8. Berita menggemparkan

91 85 90
                                    

"FATIN!!!!" Fatin segera menutup telinganya saat suara cempreng milik Tina menusuk indera pendengarannya.

"Apasih Tin, dateng-dateng langsung teriak nggak jelas?!" Fatin ingin memukul kepala Tina dengan ponselnya, tetapi Tina sudah menjauh agar tidak terkena serangan Fatin.

"Ish iya-iya sorry. Sini-sini duduk, gue punya berita yang menggemparkan buat lo." Tina menarik tangan Fatin agar duduk di sampingnya..

Mata Fatin menyipit. "Menggemparkan banget ya?"

Tina sontak mengangguk dengan kencang. "Banget, banget, banget!"

"Jadi gini..."

Fatin memajukan wajahnya ketika tangan Tina menariknya kedepan, tetapi begitu ditunggu, Tina malah terdiam dan tidak melanjutkan pembicaraan membuat Fatin menempeleng kepala Tina keras.

"Buset dah, Fat. Nempelengnya jangan pake tenaga dalem et dah."

"Lo nya duluan sih ngajak ribut."

"Oke-oke ulang. Jadi gue sama Delvin balikan YEAYYYY!" Tina berdiri dan menepuk meja dengan keras membuat semua murid yang berada di dalam kelas tersentak kaget.

"Tina gue kaget setan!" kata Alfi saat ia tengah membaca salah satu buku pelajaran.

Mendengar hal itu Tina hanya cengengesan dan kembali duduk tanpa mengucapkan kata 'maaf'.

Fatin menatap Tina datar begitu Tina duduk kembali dan menatapnya. "Dimana letak 'menggemparkan' yang lo maksud itu?"

Tina mendengus dan melipat kedua tangannya di depan dada. "Hello Fatin yang cantik tapi masih cantikan gue! Asal lo tau ya, ini tuh berita menggemparkan banget! Orang-orang yang mendengar berita gue dan Delvin balikan pasti langsung pingsan."

"Lebay," kata Fatih memutar bola matanya.

"Lo itu aneh ya, Tin. Udah tau kalau Delvin ini suka mempermainkan perasaan lo, tapi pas dia ngajak balikan lo terima gitu aja. Harga diri lo udah hilang, hah?" Fatin kembali bersuara yang membuat Tina merenung sesaat.

Orang-orang bisa berkata seperti ini, tetapi mereka tidak merasakan apa yang Tina rasakan. Tina tau kalau dirinya bodoh yang masih mencintai Delvin ketika sudah disakiti, tetapi itu sudah jalannya. Tina nggak mau hal ini terjadi, tetapi apa yang bisa Tina lakukan saat orang yang Tina sayang kembali kepada dirinya?

•••

"Lo yang namanya, Fatin?" Kakak kelas Fatin datang saat ia sedang memakan bersama Tina di kantin.

Fatin menatap Donna -name tag yang Fatin lihat- hanya diam dan mengangguk saja, ia kembali melanjutkan makannya yang sempat tertunda selama 4 detik.

Tina yang berada di depannya sudah merasa tidak enak, Donna termasuk primadona di sekolah ini. Ia juga termasuk pembully ketika ada siswa/siswi yang mengganggu ketenangannya. Tetapi, apa motif Fatin merusak ketenangan Donna?

"Gue cuma mau ngasih tau lo buat jauh-jauh dari Darren!" Donna tersenyum smirk, sedangkan Fatin berhenti menguyah dan membanting sendok kencang membuat mereka tersentak kaget.

"Lo siapanya?" Serius, kalau sudah di ganggu saat makan seperti ini. Fatin akan marah sekali, pasalnya ia sangat lapar karena sedang ngambek dengan Ayahnya.

"Lo tanya gue siapanya? Gue mantannya!"

Fatin tertawa dan menyugar rambutnya ketika rambutnya berada di depan matanya akibat terkena angin. "Mantan? Farren, adiknya Darren bilang kalau Darren nggak pernah pacaran sama sekali. Dan gue ini adalah cewek pertama yang di kenali ke orang tuanya, dan lo.." Fatin berdiri, senyum kemenangan ia pasangkan agar Donna semakin kesal. Fatin menunjuk bahu kanan Donna dan mendorongnya pelan. "Nggak usah berangan-angan kalau lo itu mantannya Darren! Kenapa, lo mau marah?" ejek Fatin saat Donna ingin menampar nya. "Yang gue bilang itu bener, so stop menebar hoax di dalam sekolah ini. Tina ayo cabut, perut gue tiba-tiba kenyang gini abis ngeladenin cewek hoax."

Tina memakan satu buah baksonya cepat saat Fatin sudah berjalan dahulu. "Bye-bye cewek penyebar hoax!" Tina tertawa dengan khas cemprengnya membuat Donna dan kedua temannya menutup telinga refleks.

Begitu sampai di kelas Tina langsung menepuk tangan heboh. "Gila, gila. Ini nih yang gue demen, Fatin akhirnya bersuara ketika di labrak!"

"Gila sih, Tin. Nggak nyangka gue lo bakal ngebalas ucapan nenek lampir itu, tapi yang lo ucapin itu bener kok. Biar nenek lampir itu cepet-cepet nyadar  dan berhenti untuk ngelabrak-labrak nggak jelas kayak gitu." Mitha mengangkat kedua jempolnya untuk Fatin membuat Fatin tersipu malu.

Melihat teman sebangkunya tersipu dan tersenyum kecil membuat Tina semakin menggodanya. "Ciee yang udah di kenalin sama orang tuanya ciee," katanya dengan suara yang pelan.

Fatin salah tingkah saat di ejek seperti itu oleh Tina membuat Tina semakin tertawa menjadi-jadi.

•••

"Gue duluan ya, Fat. Delvin udah nunggu di parkiran soalnya. Dadah Fat, love u." Tina langsung berlari sebelum Fatin membalas perkataannya.

"Kalau Tina pulang sama Delvin, gue pulang sama siapa?" ucap Fatin sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Ck, kebiasaan banget Tina buku tulisnya ketinggalan." Fatin menggerutu saat di bawah meja terdapat satu buku tulis. Ia pikir itu miliknya, ternyata itu milik teman sebangkunya.

Fatin memakai tasnya di kedua pundaknya, ia keluar kelas begitu kelas sudah lumayan sepi dan hanya ada beberapa orang saja yang piket hari ini.

"Eh Darren?" Fatin tersentak kaget saat melihat Darren berada di depan pintu kelasnya.

"Lo cari siapa?" tanya Fatin lagi.

"Lo." begitu singkat, tapi mampu membuat jantung Fatin berdetak tak karuan.

•••

Hai, aku double update hihi.

Ada yang belum tidur?

Sekian, terima vote>.<

Hallo, Sa(m)yang!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang