15. Where are you?

2.1K 267 7
                                    

Rintik hujan menemani seorang wanita yang masih setia dengan lamunannya di bangku taman. Matanya sembab dengan air mata yang menyatu dengan guyuran air hujan hingga sebuah payung tiba-tiba berada di atas kepalanya membuatnya mendongak.

"Daijoubu desuka?" tanya seorang lelaki yang memayunginya.

"Appo, ini sakit sekali..." ucap Jisoo dengan suara seraknya begitu pelan dengan tangan meremas ujung bajunya.

"Eoh kau orang Korea, jangan berdiam disini noona nanti kau sakit!" ucap pria tadi.

"Sakit... sakit sekali..." ucap Jisoo sebelum menjatuhkan tubuhnya pada bangku dengan mata tertutup, ia pingsan.

"Noona! noona bangunlah!" sang pria mencoba membangunkan Jisoo namun tak kunjung sadar membuat pria tadi terpaksa menggendong Jisoo menuju apartemennya di seberang jalan.

Jisoo pov.

"Eungh... sakit..." erangku merasakan tubuhku rasanya sangat tidak nyaman.

Kepalaku terasa sakit dan hidungku sepertinya tersumbat, aku kesulitan menghirup oksigen. Tanganku bergerak menyentuh keningku dan sepertinya aku terserang febris atau bisa kita sebut demam.

Mataku mengedar memeriksa ruangan sekitar yang begitu asing, sepertinya aku berada di sofa sebuah apartemen, dan siapa pria yang sedang bergulat dengan panci di dapur sana? apa dia sedang berada di apartemen orang asing?

"Kau sudah bangun noona, aku membuatkan mu bubur!" ucap pria tadi saat menoleh kebelakang.

"Kau, siapa?" ucapku bingung.

"Kim Mingyu, noona tadi pingsan di taman depan jadi aku membawa noona kemari. Jja makanlah buburnya sebelum dingin" jelasnya menyodorkan semangkuk bubur.

"Ah benar juga aku belum tahu namamu noona" lanjutnya.

"Kim Jisoo, terimakasih makanannya" balasku menerima mangkuk buburnya.

"Kim Jisoo..." gumam pelan Mingyu, sepertinya ia pernah mendengar nama itu tapi entah kapan dan dimana.

Beberapa saat keadaan menjadi hening, Mingyu yang sedang fokus dengan beberapa lembar kertas dan laptopnya dan aku yang sibuk melamun tanpa menyentuh mangkuk berisi bubur.

"Noona, apa kau tidak menyukai buburnya?" ucap Mingyu membuyarkan lamunanku.

"Tidak begitu, hanya saja aku sedang tidak nafsu makan" ucapku pelan.

"Noona harus makan, akan ku ambilkan obat demam, sebentar!" ucapnya berlari menuju kabinet dekat televisi.

Mingyu kembali dengan beberapa kapsul, aku yakin itu obat demam dan teman-temannya. Aku memakan bubur buatannya, hmm menurutku lumayan juga masakannya, mataku tertuju pada kapsul obat yang tergeletak di samping mangkuk bubur tadi membuatku mau tak mau harus memakan permen pahit menyebalkan tersebut.

Drrrrtt..... drrrttt....

"Yeobseo noona?" perhatianku mengarah pada pria yang masih berkutat dengan laptop beralih sibuk dengan panggilan ponselnya.

"...."

"Eoh noona mau kemari, beritahu aku kapan harus menjemput" ucapnya dengan senyum lucunya.

"..."

"Baiklah noona hati-hati di perjalananmu" senyum lucunya muncul kembali membuatku merasa seperti pernah melihat senyum itu.

"Aku harus pergi Mingyu-ssi" ucapku tiba-tiba.

"Jangan terlalu formal denganku, apa noona sudah baikan, noona mau pergi kemana biar aku antar" ucapnya terlihat khawatir.

"Anii, sepertinya kau juga sedang sibuk dan apa tadi noona mu? kau terlihat bahagia saat berbicara dengannya" kekehku.

Ready For Play, Kim!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang