Six

2 1 0
                                    

Hazwan telah mendapatkan pesan mengenai pakaian yang dipakai oleh Hana. Ia pun memilih pakaian yang akan dipakai nya saat ini.

Kemeja Hitam dengan lengan yang digulung, celana chinos Nude dan jam tangan berwarna senada dengan kemeja nya. Perfect. 

Uncle Hasan mempersilahkan Hazwan untuk menikmati cemilan ringan. Namun ia berbelok menuju balkon kamar karena ia mendengar sayup-sayup orang yang sedang mengobrol, ternyata Hana.

Ia pun memastikan bahwa penampilan nya sama dengan gadis itu. "Pakaian kalian sama, apakah sudah saling janjian?" ujar Uncle Hasan.

"Aku yang mencocokan dengannya Uncle. Malam ini aku akan mengajaknya pergi" jawab Hazwan dengan tersenyum, "Apakah Tuan ku sedang kasmaran?"

Mereka berdua tertawa, "Uncle mendapat kabar, bahwa dia sudah berada di Malaysia"

Hazwan termenung, "Biarkan saja. Aku tidak mau berurusan dengannya lagi Uncle. Aku berhak bahagia dengan jalan ku sendiri."

"Apa kau tidak bahagia bersamanya?"

"Kebahagiaan ku ada disini Uncle. Aku akan membawa nya ke rumah, dan memperkenalkannya pada orang tuaku"

"Apa kau serius dengan ucapanmu?"

Ia terdiam dan menoleh ke balkon, ia dapat melihat bahwa Hana sedang bicara dengan Bos wanita nya.

"Kalau kau bahagia, dan serius dengan ucapanmu. Kejarlah dia nak, perjuangkan gadis di depan sana. Kau berhak bahagia. Bawa dia ke hadapan orang tua mu, dan perkenalkan pada Uncle." ujar Uncle Hasan menyemangati Hazwan

"Tentu Uncle. Sepertinya gadis itu akan keluar, aku akan mengikutinya"

"Oh iya, apa kau perlu penjagaan saat keluar nanti?"

"Bawa beberapa saja Uncle dan pastikan mereka tidak menggangguku" Hazwan menjawabnya dengan tegas lalu tersenyum, "Aku kesana bersama Haydar. Assalamualaikum"

"Waalaikumussalam"

Flashback Off

Hazwan begitu serius mendengarkan penjelasan dari rekan bisnisnya, Adnan. Namun terkadang ia melirik sedikit gadis yang kini berada di depannya dengan anak-anak yang ia ketahui bernama Zia dan Azmi.

Setengah jam berlalu, akhirnya pertemuan mereka selesai. Dan Hana menoleh ke sumber suara,

"Mba Hana, itu nak Hazwan sudah menunggu" ujar Ayah dengan senyum menahan tawanya,

"Hana boleh keluar pak? Nanti anak-anak gimana?"

"Anak-anak disini. Mba Hana silahkan menikmati waktu me time. Kan dari kemarin kita belum pergi keluar"

Hana menoleh ke arah Bunda, dan ia menyetujui hal itu. Hazwan tersenyum senang mendapati Hana mengangguk dan menjawabnya,

"Baik pak."

"Kalau begitu kami permisi pak. Hana akan saya antar kembali"

Hana mengekori si pemilik mata sipit itu, dan terhenti ada bunda yang memberikan sebuah kartu hotel,

"Supaya mba Hana bebas pulangnya, karena takut engga ada yang dengar"

Hana pun mengangguk, "Mba Hana pergi sebentar yaa sayang" ujarnya pada dua bocil tersebut tapi berlalu ke arah kamar, mengambil tas berisi perlengkapan nya.

Mereka izin pergi lalu meninggalkan ruangan itu.

====

Musik klasik mengalun lembut menemani dua insan yang kini masih belum mengeluarkan suara mereka sedari berangkat. Tetapi Hana sudah tidak tahan untuk tidak bicara,

"Kita mau kemana Tuan?" tanyanya tanpa menoleh sedikitpun, "Panggil aku Hazwan."

"Apa kau sudah makan malam?" Hazwan meliriknya sebentar, "Belum. Tidak sempat karena seseorang menculik-ku"

Hazwan terkekeh, "Maaf. Mari kita makan malam, setelah itu bebas kau mau kemana. Aku akan menemani"

"Kamu baik sekali wan. Maaf kalau aku merepotkan"

Hazwan tersenyum simpul, dan membelokkan setir mobil ke arah kiri,

"Kamu sama sekali tidak merepotkan Hana. Mari kita keluar" ujar Hazwan dengan senyum tenang, mata sipit itu menjadi salah satu objek yang pas untuk dilihat Hana,

"Hana"

"Y-yaa, ayo kita keluar" sahutnya sedikit terburu, ia malu mendapati dirinya mengagumi Hazwan.

Keduanya pun keluar, dan disambut dengan pramuniaga yang menjaga di depan restauran.

Restauran bergaya klasik dengan ornamen dan tembok berkonsep hangat menyapa keduanya. Atmosfir yang berbeda saat di depan, begitu hangat dan dekat.

Mereka pun duduk di salah satu bangku, Hana mengambil tempat dimana ia dapat melihat seluruh kegiatan dalam ruangan ini. Hazwan pun mengambil tempat di sebelahnya namun sebelum ia duduk,

"Maaf wan. Apakah boleh kita duduk berhadapan?" Cicitnya

Hazwan pun pindah ke hadapan gadis itu. Seorang waitress perempuan menghampiri dengan buku menu,

"Silahkan menu nya."

Keduanya menerima menu tersebut, Hana hanya membaca sekilas lalu menaruhnya di meja,

"Nasi goreng dan Iced tea" , Hazwan menoleh ke arah depannya seakan menanyakan hal yang sama, "Saya nasi goreng juga dan jeruk hangat"

Waitress pun pergi, keduanya kembali dilanda kebisuan. "Kamu sudah lama bekerja sebagai Baby Sitter?"

"Sudah. Mungkin sekitar 4 bulan aku bekerja untuk mereka"

"Kamu menyukai anak-anak?"

Mata Hana berbinar, ia sangat menyukai mereka. "Tentu. Mereka sangat lugu dan begitu lucu. Banyak pelajaran yang bisa ku ambil dari mereka tentunya"

Hazwan tersenyum karena sedikit lebih dalam mengetahui sesuatu tentangnya, "Apa hal yang kamu dapat dari mereka?"

"Salah satunya yaitu tumbuh kembang anak. Mereka akan tumbuh dengan karakter yang di desain khusus, memperhatikan sekitarnya dan mereka bisa menjadi penyemangat saat lelah"

"Senyum nya, tawa nya, kelincahan mereka melompat dari sana kemari. Itu adalah hal yang paling berharga menurut ku, karena hal tidak mungkin kita dapatkan saat nanti mereka sudah mengetahui dunia luar, saat memasuki masa remaja lalu dewasa.

Pendidikan yang baik akan menciptakan karakter yang baik juga. Dan itu akan aku terapkan pada anak-anak ku nanti"

Hana menjelaskan nya dengan perasaan menggebu-gebu. Jelas sekali dari kilat mata nya yang mengatakan demikian,

"Kita akan menerapkan pada anak-anak nanti" ujar Hazwan dengan senyuman nya. "Maksudmu, Kita?"

"Lalu siapa lagi?" sahutnya dengan seringai kecil, Hana bergidik dibuatnya. Untung saja makanan mereka hadir, dan itu mengurangi kengerian barusan.

Mereka makan dalam keheningan. Mata Hana memang suka berkeliaran saat di luaran, dan ia menangkap sesuatu di arah masuk restauran. Mata keduanya bertemu.

Hana terdiam dan menghentikan makannya, Hazwan yang menyadari itu segera menoleh ke arah yang dituju Hana,

"Kamu mengenal dia?"

Hana menoleh dan mengangguk masih dengan tatapan kosong. Hal itu membuat Hazwan was-was.

🌻

🌻

🌻

🌻

🌻

🌻

Jangan lupa tinggalkan jejak 😉

Luv, TYuzaR 🌻

Hana FirdausTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang