Dua puluh satu
"Risha cantik banget," puji Cakra pada Risha yang mengenakan pakaian tari beserta aksesoris lainnya, meskipun wajah Risha tidak seperti biasanya karena kali ini dia memakai make up, tetapi Cakra tetap bisa mengenalinya.
"Iya, dong," balas Risha dengan bangga.
Cakra tetap tersenyum meskipun Risha membalasnya seperti itu, bagi Cakra sudah terbiasa dengan sikap Risha yang seperti itu, dia pun merasa nyaman-nyaman saja.
"Mama kamu mana? Kenapa cuma ada papa kamu?" tanya Cakra ketika tidak mendapati kehadiran Ara di aula ini, hanya ada Fauzan yang sedang duduk bersama para orang tua murid yang lain.
Risha cemberut. "Sibuk sama adek bayi," jawab Risha lalu menendang kaki kursi yang diduduki Cakra.
"Jangan kesal gitu, adik bayi kamu kan ada dua, masih kecil-kecil juga, kasihan kalau ditinggal. Lagipula kan papa kamu datang."
"Risha, Cakra." Kedua anak itu menoleh ke sumber suara, ternyata Sima yang menghampiri mereka bersama Abel.
"Cantik banget," puji Abel lalu mengusap pipi Risha yang berwarna sedikit merah.
"Terimakasih." Risha memberikan respon yang berbeda antara Abel dan Cakra ketika memujinya, Risha sadar untuk bertindak sopan pada orang yang lebih tua.
"Mama ke sana dulu, ya, kamu di sini aja sama Cakra dan Risha, oke?" ucap Abel pada Sima yang dibalas anak itu dengan anggukan.
"Tante tinggal dulu, ya." Risha dan Cakra mengangguk.
"Muka kamu berubah banget Risha, apalagi dari jauh, kalau aku nggak lihat Cakra, aku nggak akan sadar kalau ini kamu," kata Sima lalu menyentuh dagu Risha untuk memperhatikan wajah sahabatnya itu dengan detail.
"Aneh, ya?" Risha jadi khawatir karena wajahnya dibilang berubah.
"Enggak, tetap cantik."
"Nanti muka Risha berubah lagi nggak, ya?" gumam Risha yang sudah gelisah, tadinya dia bangga dengan hiasan yang ia dapatkan dari orang yang sudah disewa Fauzan untuk mendandaninya, tetapi sekarang dia merasa tidak percaya diri.
"Kalau make up nya udah dihapus, nanti muka Risha jadi kayak biasa kok," kata Cakra.
"Mau hapus sekarang aja," pinta Risha.
"Acaranya kan belum mulai, masa make up nya udah mau dihapus, nggak apa-apa kok Risha, tadi Sima salah ngomong doang," ucap Sima menenangkan, mungkin tadi dia salah bicara sehingga Risha jadi seperti ini.
"Jangan bohong!" Risha memperingati.
"Sima nggak bohong, kamu memang cantik. Udah, jangan cemberut lagi," kata Cakra lalu menaikkan kedua ujung bibir Risha dengan tangannya agar tersenyum.
"Muka Risha nggak aneh, kan?"
Sima dan Cakra dengan kompak menggeleng.
"Aku boleh foto kamu, nggak? Tadi aku pinjam handphone mama," ucap Cakra setelah mereka bertiga sama-sama diam dalam beberapa menit.
"Cuma Risha? Sima enggak?" Sima langsung mencibir setelah mengatakan itu.
"Boleh kok kalau Sima mau, tapi yang pertama Risha sendirian dulu," jawab Cakra lalu tersenyum agar Sima tidak kesal padanya.
"Boleh-boleh!"
Cakra langsung mengambil handphone pinjamannya dan mulai memotret Risha, Sima melihat ke arah layar handphone karena penasaran dengan hasilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My daughter 2 [Selesai]
Fiction généraleBlurb Setelah Fauzan berhasil meyakinkan Risha untuk tinggal bersamanya dan Sima kembali pada Juna, tentu perjalanan kehidupan mereka tidak sampai di situ saja. Ada saja tingkah anak-anak yang menjadi warna bagi kehidupan Fauzan dan Juna. Kisah in...