[9] Shopping

580 48 4
                                    

Willona mengeram jengkel berkali-kali ketika satu per satu bidak caturnya diruntuhkan. Anak rambutnya mulai berdiri efek dari kepalanya yang panas memikirkan berbagai strategi untuk memenangkan pertandingan.

Setelah Ezra pergi mengantarkan Roseanne yang mengatakan "pulang", tidak lama setelah itu beberapa orang yang dikenalinya datang berkunjung. Tidak hanya Zayden dan Kai yang ia kenal, Ryan dan seorang perempuan ikut bergabung dan berkumpul di sofa ruang tengah.

Willona yang semula berniat melanjutkan tugas akhirnya berakhir bergabung dalam pertandingan catur yang dimainkan. Meninggalkan MacBook yang masih menyala dan bersedia bertanding satu babak.

Tidak bisa ia elakkan kalau strategi berpikir dan taktik bermain laki-laki jauh lebih unggul dari perempuan. Willona tidak mengerti bagaimana itu bisa terjadi, atau jika mengikuti penjelasan medis laki-laki akan unggul jika berfokus pada satu pikiran. Sedangkan jika berurusan pada banyak hal sekaligus, laki-laki akan kalah dibanding perempuan dari sisi multitasking.

"Kak Luna, jalanin Menteri-nya!"

Ryan ikut berteriak frustasi. Willona berdecak. "Diem, ih! Nanti aku kalah."

"Halah, udah pasti lo kalah. Liat aja bidak catur lo dibanding sama Zayden. Punya lo sisa Menteri, Kuda, Raja dan Ratu. Ratu lo bentar lagi juga mati dijatuhin sama Benteng Zayden."

Mendengar celotehan panjang Kai, Willona bergegas menggerakkan bidak Ratu menjauh dari posisinya setelah mempertimbangkan selama dua menit.

Zayden tersenyum kecil. Tangannya bergerak mengangkat bidak Kuda dan menjatuhkan bidak Menteri milik Willona. Perempuan itu berteriak kesal dan tangannya meninju udara.

"Skak mat."

Tawa menggelegar Kai dan erangan kesal Ryan memenuhi seisi ruangan. Sementara perempuan yang duduk di sebelah Zayden nampak kegirangan menepuk kedua tangannya dan sesekali memeluk laki-laki itu. Willona menghela napas panjang.

"Udahan ah, males!"

Perempuan yang sedari awal selalu bersebelahan dengan Zayden kini bangkit, berjalan mendekati Willona dan tiba-tiba saja memeluknya. Ia sedikit terkejut.

"Kak Luna jangan sedih kalah main catur sama Zayden. Kalau laki-laki menang, itu udah semestinya buat mereka. Kalau laki-laki kalah, mereka anggap mereka lagi sial. Let boys be boys. Okay, Kak?"

Willona menatap perempuan itu bingung. Perempuan itu tersenyum lebar sampai matanya menyipit. Ia melihat Zayden menggelengkan kepalanya, kakinya yang semula terbuka lebar kini ia tumpu satu kakinya pada kaki yang lain dan menyadarkan dirinya di sofa.

"I'm not a boy."

Perempuan itu membuat wajah berpikir dan meletakkan jari telunjuknya tepat di bibirnya. Ia mengangguk.

"Bener, Zayden is a man. Ya, pokoknya jangan sedih karena kalah tanding sama Zayden. Hehehe."

Terdengar helaan napas, Kai ikut menggelengkan kepalanya. Ia mendekat dan mengacak rambut perempuan itu gemas.

"Ucapan lo yang buat dia kesal kalah sama Zayden."

Perempuan itu kembali memeluk Willona. Willona yang mendapatkan perlakuan tiba-tiba itu mendadak kaku dan bingung, ada apa dengan perempuan itu.

"Sophia, perkenalkan diri."

Suara Zayden yang tenang dan dalam membuat perempuan itu kembali bersikap normal. Ia merapikan penampilan dan cara duduknya, kemudian tersenyum dan meletakkan tangannya di dada.

"Kak Luna, aku Sophia, adik Zayden."

Willona sedikit membuka mulutnya sambil menganggukkan kepalanya. Terjawab sudsh mengapa tingkah perempuan itu sangat manja dan selalu menempel dengan Zayden.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 10, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SAVIOR • PCYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang