Jennie berusaha bersikap tidak peduli. Hak Jongin kan kalau ia mau pergi dengan siapapun, kemanapun?Dan sepertinya memang benar, pesan itu salah kirim, seharusnya bukan ditujukan untuk Jennie. Buktinya sudah hampir tengah malam begini Jongin belum juga membalas pesannya.
Jennie terbaring ditempat tidurnya. Matanya hampir terpejam ketika handphonenya tiba-tiba berdering. Jam 11.00 pm, siapa yang menelfon malam-malam begini? Jennie mengangkat telfon, bersiap membentak kalau ternyata yang menelfon hanya orang iseng.
"Halo?" Astaga!
"Jongin?!"
"Hai, maaf mengganggu. Kamu udah tidur ya?" Kata Jongin dengan nada bersalah.
"Belum kok, kenapa? Tumben malam-malam telfon," jawab Jennie berusaha terdengar biasa-biasa saja.
"Hm, aku boleh masuk?" tanyanya ragu.
Masuk? Masuk kemana? Jennie langsung berdiri dan keluar kamar dengan masih menggenggam handphone. Nggak mungkin kan Jongin ada di depan rumah Jennie? Jennie mengintip lewat jendela di ruang tamu. Astaga! Jongin sudah berdiri di depan pagar rumah Jennie.
"Jennie, aku.."
"Kamu di depan ya?" Jennie memotong kalimat Jongin. Sedikit panik berlari ke dalam mencari kunci pintu rumah, membuka pintu dan pagar rumahnya.
"Kamu ngapain malam-malam gini?" Seperti orang tolol Jennie masih berbicara lewat telfon padahal Jongin sudah berdiri dihadapannya.
Jongin menunjuk handphone yang masih Jennie pegang. "Telfonnya ditutup dulu," katanya geli.
"Habis kamu ngagetin sih.."
Ketika mata Jennie tertumbuk pada Travelling bag yang dibawa Jongin, Jennie lebih kaget lagi. Kenapa Jongin datang malam-malam begini dengan membawa Travelling bag?
"Mobil kamu mana?"
"Masuk dulu yuk," ajak Jongin sambil menggandeng tangan Jennie. Jantung Jennie langsung berdebar kencang. Setelah 5 bulan lebih, baru kali ini Jongin menggandeng tangannya. Selama ini Jongin kelihatan sekali berusaha menghindari 'kontak fisik'. Pernah sekali Jennie mencoba menggandengnya tapi secara reflek Jongin menarik tangannya (how embarassed Jennie was).
Jennie dan Jongin sudah berada diruang TV. Jongin menyesap tehnya. Wajahnya kalau boleh dibilang seperti pakaian yang belum disetrika..
"Aku boleh nginep disini ya malam ini?" Hah? Jennie terkaget-kaget lagi.
"Ada apa sih?" tanya Jennie
"Aku baru landing dari Singapore. Kerjaan kantor. Maaf ya aku nggak sempat ngabarin kamu."
Jennie mengernyit, "Kenapa nggak pulang ke rumah?"
"Lagi nggak bisa pulang ke rumah." Jongin terdiam sejenak, sebelum berkata, "Yang aku ingat tadi kamu. Jadi aku langsung kesini. Boleh ya, aku disini? Malam ini aja. Aku nggak mau tidur di kamar hotel sendirian."
Jennie manatap Jongin lama. Sepertinya Jennie nggak akan mendapatkan penjelasan lebih dari yang sudah dikatakan Jongin barusan, jadi tanpa berkata apa-apa lagi, Jennie berdiri dan menuju kamar tamu. Membawa travelling bag Jongin ke kamar tamu, menyalakan lampu dan AC di kamar tersebut. Menyiapkan handuk dan peralatan mandi yang memang biasanya tersedia untuk teman-temannya yang ingin menginap.
"Kamu lebih baik cuci muka dulu atau mandi, biar segar dan tidurnya bisak nyenyak. Mau aku siapkan apalagi? Kamu udah makan?" Cecar Jennie kepada Jongin.
"Udah. Ini cukup. Maaf ya ngerepotin."
Jennie tersenyum, "Nggak kok."
Mereka terdiam, rumah Jennie tiba-tiba menjadi sangat sunyi sampai---
"Tentang ajakanku ke Belanda, itu serius." Jongin menoleh ke arah Jennie. "Aku yang urus tiketnya untuk kita. Waktu itu kami bilang kamu punya cuti besar kan."
"Kamu kabur dari rumah ya?" tanya Jennie mengelak.
Jongin tergelak cukup lama mendengar pertanyaan Jennie.
"Jennie, Jennie... nggak, aku nggak kabur dari rumah." Jongin berdiri mengambil handuk dan peralatan mandi dari tangan Jennie. "Makasih udah ngijinin aku nginep di sini ya."
Jennie masih berdiri terpaku. Seperti mimpi rasanya. Jennie mencubit tangannya sendiri-- aww! sakit. Jadi bukan mimpi.
"Are you okay?" tanya Jennie sebelum Jongin masuk ke kamar mandi.
"I am." balas Jongin.
Dan Jennie masih tidak yakin. Ada sesuatu yang tidak beres..
KAMU SEDANG MEMBACA
Funny Feeling
Romance"Aku cuma ingin jatuh cinta, find my soulmate. Harusnya nggak serumit ini." Jennie