Please jangan ganggu gue sehari aja (1)

16 6 0
                                    

Happy reading~~


Hal pertama yang Vina temui saat memasuki kelas ialah, coretan tak senonoh yang terlukis diatas meja. Dan sampah bertebaran disekitar mejanya. Viona tersenyum melihat wajah terkejut milik saudarinya.

"Cantik kan Vin? Btw gue yang ngehias. Gimana? Apresiasi dong." Seloroh Viona santai sambil mendekat kearah Vina.

Pagi tadi Viona benar dijemput oleh Alka, niat hati ingin menolak mentah-mentah Damar malah menengahi dan membujuk Viona agar ikut dengan Alka. Mau tak mau ia menuruti keinginan papanya, ingat papanya bukan Alka.

"Mirip banget sama elo" senyuman manis terpancar dari wajah Viona. Dengan sigap Alka menarik Viona kembali ketempat duduknya sebelum mengeluarkan jurus lambe pedes (Mulut pedas) sementara yang ditarik mencebik kesal.

"Gue udah bilang jangan buat masalah pagi-pagi, kok Lo ngeyel sih?" Omel Alka masih dengan prinsip datarnya. Tak mungkin Alka mengomel ala ibu-ibu memergoki anaknya tidak pernah mengerjakan pr.

"Cerewet" gerutu Viona lirih.

Pak Nurdin masuk setelah beberapa saat bel tanda masuk berbunyi tepat setelah Vina selesai membersihkan mejanya. Guru kimia sekaligus wali kelas ruang XII IPA-1A ini masuk sambil sedikit merunduk karena tak mau kepalanya terhantuk pintu untuk kesekian kalinya. Perlu diketahui pak Nurdin adalah guru tertinggi satu-satunya di SMA N Praja. Wajar jika setiap melewati pintu masuk ruang kelas pak Nurdin selalu merunduk.

"Assalamualaikum, selamat pagi anak-anak" sapa pak Nurdin ramah. Tanpa aba-aba semua siswa menyahut dengan serempak.

"Bapak tumben nggak nyundul pintu" seru Bima sambil mengangkat tangan agar pak Nurdin tak kesusahan mencari sumber suara non-akhlak ini.

"Nanti kamu ketawa lagi kalau saya nyundul. Suka sekali melihat guru menderita." Sinis pak Nurdin mengundang tawa seisi kelas.

"Bapak mah suudzon terus, gak baik pak berburuk sangka. Apalagi sama siswa sumber pahala kaya saya."

"Sumber pahala tapi ladang dosa" cetus Gilang membuat gelak tawa makin menjadi. Gimana maksudnya Gilang?

"Sudah-sudah buka buku kalian." Perintah pak Nurdin. Kegiatan belajar-mengajar berjalan cukup hikmat layaknya sekolah elit lainnya. Hingga akhirnya materi diakhiri dengan tugas mandiri kemudian guru meninggalkan kelas dengan pesan 'jangan ribut'.

Bima segera merentangkan tangannya sambil menguap tanda lega. Akhirnya jam pelajaran pertama berakhir. Ardan sendiri sudah pindah tempat kebelakang untuk menjahili teman cewek yang disebut-sebut ia taksiri.

"Dan, cewek mulu. Kerjain tuh tugasnya."

"Lah lo ngapain?"

"Nyontek lo" sahut Bima santai. Ardan hanya menunjukkan jari tengahnya kedepan mengejek Bima, membuat Bima tertawa pelan.

"Gue lagi males ngerjain soal, gue maunya ngerjain Vina." Curhat Viona sambil menumpukkan kedua tangannya didepan dada. Diliriknya meja belakang Gilang, tempat sepupunya tengah santai mengerjakan soal-soal pemberian pak Nurdin.

Viona berdiri hendak menghampiri meja belakang. Namun sebuah tangan menghalanginya. Jangan tanyakan siapa, tentu saja teman sebangku Viona, Alkavero. "Kerjain dulu tugas lo, abis gitu terserah lo mau ngapain." Perintah Alka tegas. Entah kenapa Viona langsung menurut, setidaknya Alka tidak melarangnya melakukan tindak bullying.

15 menit lebih Viona berkutat dengan soal kimia, akhirnya selesai sudah. "Vi, nyontek dong. Boleh yaa" pinta Bima tiba-tiba sambil menarik pelan buku Viona. Tatapan tajam tanda tak boleh ia tunjukan pada Bima.

UMBRELLA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang