5. Pacaran?

132 114 43
                                    

"Gimana keputusan lo, Tin?" tanya Delvin saat Tina dan Fatin ingin keluar kelas.

"Astaga, gua kaget." bukan hanya Tina saja yang terkejut, Fatin pun ikut terkejut dan mengeluarkan umpatan kasar.

Bukan hanya Delvin saja yang kedua gadis itu temui, ada Darren dan juga Daffa. Daffa sedang sibuk dengan game onlinenya, sedangkan Darren sibuk memerhatikan Fatin membuat Fatin merasa risih.

"Tin, gue duluan ya." Tina belum menjawab ucapan Fatin, tetapi Fatin sudah berlari duluan membuat mereka berdua bingung.

Darren pun menyusul Fatin dan berpamitan kepada Delvin, tiba-tiba saja ia ingin mengetahui banyak hal tentang Fatin. Apakah dirinya jatuh cinta? Rasanya tidak mungkin, mengingat dirinya dan Fatin tidak pernah akur setiap bertemu.

"Gue duluan, Vin." Setelah berbicara seperti itu, Darren segera menyusul Fatin secepat mungkin. Ketika sudah berada di dekatnya, Darren berhenti karena Fatin berhenti dan membalikan badannya dengan wajah yang marah.

"Lo ngapain sih ngikutin gue?!"

Darren segera memutar otaknya ketika Fatin bertanya tentang hal itu, melihat kearah samping ada toilet seketika ide muncul begitu saja.

"Gue mau ke kamar mandi," katanya dengan jari telunjuk yang mengarah ke kamar mandi.

Alis Fatin bertaut. "Itu kan kamar mandi perempuan."

Darren lantas menengok dan terkejut kalau yang di ucapkan Fatin benar.

Fatin berkacak pinggang, dan menghela napasnya kasar. "Lo beneran ngikutin gue kan? Jujur aja deh!"

Darren terdiam, tak lama cowok itu mengangguk membuat Fatin tersenyum smirk.

"Ah jangan-jangan lo suka ya sama gue?" tuduh nya membuat Darren menggelengkan kepalanya.

Untung saja sekolah sudah sepi, hanya ada beberapa siswa saja yang sedang mengikuti eskul dan piket di kelasnya masing-masing.

"Gue... Mau ajak lo makan... "

Fatin semakin maju kedepan membuat Darren sontak mundur.

"Makan..?"

"Makan samyang?" jawab Darren ragu.

Walau bingung kenapa sifat Darren berubah, tetapi ia tetap mengiyakan ajakan Darren.

"Oke let's go!"

Darren mengangguk perhalan dan mengusap tengkuknya, kemudian dia berjalan diikuti oleh Fatin dari belakang dengan tersenyum senang.

Sesampainya di supermarket, Fatin segera mencari samyang yang dia mau. Fatin mengambil 5 bungkus samyang, 3 untuk dia, 2 untuk Darren.

Lalu tiba-tiba pertanyaan terlintas di dalam pikirannya. "Kita mau makan di mana? Di depan supermarket ini nggak ada bangku."

Darren dan Fatin sama-sama terdiam, kalau dirumahnya tidak mungkin. Nanti ayahnya akan menyangka kalau Darren ini pacarnya, padahal hanya kakak kelas yang suka mengajak dirinya ribut dan berubah sifat menjadi pria baik.

"Dirumah gue gimana?" usul Darren membuat Fatin terdiam.

"Boleh."

•••

Motor yang dinaiki Fatin dan Darren sampai di halaman rumah yang begitu luas sampai membuat Fatin berdecak kagum. Padahal rumahnya sudah besar, dan ternyata ada yang lebih besar lagi.

"Ini beneran rumah lo?" tanya Fatin kepada Darren yang sedang membuka helm.

"Bukan, ini rumah sakit. Udah tau ngapain nanya, ayo masuk."

"Dih julid banget." Ternyata Darren serandom ini, dia bisa menjadi julid, baik, dan juga jahat. Tapi kenapa Fatin menyukai hal itu?

Darren membuka pintu, tetapi melihat Fatin yang masih terus berdiam di halamannya membuat Darren kesal setengah mati.

"Lo mau sampai kapan di sana terus?!"

Seketika Fatin tersadar dan segera berlari menuju Darren.

Pintu di buka dan pertama kali yang Fatin lihat adalah foto keluarga yang berada di ruang tengah. Lalu sofa yang begitu panjang membuat Fatin tanpa sadar menutup mulutnya.

"Daebak! Itu sofa apa kereta api panjang banget?"

"Hem?" Darren lantas menengok ke arah yang sedang mencuri perhatian Fatin.

"Itu pesawat yang nyamar jadi sofa."

"OH JADI INI PACAR LO YANG SERING DI CERITAIN SAMA MAMA? MA, ABANG BAWA PACARNYA TUH."

Suara itu berhasil membuat jantung Fatin berdetak lebih kencang, disana jelas seorang laki-laki lebih muda dari Darren sedang berlari di tangga menuju ke atas.

Tapi sebentar, Darren sering membicarakan dirinya? Bukan kah mereka ketemu baru satu minggu yang lalu?

"Lo sering ngutitin gue ya? Gue sebenarnya juga heran sih kenapa lo nggak kenal sama Tina, padahal temen lo itu mantannya. Oh atau jangan-jangan lo ngajak gue kesini mau-"

"Lho Darren, kenapa pacarmu nggak di ajak duduk?"

Mulut dan mata Fatin sontak melebar. Dirinya yang sekelas dengan mbak Lisa ini pacaran dengan laki-laki julid seperti Darren?

Ah jangan harap itu terjadi!

•••

Terima kasih udah mampir

Jangan lupa tinggalkan jejak frend ♡(*>ω<)ω<*)♡

Hallo, Sa(m)yang!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang