[8] You Drive Me Insane

780 59 3
                                    

Willona menunggu di meja makan, sendirian. Ia menggenggam kedua tangannya dan kakinya yang terus bergerak berharap akan sesuatu. Malam ini untuk pertama kalinya selama ia tinggal di kediaman Ezra, Willona berinisiatif menunggu dan ingin makan malam bersama dengan pria itu.

Biasanya Willona menikmati makan malam sendirian, tentunya dengan ajakan para pelayan yang ada. Pernah satu hari pelayan gagal membujuk Willona untuk makan malam membuat Ezra meledakkan amarahnya dengan menghukum pelayan utamanya dengan keji. Dua pelayan yang mengurus dirinya harus merasakan kebas di tangan mereka karena Ezra menginjak kedua tangannya.

Setelah kejadian itu, Willona berinisiatif untuk keluar kamar jika sampai pukul delapan malam tidak ada pelayan yang datang. Untungnya pelayan itu selalu tepat waktu, lima belas menit sebelum pukul delapan malam, mereka sudah memanggil Willona untuk makan malam.

"Nona, sudah hampir pukul dua belas malam. Mungkin Tuan Ezra masih punya urusan yang belum selesai."

Willona menoleh ke pelayan pribadinya. Ia mengernyit dan mengangkat telunjuknya ke udara. "Nama, nama Mbak siapa?"

"Risa."

"Kamu?"

Willona menunjuk pelayannya yang satu lagi, berada di posisi sebaliknya dengan Risa. Pelayan itu sedikit menunduk dan berjalan mendekat.

"Hani."

Willona mengangguk. "Oke, Risa, Hani, perlu pakai Mbak?"

Mereka menggeleng. "Cukup panggil nama kami saja, Nona." Jawab Risa.

Willona hanya mengangguk. Setelahnya ia memerintahkan kedua wanita itu untuk mundur dan tidak mengganggunya. Ia tetap duduk menunggu kehadiran Ezra yang entah sampai kapan.

Ponselnya tak jauh berada di sebelah kanan lengannya. Ia ingin sekali mencari dan menghubungi seorang yang ada di sana, seorang yang memberikannya benda itu. Namun ia sebesar mungkin menahannya karena tidak ingin mengganggu pria itu.

Suara gagang pintu besar rumah ini terbuka. Willona bangkit dengan perasaan lega dan sedikit senang akhirnya pria yang ditunggunya tiba. Ia sedikit melihat ke arah jam yang sebentar lagi tepat tengah malam. Willona beranjak untuk mendekati Ezra yang mendapat tatapan tajam pria itu.

Keduanya berhadapan di ruang tamu, saling tatap tanpa bicara. Willona memainkan jemari tangan dan kakinya, terkadang bergantian memainkan ujung piyama yg ia kenakan.

"Kenapa kamu di sini?"

Kalimat yang terlontar dari mulut Ezra membuatnya mendongak, menatap kedua mata yang nampak lelah dan pucat.

Jika diperhatikan dengan seksama, penampilan Ezra sedikit berantakan. Aroma alkohol yang menyengat ditambah parfum wanita yang mulai menusuk hidungnya yang tidak begitu ia pedulikan mengacak-acak pikirannya. Kemeja yang berantakan menjadi sebuah celah baru pikirannya yang lain.

Willona tersenyum canggung.

"Nggak, gak ngapa-ngapain. Tadi mau ambil air putih, sedikit haus."

Jawaban yang bodoh. Willona lupa kalau kamarnya sudah memiliki segala kelengkapan seperti kantong doraemon. Sudah pasti ia tidak perlu kekurangan air, galon bertanggar di kamarnya lengkap dengan seluruh peralatan yang dibutuhkan termasuk gelas dam cangkir.

Ezra berdecih. "Air di kamarmu habis?"

"Oh, i-iya! Air di kamar gue abis, lupa bilang, hehehe."

"Perlu saya hukum dua pelayan gak berguna itu?"

Willona mengerjapkan matanya dan menggeleng sekuat tenaga. Ia menatap Risa dan Hani bergantian, terlihat raut wajah kedua wanita itu ketakutan. Ia kemudian menghela napas dan menenangkan dirinya.

SAVIOR • PCYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang