6. Darren berubah

109 107 62
                                    

Fatin hanya bisa tersenyum saja saat di ajak mengobrol oleh Mama Darren, sesekali ia menjawab ketika Mama Darren memberinya pertanyaan.

"Kamu sudah berapa lama pacaran sama Darren, nak?" tanya Dera -Mama Darren.

Fatin gugup dan mencoba menjawabnya setenang mungkin. "Eung... Aku nggak pacaran sama Darren Tante, kita hanya sebatas kakak dan adik kelas aja kok," kata Fatin di akhiri senyuman manis.

Dera mengangguk dan kembali tersenyum. "Kalau pacaran juga nggak apa-apa kok, kamu perempuan baik sangat pantas untuk Darren. Oh iya, jangan panggil Mama dengan sebutan Tante, panggil aja Mama ya."

Fatin mengangguk sekilas, sungguh kalau Dera tahu bagaimana sifat asli Fatin, pasti ia akan menarik kata-katanya itu.

Seakan bingung mau melakukan apa, Darren sudah menghampirinya untuk menyuruhnya makan di ruang makan.

Fatin bernapas lega, akhirnya ia keluar juga dari dunia kecanggungan.

Fatin berpamitan kepada Dera untuk mengikuti Darren memakan samyang, setiba di ruang makan Fatin langsung memakannya dengan lahap sampai membuat Darren terheran.

"Lo udah berapa lama nggak makan?"

"2 abad mungkin?"

Darren mengangguk mendengar jawaban Fatin, iyakan saja daripada dirinya kena lempar piring yang sedang menjadi tadahan samyang.

Di tengah enaknya makan, satu pertanyaan terlintas di dalam dirinya membuat Fatin bertanya kepada Darren agar malam nanti dirinya tertidur nyenyak.

"Tadi yang teriak itu siapa?" Darren yang sedang makan mendongak ke arahnya dengan samyang yang tergelantung.

"Oh Farren? Adik laki-laki gue."

Fatin mengangguk, tetapi tak kunjung puas. "Adik lo cuma 1? Lo nggak punya abang/kakak?"

Darren menggeleng. "Gue anak pertama dan cuma punya 1 adik laki-laki."

"Lo sendiri punya adik/kakak?" tanya balik Darren.

Sekarang gantian, Fatin yang menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kecut. "Gue anak semata wayang."

Darren tersenyum miring. "Nggak enak banget hidup lo."

Mendengar Darren mengatakan hal itu membuat alis Fatin terangkat satu.

"Kenapa nggak enak?"

"Iya, nggak bisa ngerasain berantem sama adik," katanya di akhiri tawa.

Fatin mendengus, ia kira ada suatu hal Darren mengatakan hal itu. Ternyata hanya sebuah candaan, tapi sebentar, baru kali ini ia melihat Darren tertawa. Mengapa jantung ini begitu bahagia?

Dari ujung tangga sana terlihat anak laki-laki lebih muda dari dirinya sedang turun menuruni tangga dengan tatapan yang seperti memenangkan penghargaan.

Fatin terus memerhatikannya, semakin cepat lelaki itu berjalan mendekatinya sampai...

"Hai, kak. Kenalan dulu, tak kenal maka tak sayang. Udah kenal eh malah di tinggal. Gue Farren, adik satu-satunya Darren dan satu-satunya manusia terlucu di keluarga Danendra." Farren mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Fatin, Fatin pun menyambutnya dengan perasaan senang.

"Fatin!" balas Fatin sembari tersenyum.

Dengan masih tangan yang menempel, Farren mengatakan, "inisial kita sama, kemungkinan besar kita berjodoh kan?"

Fatin melepaskan tangannya sembari tertawa, saat melihat kedepan muka Darren begitu masam. Tetapi di matanya kenapa Darren ini malah jadi kiyowo?

Farren menyuruh Fatin agar mendekatinya, dan diam-diam Darren memperhatikan mereka sambil memakan samyang agar tidak begitu ketahuan.

"Gue cuma mau bilang, kalau Darren dari dulu jomblo. Dan baru kali ini dia bawa cewek kerumah, kemungkinan besar Darren diem-diem suka sama lo." Fatin yang awalnya tersenyum, menjadi terdiam. Benarkah yang dikatakan anak laki-laki smp ini?

Farren tertawa melihat wajah masam Darren dan wajah terkejut dari Fatin, ia menepuk pundak Fatin pelan dan menjauh dari mereka.

•••

Darren mengantarkan Fatin pulang ke rumahnya setelah azan isya terdengar. Setelah makan samyang tadi, Papa Darren pulang dan mengajak dirinya mengobrol.

Awalnya Fatin takut, tentu saja takut. Apalagi muka tampan dan galaknya ketara sekali, tapi begitu dirinya di ajak mengobrol, ketakutan itu menghilang. Justru Fatin sampai tidak ingin meninggalkan kedua orang tua Darren. Mereka begitu baik, tetapi mengapa anaknya julid sekali?

"Makasih." Darren mengangguk, dan berpamitan untuk pergi. Fatin berharap sebelum Darren jalan, kepalanya diusap terlebih dahulu dan mengatakan 'aku pulang dulu ya sayang'. Tetapi rasanya...

"Aishhh." Fatin memukul kepalanya pelan, pemikiran yang aneh katanya.

Dia melangkahkan kakinya untuk masuk, tadi saat dirumah Darren, Dera menyuruhnya untuk meminta izin dulu kepada bunda nya agar tidak khawatir, dan harusnya ia tidak diomeli kan pulang jam 7  malam?

Saat pintunya terbuka, ia sudah di kagetkan dengan suara bariton sang ayah.

"Dari mana saja kamu? Siapa laki-laki yang membawamu pulang? Kenapa baru pulang malam?"

Akhhhh gila!

Fatin lupa kalau bundanya menginzinkan dirinya belum tentu ayahnya yang crewet ini juga mengizinkannya!

•••

Kawal Darren dan Fatin jadian, yuk! (´・ω・')

Oh iya, klik votenya jangan lupa temen-temen! Di komen juga ya...

Hallo, Sa(m)yang!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang