Happy reading^^
Vina menoleh kearah suara, "Vi--""Diem!!"
"Pergi Lo!! Makin pusing gue liat muka lo." Vina masih diam ditempat, berusaha tetap tenang dan tak takut dengan gertakan Viona.
Gadis bersurai hitam legam ini mendekat kemeja makan. Menggenggam segelas air yang sudah tersedia dimeja. "Pergi atau gue siram."
Vina berusaha tersenyum, "Lo makan dulu nanti gue pulang."
Detik berikutnya air menyirami tubuh Vina, baju sekolah yang belum sempat ia ganti basah terkena air. Viona tersenyum puas, ia benci dengan kedatangan sepupunya.
"Udah gue bilang pergi, ya pergi! Gak usah kebanyakan metode sebelum mau pergi!" Bentak Viona puas. Rasa sakit kepalanya telah hilang. Jika ia tahu dengan menggertak orang lain rasa sakitnya hilang, lebih baik ia sekolah dan membully kacung-kacung dikelas tadi.
"Vi, gue cuma mau Lo makan dulu bukan yang lain."
"Lo nyuruh gue? Nggak salah?"
"Tau sendiri kan gue gak suka disuruh-suruh apalagi diatur, terus ngapain Lo masih ngelakuin itu, hah?"
Ayolah siapapun tolong Vina, ia tak mau makin dihina-hina dengan cacian yang sama seperti sebelum-sebelumnya atau bisa makin parah. Seperti yang diketahui, Vina dan Viona saudara sepupu beda tabiat. Viona sangat benci dengan adik sepupunya ini karena ia menganggap kelakuannya sama seperti ibunya, licik.
Rina, adik ipar Damar adalah ibu Vina. Ia sangat dekat dengan mendiang ibu Viona. Tapi setelah ibu Viona meninggal Rina seperti mendekat-dekatkan Vina dengan Damar, ayahnya. Waktu berlalu, vina bisa akrab dengan Damar seperti ayah dan anak. Tapi masa itu tak berlangsung lama, Viona yang memang bisa merespon keadaan dengan cepat walau masih berumur 7 tahun segera mengambil alih perhatian Damar.
Apa yang ia lakukan? Bisa ditebak, anak seusia Viona kecil sangat suka mengancam menggunakan keadaan. Viona pergi dari rumah menuju pemakaman ibunya. Ia tak mau pulang hingga Damar membujuk dengan melas dan akhirnya berhasil.
"Mau caper ke bokap gue, iya?"
"Mau keliatan baik? Mau dibela? Minta kasih sayang orang tua anak lain?"
Viona berdecih sebal kenapa bisa ia bersaudara dengan orang seperti ini. Dia butuh ibu bukan saudara, apa salahnya menginginkan ibunya?
Setelah menghela nafas tenang kemudian Vina tersenyum kearah Viona. "Ya udah, gue pulang dulu ya Vi, jangan lupa makan biar cepet sembuh".
"Bagus deh, sedari tadi kek pergi" cemo'oh Viona. Vina melangkah menuju pintu utama berniat pulang.
"Vina?"
Vina tersenyum mendapati Damar berada didepan pintu.
"Kok baju kamu basah? Kenapa nggak ganti dulu, pake baju Viona dulu." Sontak Vina menggeleng kuat membuat Damar menautkan alisnya.
"Nggak perlu om, Vina mau langsung pulang."
Damar mengiyakan, ia tak mungkin memaksa Vina menuruti sarannya. Cukup tahu akibatnya jika ia memberi perhatian pada Vina didepan putrinya. Lihatlah, seorang ayah sekaligus donatur besar takut ada kemarahan anak semata wayangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UMBRELLA (On Going)
Teen FictionIni bukan kisah antara cewek polos dengan cowok most wanted ataupun cewek pandai dengan cowok minim akhlak. Tapi kisah cewek sombong dengan cowok peduli yang mulai melakukan perannya untuk gadis yang ia kagumi. Pernah kalian tau kehidupan serta kisa...