Pikiran Gadis mulai kacau akibat pesan dari El. Namun dia berusaha konsentrasi untuk membaca materi kuliah yang akan diisinya beberapa jam mendatang.
Seperti biasa, perkuliahan online berjalan lancar. Hanya saja ada beberapa mahasiswa yang tidak taat peraturan, seperti tidak menghidupkan kamera. Padahal Dekan Fakultas Syariah sudah mengingatkan hal ini saat rapat online.
"Bapak, Ibu Dosen, mohon ditekankan lagi masalah kamera. Jika ada mahasiswa yang melanggar aturan, Bapak dan Ibu bisa memberikan konsekuensi dan saya membebaskan kepada dosen masing-masing. Apalagi sebelumnya saya mendapatkan aduan bahwa ada mahasiswa yang merokok saat kuliah."
"Kalau seperti itu, bagaimana ditindaklanjutinya, Pak?" tanya salah satu dosen.
"Bisa dikasih sanksi pengurangan nilai atau dilaporkan kepada saya. Kita juga harus menekankan kepada mahasiswa bahwa kampus kita menjunjung tinggi Al-Quran. Mau mereka sepintar apa pun, kalau adabnya tidak sejalan dengan akhlak Islam, kita akan memberikan sanksi," jawab Dekan.
Memang saat perkuliahan offline sebelum pandemi, Gadis pernah menemukan para mahasiswanya saat adzan berkumandang malah merokok di depan masjid kecil milik kampus, bukannya mengambil wudhu. Gadis pun melaporkannya kepada Dekan dan mereka mendapatkan teguran.
"Bu, kata pimpinan pesantren saya, rokok itu dibolehkan. Bahkan katanya beliau enggak bisa kalau sebelum ngajar belum merokok." Salah satu mahasiswa berkilah.
"Iya, Bu. Saya dengar Ustad Ibrahim di YouTube katanya rokok itu dibolehkan. Bahkan mufti Mesir juga bilang gitu," sahut mahasiswa lainnya.
"Kamu lihat video yang mana? Seumur-umur saya enggak pernah dengar kalau beliau bilang rokok itu dibolehkan. Lalu mufti Mesir siapa? Waktu saya SMA di Al-Azhar, di buku Fikih malah diharamkan. Di-qiyas-kan[1] dengan narkoba," tutur Gadis.
"Penulis bukunya salah satu Syekh Al-Azhar beberapa tahun sebelumnya dan merupakan mantan mufti Mesir. Adanya juga pendapat yang bilang bahwa rokok makruh. Silakan pilih yang mana," lanjut Gadis.
"Kalau makruh berarti masih boleh 'kan, Bu?"
"Iya, tapi tadi kamu bilang seorang ustad dan mufti Mesir memperbolehkan rokok. Itu bisa disalahartikan menjadi mubah. Padahal makruh itu sesuatu yang dianjurkan oleh syariat untuk meninggalkannya. Kalau kita meninggalkan perbuatan makruh, kita mendapatkan pahala, tapi enggak mendapatkan konsekuensi kalau mengerjakannya. Jadi bukan boleh secara mutlak. Jangan fokus kepada dibolehkannya saja," sanggah Gadis.
Kebiasaan beberapa mahasiswa suka memelintir kebenaran. Hanya karena mereka tidak mau dilarang merokok. Sama seperti pertanyaan saat kuliah online hari ini.
"Bu, apakah orang tua yang memaksa anak perempuannya memakai jilbab merupakan salah satu tindakan spiritual abuse? Kenapa perempuan bertanggung jawab atas neraka atau siksa kubur ayahnya atau saudara laki-lakinya kalau dia tidak menaatinya?" tanya salah satu mahasiswi.
"Jadi gini, apakah seorang guru yang menyuruh anak didiknya mengerjakan tugas itu merupakan educational abuse? Tentu saja bukan, karena sang guru mempunyai tanggung jawab di hadapan orang tua murid dan kepala sekolah apabila sang murid mendapatkan nilai yang buruk. Sama halnya dengan orang tua yang mempunyai tanggung jawab atas akhiratnya sang anak, karena akan dipertanyakan di akhirat."
"Tapi, Bu ...."
"Bentar, saya belum selesai. Memakai jilbab adalah kewajiban mutlak dari Allah kepada muslimah. Kewajiban orang tua adalah mendidik sang anak, karena anak adalah amanah yang akan ditanyakan pertanggungjawabannya di akhirat," jelas Gadis.
"Pertanyaannya, jika orang tua sudah mengingatkan dan mendidiknya dengan baik, tapi sang anak tetap tidak patuh, apakah orang tua akan masuk neraka? Tentu saja manusia tidak menanggung dosa orang lain. Tugas manusia adalah mengingatkan dan berdakwah. Apakah Nabi Nuh dan Nabi Luth akan masuk neraka, karena keluarganya yang membangkang? Dari kisah kedua nabi tersebut, kita bisa memahami bahwa seorang nabi ada kalanya tidak berkuasa untuk mengubah hati orang sekitarnya. Ya, karena itu di luar kendali manusia. Tapi berbeda kalau orang tua diam saja, tidak berusaha mengingatkan dan mendidiknya dengan baik," sambung Gadis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Not Get Caught (Terbit)
SpiritualTerbit di Penerbit Andi. Gadis Bianca (Gadis) seorang guru sekaligus dosen honorer merasa bosan akibat work from home. Ditambah dia yang masih single di umur menjelang 30 tahun hanya bisa gigit jari di saat teman-temannya mengunggah foto stay at hom...