KEPUTUSAN

32 5 0
                                    

Note : Jangan lupa vote dan komen sayang sayang ku sebagai dukungan dan apresiasi Author ya...

         
               Happy Reading ....

Satu minggu setelah rencana Tara untuk menikahkan Airin, Airin gencar melaksanakan Shalat Istikharah dan hari ini Airin sudah harus memberikan jawaban pada Ayahnya.

"Gimana ka keputusannya?" tanya Tara.
"Ayah pusing ditelpon si Elang terus." Mengingat Elang selalu bertanya bagaimana jawaban Airin.

"Lah ayahkan tiap hari juga telponan sama Om Elang," timpal Rafly seraya berjalan menghampiri Airin dan Tara, kemudian duduk di antara Kaka dan Ayahnya.

Memang tidak ada sopan-sopannya.

"Si Rafly bener-bener harus di bawa ke Jerman." Kesal Tara pada anaknya yang selalu saja menjawab.

" Na Na Na Na Naaa," canda Rafly menirukan Om-om Jerman

"Abang, diem dulu," tegur Indira yang baru saja keluar dari dapur membawa minuman untuk suami dan anak-anaknya.

"Iya bunda."

Tara menatap Airin kembali, mendorong bahu Rafly pada sandaran sofa yang menghalanginya berbicara dengan Airin.

"Gimana ka?" tanyanya lagi

"Iya yah Kaka mau," seru Airin menatap Ayah dan Bundanya bergantian.

Tara dan Indira saling berpandangan dan terseyum, mereka memeluk Airin dan berterima kasih.Rafly yang duduk di antara Kaka dan ayahnya ikut memeluk Airin.

Selang beberapa menit Rafly bersorak heboh memeluk kembali Kakanya
"Serius ka, gua seneng banget bisa masuk genk Savagos lewat orang dalem."

Airin menatap adik laki-lakinya dengan kesal, bisa-bisanya Rafly mengambil kesempatan dalam kesempitan, Airin memukul bahu Rafly keras, menatap adiknya tajam.

"Gak! gak ada lo ikut genk gituan, gajelas, norak," tegas Airin. Airin tidak ingin jika adik kesayangannya itu terjerumus hal yang buruk, cukup calon Suaminya saja.

"Tapi ka ini tuh kesempatan, temen-temen gua ikut seleksi semua buat masuk Savagos, gua kan bisa lewat suami lo," jelas Rafly pada Airin berharap kakanya mengizinkan

"Gausah lah bang ga baik juga, lagian abang kan gabisa berantem," nasehat Indira karena Indira tahu jiga genk seperti itu pasti akan ada perkelahian.

" Mendingan abang bayar utang hapalan surat sama ayah, masih nunggak kan?" Lanjut Indira seraya menatap suaminya.

"Nah iya ayah baru inget kamu masih utang hapalan surat pendek." Tara merasa diingatkan oleh Indira, pasalnya Tara beberapa hari ini tidak memantau Airin dan Rafly, ia fokus pada kelahiran anak bungsunya.

"Ayah mau nelpon Om Elang dulu." Tara beranjak untuk menghubungi Elang.

Setelah menghubungi Elang, Tara kembali menemui Istri dan anaknya yang masih setia menunggu di Ruang keluarga.

"Ka ... malem ini Om Elang ke sini," ujar Tara menatap Airin yang terlihat seperti kaget dengan ucapan Tara.

"Tapi yah ... yaudah iya yah." Airin menghela napas panjang,  rasanya Airin ingin menangis jika saja Ayah dan Bundanya tidak ada di sini.

"Yaudah sana ke atas siap-siap buat nanti malem," perintah Tara pada kedua anaknya.
Airin dan Rafly bangun dari duduknya, kemudian berjalan beriringan.

"Jangan nangis ka,"tutur Rafly pada Airin. Rafly tahu bagaimana Kakanya,
Rafly sering mendapati Airin menangis di kamarnya.

Airin hanya menatap Rafly kemudian meninggalkannya begitu saja.

SECRET COUPLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang