--Menunggu dan Rahasia--

142 19 6
                                    

Langit telah berubah menghitam dan dipenuhi bintang yang bertaburan. Sudah beberapa jam mereka menunggu dengan tanpa kepastian. Bahkan mereka mencoba menelpon handphone Liu Ye ataupun Ren Hao tak satupun ada yang aktif.

Mereka yang awalnya berdiri semangat hingga duduk bak gelandangan di bandara. Satu persatu sudah merasakan ngantuk mengingat jarum jam sudah menunjuk angka sembilan.

"udah lah kita balik aja, kemungkinan besar mereka gak balik" ucap Nannan yang sedikit kesal, karena dia benci menunggu.

"mungkin masih jadwal yang nanti jam 11 landing" teguh Zhao Rang yang masih percaya.

"lo yakin masih nunggu sampe ntar malem? kita udah berapa jam di sini udah kek gembel" timbal balik Nannan.

"yakin lah! gimana masa lo sendiri gak percaya sama kakak lo sendiri" He Luoluo juga menimpal

"oke oke yaudah gini aja yang mau stay boleh, yang mau balik boleh balik" ucap Yanqi yang cinta damai.

Tanpa basa basi Nannan berdiri dan meninggalkan mereka dengan langkah dari kaki kecilnya.

"Yao Chen lo balik gak" tanya Nannan.

"gue di sini aja dulu, jagain yang lain" jawab Yao Chen penuh rasa tanggung jawab pada adik-adiknya.

"gue balik juga deh" Zhai Xiaowen juga bangkit.

"heh Wen, kalo lo balik kita disini pulang gimana anjir" tanya Yanqi dengan suara lantang.

Zhai Xiaowen menoleh melihat wajah-wajah saudaranya yang bak gelandangan di bandara, wajah-wajah tidak punya sim mengemudi, ujarnya dalam hati.

"udahlah kalian ngetaksi aja" jawab Xiaowen dengan santai dan mengibaskan tangannya.

"udahlah kalian ngetaksi aja" jawab Xiaowen dengan santai dan mengibaskan tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---

Nannan melempar dirinya asal ke kasur kesayangannya, begitu pula dengan Zhai Xiaowen. Zhai Xiaowen pun mengeluh akan punggungnya yang sakit, maklum remaja jompo, ujarnya.

"GUANGGG!!!!!!" Xiaowen berteriak dengan keras, bahkan jika diibaratkan rumah, mungkin hampir saja akan runtuh mendengar suaranya.

Xiaowen memanggil berkali-kali sampai Guangguang benar-benar mendaratkan kaki di kamarnya.

"apaan sih lo malem-malem teriak kek orang kesurupan" ujar Guangguang dengan rambutnya yang berantakan.

"ini dong, pakein koyo di punngung gue"

"kenapa lo, tua?"

"biasa, remaja penuh perjuangan gini...penuh kejompoan"

"dimana koyonya" tanya Guangguang.

"itu di meja, koyo yang biasa tapi bukan yang koyo cabe" 

"halah koyo mah koyo sama aja" Guangguang mengambil asal dari meja dan menempelkan empat lembar koyo ke punggung Xiaowen.

RUMAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang