Ela sangat mencintai Gerald.
Laki-laki itu selalu menjadi dambaan sejak mereka pertama kali bertemu di salah satu festival pantai bersama Rachel. Gerald adalah laki-laki yang sopan, ia memperlakukan seorang wanita dengan lembut dan ia memiliki wajah yang menawan.
Selain itu, hal yang membuat Ela mencintai Gerald karena ia andal dan juga berasal dari keluarga terpandang. Anggaplah Ela matre, tapi itu adalah kenyataan.
Ela yang seorang pemilik butik ternama dan selalu menangani pesanan gaun dari orang-orang kalangan atas. Semua itu tidak terkecuali keluarga Gerald. Sejak saat itulah mereka semakin dekat, Ela yang tergila-gila pada Gerald menceritakan siang dan malamnya pada sahabat yang ia percayai sejak sekolah, Rachel.
Tapi siapa menyangka jika Rachel menjadi seseorang yang merusak rumah tangganya?
Setelah melalui pernikahan yang bahagia, Ela sadar bahwa Gerald tidak hanya sopan dan lembut padanya saja, tapi pada semua wanita yang ia temui.
Ela marah, ia cemburu, ia ingin perhatian Gerald hanya tertuju padanya. Tapi Gerald tidak mengerti dan Rachel mengambil kesempatan itu.
Dan perceraian adalah penyelesaian dari pernikahan mereka. Rasa cinta yang menggebu-gebu yang pernah melanda hati Ela berubah menjadi gumpalan kebencian yang semakin lama semakin tidak terbendung dan siap meledak kapan saja.
"Nyonya," kata pelayan yang membawa makan siang ke ruang kerja Ela, ia menghela napas saat melihat roti dan kopi yang disiapkan pagi tadi sama sekali tidak disentuh wanita itu. "Kalau seperti ini terus anda bisa sakit."
Sudah beberapa hari ini, Ela tidak makan dengan benar. Rasanya seperti semua makanan yang masuk ke dalam perutnya itu pahit.
Ela memijit pelipis dengan pelan, di hadapannya ada sebuah sketsa gaun yang belum jadi sejak tadi pagi, pensil dan beberapa alat tulis lain berserakan hingga jatuh ke lantai. Ia sama sekali tidak memiliki ide untuk melanjutkan, pikirannya kusut sejak kedatangan Gerald bersama Rachel
Dua orang itu memiliki pengaruh yang kuat pada suasana hati Ela.
"Sera, apa aku terlihat sangat menyedihkan?" tanya Ela tanpa menoleh, Sera meletakkan nampan berisi makan siang ke atas meja dan memandangi wanita itu dengan lekat.
Wajah Ela kuyu tanpa sentuhan riasan yang biasa dipakai, bibirnya pucat dan lingkaran hitam terlihat jelas di bawah mata. Belum lagi pakaian yang ia pakai adalah sebuah piyama polos yang tidak menarik sama sekali.
Keanggunan dan kecantikan yang dimiliki oleh Ela seakan menghilang dalam sekejap gara-gara Gerald.
"Nyonya, semua itu sudah berlalu. Lupakanlah Tuan Gerald, masih ada orang lain yang lebih baik darinya, kalau Nyonya seperti ini terus ... Nyonya Rachel akan tertawa melihatnya." Sera berkata dengan hati-hati, bagaimana pun posisinya adalah pelayan, ia tidak ingin memberi kesan sebagai orang yang buruk.
Ela mengaitkan jari-jemarinya, mengingat Rachel membuat hatinya kembali berdenyut nyeri. Setelah Ela mengetahui mereka berselingkuh di belakangnya, hubungan Ela dan Rachel memburuk, sahabat itu seakan terang-terangan menunjukkan semua sifat asli yang ia sembunyikan selama ini, tidak sekali dua kali Rachel mencibir dan merendahkan Ela.
"Kau benar, Mona akan tertawa melihatku yang seperti ini." Ela menarik napas dan tersenyum pahit. "Aku harus kuat dan tidak boleh sedih di pesta pernikahan mereka."
Ela bersandar di kursi, melirik undangan Gerald dan Rachel yang terdampar di bak sampah, setelah kepulangan dua orang itu ia sangat marah dan tanpa ampun melempar undangan itu ke bak sampah.
Ingatannya kembali melayang pada kata-kata Gerald yang menagih taruhan mereka, hatinya kembali memanas.
"Benar juga, kekasih?!"
Bagaimana Ela bisa seorang kekasih hanya dalam waktu kurang dari dua puluh empat jam? Malam besok adalah pesta pernikahan mereka.
"Sial, mengapa aku tidak memikirkan ini dari kemarin?!"
Ela terdiam beberapa saat, merasa menyesal karena dirinya telah membuang waktu bersedih memikirkan Gerald dan Rachel. Yang menjadi masalah sekarang adalah seorang kekasih. Di persidangan itu ia terlalu implusif dan berteriak untuk mempertahankan harga dirinya.
Waktu itu Ela berpikir, kekasihnya harus lebih dari Gerald. Harus lebih tampan, harus lebih kaya dan harus lebih lembut dari Gerald.
Tapi sekarang apa?!
Ela tidak menemukannya sama sekali, bahkan kalau ia memesan kencan buta sekarang pun, semuanya sudah terlambat.
"Apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus menyewa seseorang?" gumam Ela dengan bingung, Sera yang selesai berberes hanya diam.
Ela duduk dengan gelisah, ia mengambil ponsel dan melihat dengan cermat daftar kontak, mencari-cari apakah ada seseorang yang bisa ia ajak kerjasama.
Ela menahan napas, semua laki-laki yang ada di dalam daftar kontak adalah teman Gerald, mereka tidak bisa diajak kerjasama, Gerald pasti akan mengetahuinya cepat atau lambat.
Sera yang sedang memegang nampan menatap majikannya dengan cemas.
"Nyonya, sebenarnya ada kabar buruk."
"Ah, kabar buruk apa?"
"Supir kita sedang cuti. Dia pergi ke rumah sakit karena istrinya akan melahirkan, tapi Nyonya tenang saja, saya sudah menghubungi pihak rental, akan ada Supir panggilan yang datang besok."
"Ya, itu terserah kamu," sahut Ela asal-asalan, itu bukan masalah besar dan Sera bisa mengatasi dengan baik.
Wanita itu meletakkan kembali ponselnya, ia mondar-mandir di ruangan selama beberapa menit sebelum akhirnya menarik napas ketika melihat sebuah gaun berwarna hitam yang terpajang di dalam lemari dan setelan jas hitam yang ia rancang khusus untuk acara pemakaman Gerald saking dendamnya.
Jika ia tidak dapat menemukan seorang kekasih, maka ia bisa membuat seseorang menjadi kekasih idamannya.
Ela menyeringai lebar, masa bodoh dengan kekasih, ia akan memungut siapa pun yang terlihat bagus di matanya nanti. Tapi yang jelas pesta pernikahan besok akan menjadi hari pembalasan dendam. Ia akan menunjukkan pada dua sialan itu bahwa dirinya bisa berdiri sendiri tanpa adanya Gerald di sampingnya.
Ela berbalik, Sera sedikit kaget melihat raut wajah sang majikan, ia ingin bertanya tapi urung setelah melihat Ela mendekat dan menepuk bahunya beberapa kali.
"Sera, kau tadi bilang Supir panggilan, kan? Suruh dia datang lebih awal besok. Aku punya pekerjaan yang bagus untuknya besok."
Sera berkedip dengan bingung, tapi ia tidak berkata-kata lagi dan keluar untuk menghubungi pihak rental. Meninggalkan sang majikan yang tersenyum memandangi gaun hitam itu selama beberapa menit.
Siapa pun itu, Ela akan membuatnya menjadi kekasih idaman dalam sekejap. Rachel tidak boleh menjadi orang yang tertawa di atas penderitaannya. Dan Gerald, akan Ela pastikan laki-laki itu akan menyesal karena telah mengkhianati pernikahan mereka.
"Kalian berdua, tunggu saja pembalasanku dendamku."
Jangan sesekali meremehkan seorang wanita yang telah disakiti karena ia akan mencarimu sampai ke ujung dunia untuk pembalasan dendam, termasuk Ela. Ia tidak akan membiarkan acara pernikahan Gerald dan Rachel berjalan dengan lancar.
.
.
.
Selamat datang dan selamat membaca cerita My Lady, semoga suka dan terhibur^^
Mohon maaf kalau masih banyak PEUBI yang berantakan, saya masih belajar dan akan memperbaikinya pelan-pelan, jangan lupa berikan vote dan komentarnya^^
Terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lady
RomanceHenry Emanuel hanyalah mahasiswa miskin, kehidupannya berkisar antara kerja, kuliah dan tidur. Tidak ada cinta atau bersenang-senang dalam kamusnya, bisa dibilang dalam kehidupan Henry sangat monoton dan tidak berwarna. Hingga suatu hari ketika ia...