Dua
"Selamat pagi sayang, ayo sini peluk Mama."
Abel merentangkan kedua tangannya agar Sima bisa memeluknya dengan mudah, Sima tersenyum lalu memeluk Abel dengan erat.
"Selamat pagi Mama," balas Sima lalu mengecup pipi Abel sekilas.
"Ayo sekarang sarapan, nanti kamu kan sekolah."
Abel menggandeng tangan Sima dan membawa anaknya itu ke ruang makan, Juna sudah menunggu mereka, melihat kedatangan anak dan istrinya itu, Juna tersenyum.
Sima menatap Juna sekilas dan tersenyum tipis, walaupun sudah tinggal bersama Juna dalam waktu yang cukup lama, Sima masih merasa canggung dengan papa kandungnya itu.
"Sima mau makan apa?" tanya Juna, dia tau kalau putrinya itu masih belum terbiasa dengannya, karena itulah Juna selalu berusaha untuk mendekat pada Sima.
"Mau loti aja," jawab Sima setelah melihat berbagai macam makanan yang terletak di meja makan.
Abel mengambil selembar roti tawar dan mengoleskannya dengan selai cokelat kesukaan Sima, setelah itu Abel memberikan roti tersebut kepada anaknya.
"Mau lagi?" tawar Abel.
"Mau, pakai selai kacang ya setengah, setengahnya lagi selai cokelat," jawab Sima lalu dia tertawa.
Abel membuat roti sesuai keinginan Sima, walaupun selainnya setengah-setengah, tetapi jika itu keinginan Sima maka Abel akan menurutinya.
"Sima nanti ke sekolahnya sama Papa, ya?" tawar Juna.
Sima menatap Juna sekilas lalu menggeleng, Sima tidak mau bersama dengan Juna karena dia takut. Sima pernah melihat Juna berkelahi dan sampai sekarang ingatannya tentang itu tidak pernah memudar.
"Sama mama aja," jawab Sima pelan, bahkan gadis kecil itu mengunyah lebih pelan karena tidak berselera lagi.
Juna menipiskan bibirnya karena lagi-lagi ditolak oleh Sima, sepertinya anaknya ini tidak ingin dekat dengannya, berbeda dengan Risha yang mudah dekat dengan Fauzan. Juna merasa iri dengan rivalnya itu.
Abel yang sadar bahwa Juna sedang kesal tersenyum pada suaminya itu untuk memenangkannya.
"Sima, hari ini Mama nggak bisa ngantar kamu ke sekolah. Mama ada urusan sebentar, sayang."
Sima menatap Abel dengan pandangan memelas, sedangkan Juna yang sadar bahwa itu hanyalah akal-akalan Abel tidak menyia-nyiakannya.
"Sima sama Papa aja, masa Sima jalan kaki ke sekolahnya."
Sima memakan rotinya dengan cepat karena kesal dan juga takut, kenapa dia harus pergi bersama Juna?
"Udah selesai Sima? Ayo kita pergi," ajak Juna.
Sima menatap Abel untuk meminta bantuan, tetapi yang diharapkan hanya mengangguk, tentu saja Abel mendukung Juna.
Sima menyandang tasnya yang berwarna pink lalu keluar rumah dengan digandeng oleh Juna, sesampainya di teras, Sima mencium punggung tangan Abel untuk berpamitan.
"Dadah Mama," pamit Sima.
"Hati-hati," ucap Abel setelah mencium punggung tangan Juna.
Juna membukakan pintu mobil untuk Sima, setelah itu barulah dia masuk ke dalam mobil.
"Sima gimana sekolahnya? seru?" tanya Juna membuka obrolan agar Sima tidak canggung dengannya.
"Nggak selu," jawab Sima ketus.
KAMU SEDANG MEMBACA
My daughter 2 [Selesai]
General FictionBlurb Setelah Fauzan berhasil meyakinkan Risha untuk tinggal bersamanya dan Sima kembali pada Juna, tentu perjalanan kehidupan mereka tidak sampai di situ saja. Ada saja tingkah anak-anak yang menjadi warna bagi kehidupan Fauzan dan Juna. Kisah in...