Gadis berkali-kali melirik ke arah meja dekat jendela di mana El dan Zahra sedang berbincang. Untung saja Leo mempersilakannya untuk memesan minuman terlebih dahulu, sehingga Gadis bisa menghindari tatapan antusias dari El.
Awalnya Gadis merasa ragu. Pasalnya Lake House merupakan perumahan elit baru dan di beberapa deretan rukonya ada yang menjual makanan tidak halal. Di dekat cafe ini saja ada tulisan menjual bakmi babi. Di perumahan sebesar ini, tidak ada masjid satu pun, sehingga jika adzan berkumandang tidak akan terdengar.
Namun sebenarnya Gadis tidak terlalu paranoid seperti papanya yang menganggap semua berbau Cina dan Jepang tidak halal. Bayangkan saja, papanya masih ragu untuk mengkonsumsi Hoka-Hoka Bento. Lalu berkomentar saat Gadis berniat ingin makan Marugame Udon. "Emangnya halal?"
"Ya, halal, Pa. Ada logo halalnya," jawab Gadis kala itu.
Namun sepertinya Leo paham dengan gelagat Gadis. Dia bisa maklum, apalagi pemilik cafe tersebut bermata sipit.
"Tenang aja. Di sini halal semua kok. Pekerjanya semua muslim. Enggak usah takut," ujar Leo.
Gadis hanya tersenyum kikuk, karena merasa tidak enak.
"Saya pesan Asian Dolce Latte deh," ucap Gadis.
"Sekalian makannya ya. Pokoknya harus," sela Leo.
"Em ... apa ya?" Gadis memandangi kertas menu yang di-laminating.
"Lime rice chicken skin aja. Menu baru kita," usul Leo.
"Boleh deh."
Namun saat Gadis ingin merogoh dompetnya di dalam tas, Leo dengan sigap menegurnya. "Enggak usah. Semuanya on the house."
"Eh, jangan gitu. Enggak enak, masa gratis?" protes Gadis.
"Beneran. Gue malah marah kalau lo bayar. Pake gue-lo aja ya. Biar enggak kaku," tutur Leo.
"Ya, suka-suka Anda." Gadis terkekeh.
Leo pun turut tertawa kecil. Lalu dia menyuruh El memesan makanan dan minuman. Sedangkan Zahra sudah ada segelas es kopi gula aren dan fish steak di depannya.
"Mesen apa ya? Samain aja deh sama Gladys." El melirik Gadis yang mengambil tempat duduk di samping Zahra.
Ih, ya Allah, nyebelin banget! Namun Gadis berusaha memasang wajah senormal mungkin.
"Oh iya, kenalin gue Zahra." Dia mengulurkan tangan ke arah Gadis. "Eh, enggak usah jabat tangan deh. 'Kan lagi social distancing."
"Gue Gadis."
"Oh, emang nama aslinya enggak jauh beda. Katanya masih kuliah ya?"
Gadis tiba-tiba merasa dosa kebohongannya semakin melebar. Memang benar, sekali berbohong, akan muncul kebohongan-kebohongan selanjutnya.
Akhirnya Gadis hanya tersenyum saja. Terserah Zahra mau mengartikan apa.
"Kuliah di mana?" tanyanya lagi.
"Di Ciputat."
Untuk yang satu ini dia tidak berbohong. Gadis memang mempunyai gelar dua Lc. Satunya License, dan satunya lagi 'Lulusan Ciputat.' Dia mengambil S2 di salah satu universitas di Ciputat dan lulus setahun yang lalu.
Terkadang Gadis sering terbebani oleh ekspektasi masyarakat jika dia menyebutkan lulusan Mesir. Pasti persepsinya, "wah pasti hafizh Qur'an nih. Hafal hadis juga ya?"
Padahal mahasiswa asing hanya diwajibkan menghafal 1 juz per tahun. Gadis menambah hafalan di luar perkuliahan dengan menyetor setiap seminggu dua kali kepada Syekh di asramanya. Itu pun tidak sampai setengah Al-Quran.
![](https://img.wattpad.com/cover/283786052-288-k371071.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Not Get Caught (Terbit)
EspiritualTerbit di Penerbit Andi. Gadis Bianca (Gadis) seorang guru sekaligus dosen honorer merasa bosan akibat work from home. Ditambah dia yang masih single di umur menjelang 30 tahun hanya bisa gigit jari di saat teman-temannya mengunggah foto stay at hom...