri tepat di hadapannya. Ia sedikit membungkuk dan mengatur napasnya setelah lelah berlari dari koridor penghubung gedung antar prodi. Willona terkekeh kecil.
"Kenapa lari-lari, sih? Kayak ada apaan aja."
Laki-laki itu tersenyum lagi. "Oh, tentu. Ada cewek cantik yang udah lama gak keliatan di kampus."
Kalimat aneh itu membuat Willona bisa sedikit melupakan masalahnya. Seorang yang ia temui sejak duduk di bangku sekolah menengah atas ini satu-satunya orang yang tersisa.
Joshua, laki-laki yang memiliki usia satu tahun lebih muda darinya. Pertemanan keduanya bermula saat program rutin bulanan sekolahnya yakni "Pick of the Month" dimana program itu mempertemukan dua siswa-siswi yang dirasa memiliki kecocokan untuk menjalin asmara.
Mereka mulai dekat dan mengenal satu sama lain, meskipun jenjang Joshua satu tingkat dibawahnya. Hingga tiga bulan masa pendekatan, mereka resmi menjalin hubungan asmara. Akan tetapi karena beberapa hal, Willona memutuskan hubungan mereka ketika ia semester tiga. Dan hanya satu permintaan Joshua, agar mereka tetap berteman baik seolah tidak penah ada pertengkaran.
"Lo kemana aja? Gue coba hubungin tapi nomor lo gak bisa terima panggilan."
Willona mengendikkan bahunya. "Handphone gue rusak. Gak sengaja jatoh di kolam renang."
Bohong. Ia bahkan tidak ingin menceritakan hal yang dialami pada Joshua karena tidak ingin menyeret orang lain ke dalam masalahnya.
"Oh, kalo sekarang gimana? Udah ada gantinya?"
Ia menggeleng. "Gampang, lah! Gue juga mau jauh-jauh dari handphone, ngeliat temen-temen yang udah punya pencapaian bikin gue insecure."
"Perempuan se-sempurna lo? Malaikat aja sampe bingung mau kasih lo kekurangan apa saking sempurnanya."
"Apa sih!"
Keduanya tertawa kecil sampai akhirnya hening dan Joshua duduk bersebelahan dengannya. Tatapannya lurus melihat memar yang sedikit terlihat dari turtleneck yang dikenakan Willona. Tangannya dengan sendiri bergerak melihat memastikan, dan mendapat respon Willona yang terkejut.
Joshua mengernyit dengan tatapan khawatir.
"Memar apa in?"
Willona cepat-cepat merapikan penampilannya dan menggeleng. "Gapapa."

KAMU SEDANG MEMBACA
SAVIOR • PCY
Fanfiction🔞⚠️ MATURE CONTENT ⚠️🔞 Willona tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah 180⁰ setelah perusahaan yang orang tuanya miliki bangkrut. Yang lebih parah daripada itu, Willona terpaksa harus tinggal dengan seorang pria yang "menculiknya" karena huta...