part 17 ibu.

2.5K 74 2
                                    

Part 17.

Akhirnya kami bisa bernafas lega, setelah mengetahui bahwa yang datang adalah sahabat Kiai yang baru datang dari Swiss. Aku kembali ke dalam kamar setelah mengetahui hal itu, meskipun aku berada dalam pesantren, tetapi aku tidak mengenakan kerudung, aku hanya mengenakan selendang. Love tidak pernah memaksakan semua yang diyakininya padaku. Meskipun aku di didik agama oleh Abah tetapi semenjak Abah meninggal semua terasa terkubur bersamanya.

Hari-hari kami dilalui dengan semua rutinitas dalam pesantren, Love lebih banyak membantu pak Kiai dalam mengajar santri-santri, dan aku lebih banyak memperhatikan semuanya.

Malam yang dingin, samar aku merasakan sesuatu di perutku, usapan lembut serta kecupan lembut di atas perutku yang membuncit, aku menajamkan pendengaranku.

"Anakku sayang, jadilah berkilau seperti mamamu, jadilah anak yang sholehah, bergeraklah perlahan, jangan membuat mamamu kesakitan karena gerakkanmu yang keras di dalam sana, Ayah mencintai kalian berdua, saat ini semua keadaan sangat sulit jadi bantu Ayah untuk memberikan rasa nyaman untuk mamamu ya Nak? Kamu mengertikan?" Kata Love.

Tiba-tiba ada pergerakan dalam perutku, dan sentakkan kecil, Love mengelus tonjolan kecil yang di buat oleh bayi kami dari dalam, mereka sedang berkomunikasi, aku masih mendengarkan semuanya. Kalian tau semenjak kami melarikan diri, Love selalu seperti ini, setelah sholat malam dia selalu mengajak bicara bayinya, aaah so sweet bukan??? Terkadang diam-diam aku meneteskan airmataku jika Love sudah tertidur.

Pagi yang indah, seperti biasa aku akan berjalan-jalan pagi, katanya wanita hamil harus berjalan di pagi hari, hhhhhhhhh, entahlah itu mitos atau supaya kaki kami kuat saat melahirkan nanti. Yang pasti aku selalu bersenang hati menikmati pagi yang indah, kami bergandengan tangan menyusuri pekarangan pesantren, menyapa para santri lalu keluar ke arah rumah penduduk desa. Berjalan bersama Love aku selalu tersenyum mengingat, mengumpulkan semua kebersamaan ini, aku selalu takut semua akan berakhir.

"Apa kau lelah Dini?" Tanya Love lembut.

Aku menatapnya dan tersenyum.

"Gak Love" Kataku.

Dia mengelus rambutku dan mengecup dahiku.

"Ayo kita kembali Sayang, matahari sudah mulai terlihat, waktunya Dhuha" Katanya.

Aku mengangguk, kamipun pulang sambil bergandengan tangan, bersamanya melihat senyumnya hatiku sangat bahagia. Senyum yang selalu membiusku. Matanya yang menatapku penuh cinta, senyum lebar yang memperlihatkan deretan giginya, senyum yang selalu membuatku yakin bahwa aku dicintai.

"Jangan menggodaku Sayang" Bisik Love padaku.

"He???" Kataku bingung.

"Apa?" Tanyaku lagi.

Dia tertawa geli.

"Kamu melihatku seperti itu, Sayang, sangat cantik" Katanya membuatku berfikir.

"Aku? Cantik?" Tanyaku jengah.

"Yes you're. Liat dirimu" Katanya sambil membimbingku melihat ke cermin di kamar kami.

"Lihatlah, wanita berkulit putih susu dengan mata hijau yang redup, mata yang selalu membuatku, hanya ingin aku di dalam pandanganmu, wajah oval dengan dagu terbelah, hidung mancung, dengan garis pipi yang tinggi, rambut hitam lurus, mungkin hanya rambutmu saja yang mencerminkan bahwa kamu masih Indonesia, sikapmu yang sangat tertutup, seakan-akan hanya kamu manusia yang terluka, lihatlah dirimu Sayang" Jelasnya.

Akupun mengamati semua hal yang dijabarkan Love padaku. Love tersenyum lalu mencium lembut pucuk kepalaku. Akupun tersenyum.

"Aku mencintaimu Love, teramat sangat" Kataku.

Andini-Marriage With Complicated Disaster.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang