Enam belas
"Lisha itu papa Fauzan," ucap Sima dengan tangannya menunjuk Fauzan yang sedang berkumpul dengan beberapa orang tua murid lainnya, termasuk Juna.
"Papa jemput?" tanya Risha pelan. Lebih tepatnya bertanya pada dirinya sendiri.
"Ayo kita ke sana, Lisha. Sima mau pulang, udah capek banget," ajak Sima.
Risha menunduk karena takut untuk menghampiri Fauzan, Risha takut dimarahi lagi, meskipun sebelumnya dia ingin meminta maaf pada papanya itu. Risha merindukan Fauzan tetapi dia juga merasa takut.
"Lisha, ayo," ajak Sima lagi.
"Kamu duluan aja, Risha mau main lagi sama Cakra. Bye, Sima," kata Risha lalu menjauhi Sima untuk menghampiri Cakra yang masih bermain, anak laki-laki itu duduk di ayunan bersama dengan satu teman laki-lakinya.
Sima menghampiri beberapa orang tua yang datang untuk menjemput anak mereka.
"Papa," panggil Sima.
Posisi Fauzan yang lebih dekat dengan Sima membuat pria itu menarik tangan Sima dan langsung memeluknya. "Apa kabar, sayang?" tanya Fauzan.
"Baik, Pa. Kalau Papa?"
"Baik juga," jawab Fauzan lalu mengusap rambut Sima yang basah karena keringat, sudah pasti anak itu terus bermain sehingga rambutnya basah.
"Risha mana, Sim?" Juna yang bertanya.
"Lisha mau main sama Cakla, itu di sana," jawab Sima lalu menunjuk ke arah Risha dan Cakra. Kini mereka hanya berdua saja karena teman Cakra yang tadi sudah pergi.
Fauzan melihat ke arah yang ditunjuk oleh Sima, anaknya itu sedang bermain ayunan bersama Cakra dengan anak laki-laki itu mendorong ayunan Risha membuat Fauzan menggelengkan kepalanya.
"Papa ke sana dulu, ya," ucap Fauzan pada Sima lalu pamit kepada para orang tua yang juga sedang menunggu anak mereka.
"Risha," panggil Fauzan membuat tawa kedua anak yang sedang bermain itu pudar.
Cakra menghampiri Fauzan lalu mencium punggung tangan Fauzan. "Selamat sore, Om."
Fauzan mengusap kepala Cakra karena anak itu begitu sopan padanya. "Selamat sore, Cakra."
"Risha, aku pergi dulu, ya. Cakra pamit dulu ya, Om."
"Bye, Risha."
"Bye, Cakra." Risha membalasnya dengan pelan.
Fauzan menghampiri Risha lalu menggendongnya. "Papa kangen sama kamu," ucap Fauzan.
Risha memeluk leher Fauzan dengan erat lalu menangis, Risha juga merindukan Fauzan dan anak itu juga merasa bersalah karena sudah membuat papanya marah.
Fauzan membawa Risha ke tempat yang teduh untuk menenangkannya. Risha dibiarkan menangis dulu hingga ia puas, jika tidak maka saat Fauzan bicara anaknya itu akan menangis tiba-tiba.
"Udah selesai nangisnya, Nak?" tanya Fauzan lembut.
Risha mengangguk tetapi tetap menyandar di bahu Fauzan. "Papa minta maaf ya karena kemarin udah marahin Risha, seharusnya Papa lebih bisa jaga emosi."
Rasa kembali menganggukkan kepalanya.
"Risha juga tau kan kenapa Papa marah? Papa nggak akan marah kalau yang Risha lakukan atau katakan itu salah, iya kan, Nak?"
Risha kembali mengangguk, sepertinya tidak ada respon lain yang bisa diberikan oleh Risha.
"Lihat Papa dulu," ucap Fauzan seraya menjauhkan kepala Risha dari dagunya, tentu saja untuk melihat wajah anaknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My daughter 2 [Selesai]
Ficción GeneralBlurb Setelah Fauzan berhasil meyakinkan Risha untuk tinggal bersamanya dan Sima kembali pada Juna, tentu perjalanan kehidupan mereka tidak sampai di situ saja. Ada saja tingkah anak-anak yang menjadi warna bagi kehidupan Fauzan dan Juna. Kisah in...