--Duka--

142 30 5
                                    

"sumpah lo lama amat" baru saja Guangguang turun dari mobil dia langsung mendapat omelan dari Wawa.

"nih, sensi amat sih" dia memberikan sekantong plastik besar belanjaan milik Wawa.

"banyak amat, perasaan gue nitip sedikit paling ada snack snack juga" pikir Wawa.

"eh Nan, lo bimbel di Cendikia Pintar kan lo kenal dong sama---" kalimat Guangguang terputus saat dia melihat Nannan tak menggubris dia. Nannan hanya turun dari mobil dengan tatapan matanya pada layar hpnya dan terus berjalan menuju kamarnya.

"mampus lo kagak baikan" ejek Xiaowen sambil merangkul bahu Guanguang.

"apasih" Guangguang melepaskannya kasar. Dia juga kesal. Lebih tepatnya dia kesal dengan dirinya sendiri yang tak bisa membuat damai dengan Nannan.

 Lebih tepatnya dia kesal dengan dirinya sendiri yang tak bisa membuat damai dengan Nannan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-

--

Pagi - pagi sekali semua kesembilanan pemuda ini sudah bangun. Ternyata mereka tetap ingat hari penting ini. Semua berpakaian hitam rapi, tak lupa dengan semprotan parfum. Bunga masing masing yang mereka telah siapkan tampak segar. Hari ini adalah luka yang tak ingin dibuka tapi tak ingin pula dimusnahkan.

Sampai lah mereka di suatu tanah lapang yang luas dan hijau rumputnya. Dan beberapa pula batu nisan yang ada di sana. Satu persatu mereka meletakkan bunga bunga itu di batu nisan yang bersebelahan. Ya, itu adalah makam orang tua mereka. Hari ini, tepat ulang tahun pernikahan mereka.

RUMAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang