˗ˏ✎ 12

162 37 0
                                    

Kekacauan kota malam itu berakhir setelah pasukan dari fullmoon datang. Sehwa masih berusia 10 tahun saat itu, sebagai pemegang kekuasaaan setelah ayahnya alpha yang akan beranjak dewasa itu ikut turun dalam masalah.

Awalnya Sehwa tidak menyadari ada suara tangisan dari balik reruntuhan rumah. Tapi tiba-tiba dadanya terasa nyeri dan sebuah tanda samar muncul diatas permukaan kulitnya.

Sehwa yang sudah belajar banyak tentang mate panik dan mencari darimana asal suara yang membuatnya ikut merasakan sakit.

Sehwa menurunkan beberapa bongkahan kayu dan menemukan Haris dan Senan masih meringkuk berpelukan dibawah meja, disamping meja masih ada mayat juyendra yang jelas sudah terbakar bersama orang misterius yang menyerang kota.

"Hai! Kalian baik-baik saja?"

Sehwa menarik keluar Haris dan Senan dari bawah meja. Ia meminta guard membawa keduanya namun Senan masih terdiam ditempatnya dan memandang kearah mayat sang ayah.

"Kamu putra alpha juyendra? Dia guruku."

Senan kecil mendongak dan menatap Sehwa dengan mata berkaca-kaca. Sehwa hanya tersenyum tipis sebelum memeluk serigala yang lebih kecil dari nya itu.

_"Tenanglah, semuanya akan baik-baik saja mulai sekarang."_

Para guard yang melihat itu merasa bahwa Senan bukanlah beta biasa. Entah kenapa aura membunuh Senan terlihat sangat kuat.

Dan sejak itulah Senan tinggal di fullmoon bersama Sehwa dan alasan mengapa Sehwa selalu memandang Senan seperti omega adalah karna sifat si beta yang terkadang sangat manis padanya.

Kembali ke masa sekarang. Senan menarik tangan Sehwa mendekat membuat alpha itu mau tak mau mendekat pada beta itu.

"Bagaimana jika kita bawa mereka berdua?"

Mereka kembali ke kastil dan membawa kedua anak kecil itu bersama mereka. Yang lebih tua sepertinya berusia sepuluh tahun dan yang satunya lagi berusia 5 tahun.

"Terimakasih sudah membawa kami..."

Senan tersenyum lalu menggendong gadis yang lebih kecil kedalam dekapannya.

"Kamu tidak perlu berterimakasih, aku juga anggota bluemoon...dulu"

Sehwa mengusap bahu Senan pelan, beta itu tersenyum lalu mengusap rambut gadis kecil lain yang duduk diatas ranjangnya dan Sehwa.

"Siapa namamu?"

"A-aku sophiya...dan dia aegle, adikku."

Merasakan hawa canggung akhirnya Senan memilih untuk berdiri dan berjalan keluar ruangan.

"Kalian berdua tidak mau makan malam?"

Sehwa tertawa lalu mengangkat Sophiya keatas bahunya.

"Ayo kita makan malam~"

#Candle ── SeongsanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang