🚨⚠️❗
>┊ ꒦꒷⚠️ TW ; VIOLENCE ️⚠️ᵎᵎ ꒱ ✦'📄'
🚨⚠️❗
Willona membungkam mulutnya, begitu juga dengan ketiga penjaga yang tengah diintrogasi Ezra bersama dengan kedua orang yang mengajaknya berbincang kemarin. Pria itu belum bertanya padanya, tapi ia yakin ia tidak akan mungkin lolos kali ini.
Percobaan pertamanya untuk melarikan diri gagal total ketika tanpa senjaga ia berpapasan dengan Ezra yang baru saja kembali dari urusannya di luar. Willona yang saat itu tidak membawa perbekalan apapun terdiam kaku dan tidak menjelaskan alasan dengan tepat mengapa ia keluar sepagi itu.
Semalaman Willona menjaga matanya untuk terus terbuka, menunggu kesempatan ketika rumah ini benar-benar kosong. Dan kalimat yang ia dengarkan terakhir kali adalah, Ezra meminta para penjaga dan pengurus rumahnya untuk tidak mengganggu dirinya. Kesempatan emas baginya untuk melarikan diri tanpa campur tangan orang lain.
Ezra menatap lurus Willona, sementara perempuan itu hanya menunduk dan memainkan jemari tangan dan kakinya. Ezra menghela napas panjang.
"Kamu coba kabur?"
Willona menggeleng cepat sebagai penolakan, tetapi ia tidak bisa menjawab pertanyaan sederharana itu. Willona hanya bergumam dan kebingungan sendiri memikirkan jawaban apa yang harus ia ucapkan.
Dalam hening dan mencekamnya suasana, satu pukulan mendarat pada seorang pria yang tak bukan adalah seorang penjaga di rumah ini. Pria itu tidak membalas ketika Ezra dengan mudah melayangkan pukulannya pada wajah dan beberapa titik di dada dan perutnya.
"Masih mau diam?"
Darah mulai mengalir dari luka yang timbul akibat pukulan tak berperasaan itu. Tubuh Willona bergetar, ia tidak pernah melihat kejadian seperti ini selama hidupnya. Gemetar di seluruh tubuhnya mengalahkan rasa takutnya untuk menggenggam lengan Ezra, membuatnya berhenti sejenak memukuli pria malang itu.
Tanpa berani menatap mata yang mengintimidasi itu, Willona berujar pelan. "Iya, gue mau kabur dari tempat ini."
Tanpa seorangpun pikirkan, tangan Ezra mendarat ke pipi kiri Willona. Ia melayangkan tamparan kepada perempuan itu yang sukses membuatnya menangis. Air mata yang sedari awal ditahannya ketika melihat seorang tanpa bersalah dipukuli kini runtuh juga.
"Ezra!"
Pria yang kemarin bertanya namanya kini menarik Ezra mundur dan berusaha menyadarkannya. Willona yang sedari awal menunduk kini memberanikan diri menatap mata itu.
Saat kedua mata itu saling bertemu, bukannya emosi yang mereda, justru Ezra merasakan emosi yang memuncak. Pria itu kini maju mendekati Willona dan mencekik leher perempuan itu sampai terbatuk.
"Jangan coba-coba kabur dari rumah ini!"
"Lo— uhuk... ugh..."
Willona mencoba sekuat tenaga untuk melepaskan tangan Ezra dari lehernya. Namun sayang kekuatannya tidak sebanding dengan pria ini.
Kedua temannya yang sedari awal diam kini berusaha untuk menghentikan Ezra melakukan tindakan gila itu. Mereka menariknya mundur sampai mencoba paksa melepaskan tangan eratnya yang masih melingkar di leher Willona.
Napasnya mulai pendek, Willona kesulitan untuk mengatur pernapasannya. Pandandangannya mulai kabur namun telinganya masih dapat mendengar apa yang diperbincangkan oleh ketiga orang yang ia ketahui penampilannya. Sementara penjaga yang lain hanya terdiam dan tidak bertindak apapun, tidak ingin kehilangan pekerjaan mereka jika ikut campur.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVIOR • PCY
Fiksi Penggemar🔞⚠️ MATURE CONTENT ⚠️🔞 Willona tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah 180⁰ setelah perusahaan yang orang tuanya miliki bangkrut. Yang lebih parah daripada itu, Willona terpaksa harus tinggal dengan seorang pria yang "menculiknya" karena huta...