part 8

289 50 5
                                    

Masa orientasi sudah lama berlalu, tetapi rangkaian acara untuk menyambut para mahasiswa baru jelas belum selesai. Sebagai anggota panitia, Podd dan Mew menyelenggarakan dan mewajibkan seluruh mahasiswa baru ikut seminar kecil mengenai acara penyambutan para mahasiswa baru di aula kampus.

Seminar ini yang membuat Khao bisa bertemu dengan Win dan Kana di kampus. Mereka bertiga sangat antusias karena pada akhirnya mereka bisa jalan bersama di kampus. Seharusnya mereka mengambil jurusan yang sama agar bisa terus main bersama. Namun sayangnya peminatan mereka berbeda semua. Jadi, terpaksa memanfaatkan kesempatan seperti ini untuk kumpul bareng. Meskipun Khao tidak ingin melihat wajah Podd.

"Perhatian!" seru Mew di atas panggung aula. Mendengar itu Kana mendesis sebal.

"Kenapa lo?" bisik Win kepada Kana karena penasaran atas reaksi sahabatnya itu.

"Lo tau nggak dia ngapain pas di parkiran waktu itu?"

"Apa?" tanya Khao ikut nimbrung. Kana menghela napas panjang.

"Dia narik HP gue trus ngetik nomornya dan disimpan sendiri di HP gue..." jelas Kana yang membuat Khao mengerutkan keningnya.

"Kenapa?" tanya Win ikut bingung.

Kana menaikkan kedua bahunya. "Jangan-jangan dia mau labrak lo?" ujar Win yang membuat Kana berdecak sebal.

"Apaan sih. Kok labrak?" sahut Kana sensi membuat Win cemberut.

"Udah... kok jadi berantem?" ucap Khao sambil menggelengkan kepala tidak percaya, tapi lucu juga.

Ketiganya kembali memerhatikan penjelasan Mew dan beberapa anggota lainnya di atas panggung. Ternyata pertemuan ini untuk membicarakan tentang acara sosial menanam pohon bersama yang wajib dilakukan para mahasiswa baru. Selain ingin menumbuhkan kedekatan antar teman seangkatan, acara ini juga menjadi sarana mahasiswa peduli tentang lingkungan. Namun kegiatan seperti ini bukan untuk Khao. Ia tidak tertarik, lagi pula ia selalu trauma jika berada di dalam hutan.

"Khao, jadi lo ikut nggak?" tanya Kana karena ia tahu sahabatnya itu tidak menyukai suasana hutan. Win memerhatikan wajah Khao yang tengah berpikir lama.

"Kalau lo nggak mau ikut, gue bisa bilang ke panitia," timpal Win dengan nada khawatir. Khao menggelengkan kepalanya kuat-kuat. "Nggak usah, Win. Gue ikut. Gue harus bisa melawan rasa takut dan trauma gue..."

"Lo nggak perlu maksain diri," sambar Kana. Khao hanya terdiam kemudian ia teringat kenangan buruk yang membuatnya trauma dengan hutan.

Waktu itu...

"Khao!!! Khao!!" Semua orang berteriak memanggil nama Khao yang belum ditemukan hingga matahari terbenam. Semua orang termasuk warga lokal membantu teman-teman Khao dalam mencari dirinya yang bisa dibilang hilang saat kegiatan camping dari sekolahnya sewaktu SMP dahulu. Saat itu hanya ada Win yang ikut camping bersamanya karena Kana sedang masa penyembuhan karena usus buntu. Win yang notaben anak mami, langsung panik dan histeris mengetahui sahabatnya itu belum kembali dari mencari ranting untuk api unggun tenda mereka. Win langsung sadar bahwa Khao tersesat di hutan.

Kemudian Win, teman-teman, guru, serta warga lokal di sana pun pergi mencari Khao di dalam hutan hingga langit gelap. Mereka mencari terus mencari hingga larut malam dan kondisi mulai tidak kondusif akibat hujan lebat. Para guru memutuskan untuk menghentikan pencarian malam itu, lalu warga lokal membantu mereka dengan menghubungi tim SAR dari pemerintah setempat untuk mencari Khao. 

Sementara Khao yang tersesat di dalam hutan sedang berteduh di bawah pohon besar dengan daun lebat agar tidak kehujanan. Namun bagaimapun juga ia gemetaran ketakutan. Siapa yang tidak ketakutan jika tersesat sendirian di dalam hutan dengan kondisi malam tanpa cahaya dan hujan seperti itu? Khao hanya bisa meringkuk sambil menangis dan bibirnya terus menyertai sebuah doa-doa, yang Khao tidak percayai sebelumnya. Tapi saat itu ia sangat bergantu dengan doa-doa tersebut demi menyelamatkan nyawanya.

ACCIDENTALLY IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang