Adzan shubuh berkumandang, menandakan waktu sudah akan menjelang pagi. Sayup-sayup masih terdengar suara lembut seorang pria yang masih melantunkan Ayat Suci Al-Qur'an dengan baik dan syahdu.
Setelahnya ia berhenti untuk menghormati lantunan Adzan. Pria itu bangun dari duduknya dan berjalan menuju sebuah kamar yang lampu nya masih temaram, belum ada tanda kehidupan disana. Itu artinya orang didalam sana masih tertidur nyenyak.
Ia mengusap pipi seorang perempuan itu dengan perlahan, "Ya Habibati, sudah waktu shubuh. Mari kita sholat berjamaah" ucapnya perlahan, Hazwan masih dengan usapannya.
Perempuan itu menggeliatkan tubuhnya, meregangkan otot dan membuka mata sedikit demi sedikit.
Yang tampak di depannya saat ini adalah seorang pria dengan Gamis pria berwarna putih dan sorban putih yang menutupi kepalanya. Mashallah Suamiku, batin nya.
Perempuan-nya mengulurkan tangan, mengisyaratkan pria itu untuk menarik nya dari kasur yang nyaman itu. Sang pria menarik nya lembut dan perlahan. Mereka berdua saling memberikan senyuman.
"Wudhu lah dulu, aku akan menemani Aadam selagi kamu pergi" Hazwan mengambil Aadam, bayi berusia 6 bulan itu mulai menggeliat tak nyaman karena godaan dari sang Abuya.
Seorang perempuan itu tersenyum dan mengangguk. Hana berjalan gontai ke lemari dan menuju kamar mandi dengan sampiran handuk di pundaknya.
Ia kembali dengan wajah segar, dan segera memakai mukenah berwarna Mint tersebut. Mereka berjalan ke arah Mushola kecil dengan Aadam masih dalam gendongan Hazwan, pangeran kecil nya sudah bangun dan tersenyum melihat Abuya-nya.
Aadam di letakkan di sisi kanan, terdapat Bouncer baby berwarna putih dengan lengkungan sabuk di tengahnya supaya bayi tidak terjatuh.
Aadam terdiam menatap kedua orang tua nya yang kini sedang melaksanakan Shalat Shubuh. Bayi itu seakan mengerti waktu untuk tenang dan tidak menganggu keduanya.
"Assalamualaikum Warrahmatullah Wabarakatuh" salam itu menandakan selesainya kewajiban pagi hari. Dilanjut berdoa untuk kebaikan keluarga mereka.
Usai berdoa, Hana mencium punggung tangan Hazwan dengan khidmat, di susul Hazwan yang mencium kening istrinya itu. Pria itu menarik Bouncer baby Aadam setelah di minta istrinya,
"Assalamualaikum Aadam, tidurnya nyenyak nak?" ujar Hana sembari mengelus pipi chubby putranya.
Aadam hanya tersenyum girang menanggapi Ummah nya, sekalipun ia tidak mengerti tapi ia senang melihat ibunya tersebut.
"Waalaikumussalam Ummah. Tidur Aadam nyenyak sekali, sampai tidak mendengar kegaduhan"
Hana mencubit lengan Hazwan dengan pipinya yang kini bersemu merah, "Abuya" sebutnya seakan memperingatkan sesuatu.
Hazwan tertawa menimpali sebutan itu, ia tahu maksud dalam panggilannya. Hanya ditujukan saat ia memberi peringatan kecil.
"Iya Habibati." sambutnya dengan panggilan lembut. Ia mengambil Aadam dan ditaruhnya di pangkuan,
Hana berhambur ke dalam pelukan suaminya, pria itu menangkap dan mengelus punggung istrinya.Mereka saling berpelukan. Degup jantung menguasai keduanya. Cinta dan kasih sayang mereka masih berlanjut, sampai batas waktu yang tidak bisa ditentukan.
Dering dari ponsel itu sedikit menganggu tidurnya. Gadis itu ingin sekali membanting ponsel itu supaya tidak menganggu mimpi indah tersebut. Sebentar, mimpi?
KAMU SEDANG MEMBACA
Hana Firdaus
General FictionHana Firdaus "Cukup untuk menerima setiap lelaki sebagai kawan,namun tidak untuk menjalin hubungan" itulah prinsipnya. Ia hanya akan luluh pada saat yang tepat. Namun tak disangka, prinsip yang dipegang teguh olehnya sedikit bergoyang layaknya per...