4. Ulangan rusuh

119 127 57
                                    

"Fat, astaga naga. Gua punya berita hot yang mampu membuat diri lo terjungkal-jungkal."

Fatin berdecak lemah, Lagi-lagi temannya ini kembali berulah.

"Stop bicara bisa gak sih? Lo gak liat gua lagi ngapain? Yes, lagi belajar. Lo tau kan kalau nanti matematika ulangan? Ngapain masih ganggu gue?"

Tina melirik Fatin sinis, yang di tatap juga tidak kalah sinis. Tina menarik bangku di sebelah Fatin sambil terus mengoceh.

"Bisa diem nggak?! Sekali lagi berisik, mulut lo gua tempelin ke mulutnya Daffa ya."

Tina melotot, spontan dia memegang bibirnya dan berbicara pelan.

"Nggak boleh tempelin ke mulut Delvin aja apa?"

"Yeee, kok malah request?"

"Selamat pagi anak-anak, silakan duduk di bangku masing-masing. Sudah tahu semua kan hari ini ulangan? Baiklah, silakan taruh alat tulisnya di atas meja," ucap pak Agus ketika masuk kedalam kelas.

"Baik, pak," jawab semua murid.

Masing-masing murid di berikan satu lembaran kertas oleh pak Agus, begitu Fatin sudah mendapatkannya, ia langsung mengerjakan dengan serius.

Berbeda dengan Fatin yang serius, Tina justru sedang mencari contekan ketika melihat soal nomor 1.

"Anjir ini jawabannya apa sih? Gua nggak paham matematika, gua cuma paham sama perasaan gua ketika ngeliat Delvin. Eaaaa," ujar Tina sambil tertawa kecil dan menepuk tangan.

"Tina, kenapa menepuk tangan?" tanya pak Agus membuat Fatin menahan tawa melihat muka Tina yang berubah.

"Eeee, maap pak. Anu itu-"

"Kerjakan cepat, main saja yang kamu tau!" potong pak Agus membuat Tina tersenyum paksa.

Tina menelungkupkan wajahnya di kedua tangannya, malu sekali di tegur seperti itu. Ketika wajahnya menghadap Fatin, Fatin mengatai dirinya tanpa suara.

Tina mendengkus dan beralih menatap ke belakang.

"Ssst, Fahri liat dong. Fatin nggak ngasih gua liat soalnya, makanya gua minta jawaban ke lo," kata Tina, Fatin menaikan alisnya satu.

"Makanya belajar, jangan mikirin mantan terus. Mantan aja nggak pernah mikirin lo," ucap Fatin setengah berbisik.

"Diem lo." Tina membalas ucapan Fatin tanpa bersuara, ia takut kejadian seperti tadi di tegur oleh pak Agus dan di perhatikan oleh satu kelas.

"Fahri, lo budek ya?" Tina menyenggol lengan Fahri dengan sengaja membuat sangat empu marah.

"Apaan sih, Tin? Makanya belajar, liat nih gara-gara lo jadi kecoret kan," ringis Fahri.

Tina menatap Fahri sinis. "Dasar ceking!"

"Dasar tukang nyontek!" balas Fahri yang di dengar oleh Fatin.

Tina memasang wajah lesu membuat Fatin tidak tega. "Hufft, nih liat. Kasian gue sama lo."

Tina segera mengambil lembaran Fatin yang sudah mengisi jawaban sebanyak 7 soal, Fatin memang bodoh dalam bidang percintaan. Tetapi kalau soal seperti ini, pintarnya mengalahi dia.

Tina segera menyalin jawaban Fatin semuanya, ia tidak tanggung-tanggung menyontek. Begitu selesai, Tina langsung membalikan kertas itu ke Fatin.

"Makasih, Fat," kata Tina sambil tersenyum.

Fatin tidak menjawab, ia kembali bergelut dengan soal-soal mematikan itu. Tina yang bingung mau apa, hanya berdiam dengan perasaan aneh.

Tiba-tiba saja ia menyanyikan lagu yang langsung keluar dari dalam mulutnya tanpa di minta.

"Setiap ingat dirimu, rasanya ingin kembali." Tina bernyanyi dengan suara yang tidak begitu keras, tapi karena kelas sedang sepi makanya suara Tina menjadi kencang.

"Tina!" bisik Fatin dengan mata melotot.

Tina masih tidak sadar, saat suara pak Agus terdengar di gendang telinganya, Tina langsung tersadar begitu saja.

"Tina! Sekali lagi kamu berisik. Kerjakan ulangan di depan kelas!" Ujar pak Agus membuat Tina terdiam.

"Iya Pak, maap."

•••

"Hari ini kenapa lo nggak fokus banget si, Tin? Pake acara nyanyi pas ulangan. Gue yang malu tau nggak, si," kata Fatin ketika mereka berada di kantin.

"Lo aja yang di sebelah gua malu, apalagi gua yang nyanyi. Malu sih, tapi itu bisa jadi kenang-kenangan ketika gua udah punya anak nanti," jawab Tina membuat Fatin memutar bola mata.

"Jangan mikir kesana dulu, belajar dulu yang bener!"

"Tadi Delvin ngajak balikan, Fat." Wajah Tina begitu lesu sangat mengatakan kalimat itu, ia terus memainkan makanannya tanpa memasukannya ke mulut.

"Astatang, lo serius? Terus lo terima? Tin-"

"BELUM GUA JAWAB, FATIN!" Tina memukul meja kencang membuat semua siswa yang di kantin menatap mereka berdua.

"Oke, santai."

Fatin mengusap punggung Tina pelan, membuat Tina memendam emosinya.

"Gua masih bingung mau terima atau nggak, makanya gua cuma baca aja."

"Kalau kata gue mending... "

"Mending...?"

"Mending lo tolak."

"Kenapa?"

"Biar sama-sama jomblo." Fatin menyengir sedangkan Tina tampak berpikir.

"Ide bagus!" Setelah sekian lama, akhirnya Tina menjawab ucapan Fatin membuat mereka berdua saling tertawa.

•••

Makasih udah mampir, jangan lupa tinggalkan jejak...

Hallo, Sa(m)yang!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang